Wajah Buram Pendidikan Sekuler

"Ujaran yang menyatakan bahwa hendaklah sekolah umum tidak memaksa penggunaan hijab kepada siswinya, sebab itu bukan sekolah agama semakin mengukuhkan posisi bahwa ada dikotomi antara pendidikan dengan agama."

Oleh. Rahmiani. Tiflen, Skep.
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ya Rabb, betapa jauhnya umat ini dari syariat-Mu, sampai-sampai aturan yang wajib pun dikesampingkan. Entah mau jadi apa negeri ini, berharap Allah Swt. akan menurunkan rahmat-Nya, namun di sisi lain berpaling dari syariat-Nya. Bermimpi menggapai peradaban mulia yang berkarakter, sayang salah satu tonggak peradaban itu malah tertekan hingga depresi hanya karena merasa ”dipaksa” untuk taat pada perintah-Mu. Padahal, bukankah ajakan ataupun ”paksaan” dalam ketaatan itu adalah bentuk cinta seorang saudara seiman kepada sesama saudaranya, dan juga menginginkan agar bisa bersama meraih keridaan-Mu? Alih-alih membentuk generasi bertakwa, justru syariat-Mu tentang hijab ya Rabb, kini dianggap sebagai penyebab depresi dan juga melanggar hak asasi manusia (HAM).

Berhijab Dianggap Perundungan dan Melanggar Kebinekaan

Seperti pemberitaan media baru-baru ini yang menyatakan bahwa ada seorang siswi kelas 10, yang bersekolah di SMAN 1 Banguntapan mengaku kalau dirinya dipaksa oleh guru BK di sekolahnya untuk mengenakan hijab. Buntut dari peristiwa itu, mengakibatkan siswi tersebut mengalami depresi serta mengurung diri hingga saat ini (KumparanNews, 31/07/22).

Dalam kesempatan itu selaku pendamping siswi, Yuliana menyampaikan kalau awalnya siswi tersebut masih kelihatan baik-baik saja, namun kemudian berubah menjadi tertekan setelah menemui guru BK-nya. Katanya, siswi tersebut belum mau berhijab dan itu kan hak asasi manusia (HAM) (detikcom, 29/07/22).

Terkait hal itu, Kepala Disdikpora DIY Didik Wardaya pun ikut menyampaikan penjelasannya terkait dugaan pemaksaan jilbab tersebut. Dikatakan bahwa pihaknya saat ini tengah menelusuri informasi, dan jika ditemukan ada upaya pemaksaan maka akan ada sanksi tegas, pasalnya hal ini tidak sesuai dengan kebinekaan.

Kemudian ditegaskan pula oleh Kepala ORI DIY Budhi Masturi, yang mana pihaknya akan melakukan penelusuran terkait dugaan adanya perundungan dalam peristiwa tersebut. Apalagi pemaksaan penggunaan jilbab itu dilakukan oleh sekolah negeri yang bukan berbasis agama

Ketika Upaya Mewujudkan Ketaatan Generasi Berujung Ancaman

Demikian potret buram kehidupan generasi muda, ketika aturan agama dianggap sebagai sebuah bentuk pemaksaan atas kebebasan berperilaku. Entah mau jadi apa masa depan peradaban negeri mayoritas muslim ini? Ujaran yang menyatakan bahwa hendaklah sekolah umum tidak memaksa penggunaan hijab kepada siswinya, sebab itu bukan sekolah agama semakin mengukuhkan posisi bahwa ada dikotomi antara pendidikan dengan agama.

Betapa hari ini, anak-anak kita telah berhasil dibentuk menjadi manusia sekuler yang tidak mengindahkan aturan Ilahi Rabbi, Pencipta diri manusia. Adalah sebuah kenyataan yang sangat menyesakkan dada, manakala melihat generasi muda, calon penerus masa depan peradaban Islam namun di sisi lain enggan menjalankan perintah dari Rabb-nya. Malah menjadi depresi hanya karena ”dipaksa” untuk taat kepada Allah taala dengan menggunakan hijab.

Bahkan, katanya hal tersebut justru bertentangan dengan kebinekaan serta melanggar HAM. Ya Rabb, inilah dampak buruk dari diterapkannya sistem sekuler kapitalisme dalam kehidupan bermasyarakat. Sungguh sistem rusak ini telah berhasil mengubah pribadi generasi Islam hari ini menjadi pemuda/pemudi yang liberal dan tidak terkendali, jauh dari ketaatan kepada Ilahi. Inilah wajah asli pendidikan kita hari ini, yang menghasilkan output pendidikan hanya diukur dari seberapa besar kemampuannya dalam hal literasi dan numeris, serta seberapa besar serapan mereka dalam dunia bisnis.

Tak dimungkiri, ini merupakan sebuah musibah besar yang terjadi di tengah-tengah umat. Bagaimana mungkin, seorang muslimah merasa terkungkung dan terintimidasi disebabkan oleh aturan dari Pencipta-nya? Tentu ini merupakan pukulan telak bagi pendidikan hari ini, yang membuktikan bahwa pendidikan ala kapitalisme telah gagal membentuk individu bertakwa. Bukan hanya itu saja, negara pun turut andil dalam hal ini, di mana negaralah yang menciptakan kurikulum sekolah, dan negara pula yang menerapkan sistem sekuler kapitalisme sehingga tidak terwujud generasi bertakwa. Terlebih jika menilik peta jalan pendidikan 2020-2035 yang mengandung pro kontra, sebab di dalam peta jalan pendidikan tersebut tidak ditemukan lagi adanya frasa agama. Maka jelaslah wajah pendidikan hari ini adalah buah dari pendidikan sekuler kapitalisme.

Fungsi Pendidikan dalam Islam

Dalam Islam, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Hal tersebut disampaikan dalam Al-Qur’an yang mana Allah Swt. akan meninggikan beberapa derajat bagi orang-orang yang berilmu, bahkan mereka pun digolongkan dalam generasi penerus para nabi. Rasulullah saw. bersabda ”Keutamaan orang yang berilmu (yang mengamalkan ilmunya) atas orang yang ahli ibadah adalah seperti utamanya bulan di malam purnama atas semua bintang-bintang lainnya.” (HR. At-Tirmidzi)

Adapun dalam Islam kedudukan ilmu sangat penting atau bisa disebut sebagai kebutuhan dasar (hajah assasiyyah) dan harus dijamin oleh negara. Negara pun wajib menyediakan pendidikan gratis, terbaik, dan berkualitas bagi seluruh rakyat hingga pendidikan tinggi. Yang mana tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian Islam (syakhsiyyah Islamiyyah).

Maka sudah selayaknya sebagai makhluk ciptaan Allah Swt., kiranya kita dapat menyelenggarakan pendidikan berbasis aturan Islam, sehingga terbentuk generasi berkepribadian Islami lagi bertakwa. Generasi yang rida terhadap seluruh ketentuan Rabb-nya, sehingga melakukan segala ketentuan Allah taala bukan disebabkan keterpaksaan apalagi sampai harus depresi. Justru mereka menyadari sepenuhnya bahwa dengan Islamlah segala kehidupan manusia menjadi lebih baik, sebab manusia mengetahui kewajibannya di dunia ini adalah untuk tunduk patuh kepada segala ketentuan Sang Pencipta. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56). Wallahu’alam bis showab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rahmiani. Tiflen, Skep Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Satu Muharam, Hijrah Nabi Ganti Sistem
Next
Gelombang Panas Ekstrem: Dosa Besar Iklim Negara Industri Kapitalis
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram