"Citayam Fashion Week seolah-olah menunjukkan kepada kita potret remaja yang suka having fun. Padahal, negeri ini sedang membutuhkan mereka untuk serius dalam menyelamatkan negeri ini."
Oleh. Maftucha
(Kontributor NarasiPost.Com dan Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)
NarasiPost.Com-Jika pada bulan Ramadan kemarin ada anak-anak muda nongkrong di jalanan Malioboro, Yogyakarta sambil membaca Al-Qur'an dengan tujuan mengisi waktu menunggu berbuka puasa, kini ada Citayam Fashion Week. Bedanya mereka nongkrong bukan untuk mengaji, tapi nongkrong sambil menunjukkan gaya berpakaian mereka.
SCBD Fashion Week yang merupakan singkatan dari beberapa tempat yakni Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok menjadi viral karena dianggap sebagai salah satu aspirasi anak muda untuk mengekspresikan diri. Mereka datang dan bebas memakai baju apa saja yang menurut mereka unik dan nyaman. Outfit-nya pun bermacam-macam, mulai ratusan ribu hingga jutaan.
Namun, ada kekhawatiran bahwa ajang ini hanyalah ekspresi kebebasan yang menunjukkan gaya hidup hedonis. Di mana yang ditunjukkan hanyalah sesuatu yang bersifat fisik yakni fashion, bukan prestasi.
Ada yang mengapresiasi, namun banyak juga warga yang mengeluhkan aktivitas ini karena dianggap mengganggu lalu lintas. Apalagi ditemukan diantara mereka tidur di pinggir jalanan hingga pagi, belum lagi sampah yang ditinggalkan dan sebagainya.
Benarkah ini adalah sebuah ekspresi yang harus diapresiasi, ataukah ini adalah pertanda bahwa generasi muda kita menunjukkan gejala lupa diri, inginnya melupakan masalah negeri yang sedang mengalami kerusakan multidimensi.
Remaja dan Kebangkitan
Dalam sejarahnya, remaja atau pemuda dikenal sebagai sosok yang memiliki idealisme tinggi, kreatif dan memiliki kekuatan fisik yang prima. Di tangan pemuda inilah masa depan sebuah negara ditentukan, jika para pemudanya rusak, maka hancurlah negara tersebut.
Maka tidak berlebihan jika Indonesia merasa beruntung karena menjadi salah satu negara yang mendapat bonus demografi, di mana jumlah pemuda lebih banyak daripada usia tua. Dengan bonus demografi ini, seharusnya Indonesia memiliki peluang untuk mencetak generasi yang cerdas, kritis, dan berkepribadian luhur.
Namun alih-alih bonus demografi ini bisa menjadi kesempatan baik, justru Indonesia mengalami permasalahan yang serius pada kalangan remaja ini. Aksi tawuran, bunuh diri, narkoba, seks bebas, geng motor, putus sekolah, paparan LGBT menjadi mata rantai yang sulit untuk diurai.
Pemuda dalam Pandangan Islam
Fenomena aksi anak muda ini seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah, karena jika tidak, maka akan timbul persoalan bawaan. Pergaulan bebas di mana laki-laki dan perempuan bercampur baur akan menimbulkan masalah sosial seperti seks bebas, hamil di luar nikah dan sebagainya.
Dalam hal ini Islam memiliki pandangan yang jelas mengenai bagaimana cara berpakaian yang benar, bagaimana kita berinteraksi dan bagaimana menjaga ketertiban di ranah umum.
Dalam hal berpakaian, Islam memiliki konsep yang sangat jelas, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Baihaqi dari Aisyah r.a. : "Bahwasanya Asma' binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah saw. dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah saw. berpaling darinya dan berkata, "Wahai Asma', sesungguhnya wanita, apabila telah balig (mengalami haid), tidak layak tampak dari tubuhnya kecuali ini dan ini (seraya menunjuk muka dan telapak tangannya).
Sedangkan bagi laki-laki, auratnya adalah dari pusar hingga lutut kakinya. Maka jelas CFW adalah sebuah aktivitas yang tidak boleh karena mempertontonkan pakaian yang tidak syar'i.
Dari sisi interaksi, Islam memperbolehkan laki-laki dan perempuan bertemu dalam tiga kondisi, yakni pendidikan, kesehatan dan tempat umum seperti pasar atau jalan. Islam mencegah bertemunya laki-laki dan perempuan yang tidak ada kepentingan ini dalam rangka menghindari perbuatan keji.
Hal ini sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah Al-Isra' Ayat 32: "Dan janganlah kamu mendekati zina, karena zina adalah perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk". Dengan demikian keberadaan CFW ini justru memberikan kesempatan kepada laki-laki dan perempuan untuk berduaan atau ajang mencari pacar.
Citayam Fashion Week seolah-olah menunjukkan kepada kita potret remaja yang suka having fun. Padahal, negeri ini sedang membutuhkan mereka untuk serius dalam menyelamatkan negeri ini. Kehidupan yang sekuler yaitu memisahkan agama dari kehidupan telah mengakibatkan pemuda negeri ini kehilangan identitas, ingin menunjukkan eksistensi diri, namun terjebak dunia fantasi.
Islam menaruh perhatian yang begitu besar kepada pemuda. Islam memiliki pandangan bahwa pemuda adalah tulang punggung negara, di tangan pemuda inilah dakwah Islam akan semakin tersebar luas ke penjuru dunia. Jika kita menilik pada sejarah, Islam mampu mencapai kejayaannya berkat para pemuda.
Mushab bin Umair yang saat itu berusia 24 tahun berhasil berdakwah di Madinah. Sholahuddin Al-Ayyubi mampu menaklukkan Konstantinopel saat berusia 25 tahun. Sa'ad bin Abi Waqash saat usia 17 tahun sudah ahli dalam memanah. Ibnu Abbas di saat usianya baru 13 tahun sudah menunjukkan kecerdasannya yang luar biasa.
Tiada jalan lain selain kembali kepada Islam yang menerapkan seluruh aturannya dalam kehidupan, sehingga para pemuda bisa kembali menapaki kejayaannya. Wallahu a'lam bish-shawwab.[]