Kiat Menjadikan Anak ‘Partner in Dakwah’

"Anak adalah aset umat yang berharga. Mereka adalah penerus dakwah berikutnya. Menyiapkan mereka sekaligus menjadikan sebagai rekan seperjuangan dalam dakwah memerlukan kiat tersendiri."

Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sebagai pengemban dakwah sering kali kita terbentur dengan banyak tantangan. Salah satunya adalah masalah keluarga. Bagaimana menyelaraskan antara keduanya supaya bisa berjalan dengan baik merupakan tantangan dan ujian bagi pengemban dakwah yang juga menjadi orang tua.

Dakwah sama pentingnya dengan tugas ayah sebagai kepala keluarga dan tugas ibu sebagai manajer rumah tangga. Meskipun disibukkan dengan pekerjaan mencari nafkah dan segudang aktivitas rumah tangga, berdakwah tetap menjadi pusat kehidupan. Hendaknya jangan mempertentangkan keduanya karena sama-sama kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Bukankah anak juga merupakan bagian dari umat yang membutuhkan dakwah? Orang tua wajib membina anak dalam dakwah Islam, sebagaimana yang Allah firmankan dalam surah An-Nahl ayat 125: “Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan peringatan yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya, Tuhanmu, Dialah yang mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan siapa yang mendapat petunjuk.”

Dengan pengaturan waktu yang baik, keduanya bisa berjalan dengan lancar. Allah pasti memberi kemudahan bagi hamba yang berjalan dalam kebaikan.

Mengajak anak-anak ikut berdakwah tak hanya untuk mengajarkan tentang dakwah, tetapi juga ‘meringankan’ tugas kita sebagai orang tua. Kita bisa berdakwah sembari membersamai mereka. Aktivitas dakwah jalan, anak pun tak terabaikan. Meski orang tua sibuk dengan agenda dakwah, namun anak-anak tetap mendapatkan perhatian yang baik. Kita tetap bisa mengikuti tumbuh kembang mereka di tengah acara dakwah yang padat merayap.

Kita jadikan saja anak-anak sebagai ‘Partner in Dakwah’ yang mengiringi langkah kita dalam aktivitas dakwah sehari-hari. Dengan begitu, anak-anak juga akan belajar tentang dakwah dan terbiasa dengannya. Berharap seiring waktu, mereka akan mencintai dakwah dan menjadikannya sebagai poros kehidupan. Sebuah investasi masa depan yang luar biasa.

Aktivitas dakwah yang melibatkan anak-anak memang tidak segampang yang dibayangkan. Adakalanya anak sulit diajak kerja sama. Sangat bisa dimengerti karena mereka pun punya dunianya sendiri. Tak mudah mengatur waktu, tenaga, pikiran, dan konsentrasi agar semua tetap berjalan ‘on the track.’ Ada perjuangan dan pengorbanan dalam prosesnya.

Diperlukan juga kekuatan untuk tetap istikamah menjalani dakwah bersama dengan anak-anak di tengah serbuan gaya hidup hedonis dan materialistis sekarang ini. Menjamurnya media sosial menjadi tantangan yang tak kalah beratnya bagi orang tua. Serangan pemikiran Barat yang begitu masif menjadikan segala macam kerusakan terpampang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Di kala teman-teman sebaya asyik dengan game online, pacaran, eksis bin narsistik yang kelewat batas, orang tua harus kreatif dalam mengarahkan anak-anaknya pada hal yang baik menurut syariat. Ini juga merupakan upaya untuk menjauhkan mereka dari pengaruh buruk budaya asing. Mengisi hari-hari mereka dengan aktivitas yang positif seperti dakwah menjadi salah satunya.

Anak adalah aset umat yang berharga. Mereka adalah penerus dakwah berikutnya. Menyiapkan mereka sekaligus menjadikan sebagai rekan seperjuangan dalam dakwah memerlukan kiat tersendiri. Berikut beberapa kiatnya:

1. Berikan pemahaman tentang dakwah

Dalam memberi pemahaman tentang dakwah, sesuaikan dengan kemampuan berpikir anak. Berbicara dengan remaja tentunya berbeda bila berbicara kepada anak-anak yang usianya lebih muda. Memberi gambaran tentang dakwah sebagai kewajiban yang menyenangkan kepada anak-anak akan berbeda sudut pandangnya dengan remaja. Pada anak-anak yang pemikirannya masih sederhana, kita bisa menyampaikan dengan bahasa yang ‘ringan’ dan mudah dicerna. Sedangkan untuk remaja yang sudah bisa diajak berpikir, kita sampaikan dengan bahasa yang menggugah daya pikirnya lebih dalam lagi. Intinya tetap sama, yakni dakwah adalah kewajiban bagi muslim.

2. Libatkan dan berikan peranan dalam aktivitas dakwah

Mengajak anak-anak dalam agenda dakwah akan membuat mereka terbiasa dengannya. Buat mereka nyaman dan senang. Hindari mengeluh di hadapan anak. Dengan begitu akan tertanam bahwa dakwah ternyata asyik-asyik saja.

Selain itu, berikan mereka kesempatan untuk berperan dalam berdakwah. Arahkan bakat, minat dan kemampuan anak untuk dakwah. Bila anak suka menggambar, kita bisa minta tolong padanya untuk membuat gambar berkaitan dengan dakwah yang bisa kita pasang di medsos kita, misalnya. Jangan lupa memberi apresiasi padanya. Sampaikan bahwa dia juga telah turut berdakwah dan itu mendatangkan pahala baginya.

Namun, tetap harus diperhatikan agar jangan sampai anak merasa terbebani. Mereka perlu menyalurkan ekspresi dengan caranya sendiri. Jangan memaksakan kehendak kita kepada mereka bila mereka tak mau atau tak sanggup. Bisa kita coba di lain waktu.

3. Tumbuhkan kecintaan pada dakwah

Tak kenal maka tak sayang. Bila anak telah mengenal dakwah dan terbiasa bersentuhan dengannya, maka itu bisa memunculkan bibit-bibit kecintaan. Orang tua bisa memupuknya dengan lebih banyak aktivitas yang melibatkan mereka dalam dakwah. Bisa juga kita ceritakan kisah-kisah inspiratif tentang dakwah.

Akan berat melakukan dakwah bila tak ada kecintaan padanya. Sekadar menjalankan demi menggugurkan kewajiban, akan membuat dakwah menjadi beban. Karena itulah, orang tua perlu kreatif dalam memberikan pengalaman dakwah yang menyenangkan dan membekas.

4. Berusaha menjadi teladan yang baik

Aktivitas dakwah yang dijalani orang tua tidak hanya dilihat tetapi juga dirasakan oleh anak-anaknya. Setiap hari melihat bagaimana ayah dan ibu mengikuti kajian, menyiapkan bahan untuk kajian, terjun dalam dakwah secara langsung atau melalui media sosial, dan melihat sikap-sikap yang baik dalam berdakwah, bisa membentuk gambaran pengemban dakwah di benak anak. Bila ingin anak terlibat dalam dakwah, maka orang tua harus memberi contoh nyata aktivitas dakwah sesungguhnya.

5. Sharing is caring

Seringlah mengajak anak mengobrol. Topiknya bisa tentang apa pun. Bila anak sudah bisa diajak berpikir lebih mendalam, seringlah berdiskusi yang agak panjang dengannya terkait berbagai hal. Tanyakan apa yang mereka inginkan, bagaimana perasaan dan pemikiran mereka. Dalam berdiskusi, kita menempatkan diri sebagai teman dan sejajar dengan mereka, namun tetap dalam ketegasan bila ada yang keliru atau tidak pas.

Berbicara dari hati ke hati untuk menyelami dunia anak-anak kita. Dengan begitu, anak menjadi terbuka, tak segan bercerita apa saja karena mereka percaya kepada kita. Mereka tahu bahwa kita bisa diandalkan dalam situasi apa pun.

Anak juga menjadi bagian dari umat ini yang harus diurus keperluannya. Memenuhi kebutuhan mereka secara baik adalah tanggung jawab penting.

6. Percaya pada kemampuan anak

Kita memercayai bahwa anak mampu memberikan yang terbaik menurut versi mereka masing-masing. Berikan apresiasi dan dukungan yang sewajarnya. Jangan berlebihan atau kekurangan agar ia tak merasa terbebani atau malah tak dihargai. Sampaikan padanya bahwa sekecil apa pun kemampuan yang dimilikinya, pasti akan sangat berguna dalam dakwah.

7. Belajar tiada henti

Setiap waktu adalah kesempatan untuk belajar. Dakwah pasti menemui hambatan dan tantangan yang membutuhkan kita untuk terus belajar mencari solusinya dengan tepat. Bersama dengan anak, kita belajar menjadi pengemban dakwah yang lebih baik dari waktu ke waktu. Tak perlu malu bila tak tahu. Yang penting ada kemauan untuk terus belajar.

8. Doa

Doa adalah harapan dan kekuatan. Tersebab hanya pada-Nya seluruh permintaan dipanjatkan. Kita meyakini bahwa hanya Allah yang mampu mengabulkan doa-doa kita. Berikanlah doa yang terbaik untuk anak-anak kita. Doakan agar anak-anak kita menjadi insan saleh dan salihah yang mampu memberikan kontribusi dalam dakwah.

Wallahu a’lam bish-shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Uji Nyali Indonesian Paper
Next
Momok Baru Itu Bernama Monkeypox
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram