Jodoh yang Terukir

"Dengan suara lembut, umi memulai pembicaraan dan menjelaskan maksud kedatangan Pak Suwandi, istrinya, dan Roby yang hendak meminang Rindu untuk menjadi pendamping hidup anaknya. Sontak Rindu kaget bagai disambar petir di siang bolong, sebab selama ini ia tak pernah diberitahu soal perjodohan tersebut."

Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Hai, Rindu, melamun ya?" sapa Alina membuyarkan lamunan Rindu. Alina merupakan teman kos sekaligus teman kampus di Fakultas Kedokteran sebuah universitas ternama di Kota Sempayang.

"Ada yang cariin kamu, tuh!" Yang lagi antre bus jemputan di sana," lanjut Alina seraya menunjuk seorang laki-laki.

"Siapa?" tanya Rindu.

"Mas Roby, kakak tingkat yang jadi asisten dosen kita," ujar Alina mengingatkan.

Setelah tahu bahwa seorang ikhwan menitip salam untuknya, Rindu merespons santai seolah tak ingin mendengar lebih lanjut. Sebab baginya cukup sekadar tahu saja. Bukannya apa-apa, sangat penting menjaga pergaulan dengan lelaki yang bukan mahram. Ia takut jatuh ke dalam perbuatan yang tak syar'i. Dalam Islam, interaksi laki-laki dan perempuan harus sesuai koridor syarak. Islam melarang berkhalwat, ikhtilat, serta aktivitas pacaran seperti budaya orang Barat.

Apalagi menjelang detik-detik terakhirnya berada di bangku kuliah. Rindu tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk tetap menjadi yang terbaik, seperti predikat mahasiswa teladan yang telah tersemat padanya selama ini. Bersungguh-sungguh dalam belajar, tanpa ada kata lelah apalagi putus asa. Nasihat aba dan umi yang selalu terngiang di telinga menjadi pembakar semangat dalam belajar. Oleh karenanya, Rindu tak mau mengecewakan orang tuanya dengan perbuatan yang dilarang agama. Tugasnya hanya satu, yaitu fokus belajar.

Allah Swt. telah mengingatkan kepada orang beriman dalam surah Al-Isra ayat 32 yang berbunyi: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk."

Ayat di atas selalu meliuk-liuk dalam ingatan Rindu sebagai benteng pergaulan. Sebenarnya ia juga berharap jika tuntas kuliah nanti, adaelaki saleh yang segera datang meminangnya.


Umi membuka jendela kamar. Matahari pagi mulai meninggi masuk menerpa tubuh Rindu yang masih tergolek di peraduan namun matanya masih terpejam.

"Masyaallah, indahnya mentari pagi, tapi putri kesayangan Umk masih merantau di alam mimpi, nih!" Umi terus membangunkan Rindu. Dengan mata yang dipicingkan sebelah, Rindu menyahut dengan malas.

"Iya, Umi! Rindu tadi malam lembur. Jumlah pasien yang terkena Omicron meningkat tajam. Lelah, sih! Tapi rasanya senang bisa menolong orang lain," kata Rindu.

Dari luar terdengar ada yang mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Umi bergegas menuju pintu untuk membukanya.

"Wa!laikumussalam warahmatullah wabarakatuh," jawab umi dari dalam rumah.

"Oh, Nak Roby. Silahkan masuk, Nak!" ujar Umi.

Roby datang tak sendiri, ia datang bersama kedua orang tuanya yang juga merupakan sahabat orang tua Rindu semasa SMA dulu. Umi segera menemui Rindu dan memintanya agar mandi dan berpakaian lalu segera turun bergabung ke ruang tamu.

Tak perlu menunggu lama. Rindu pun memasuki ruang tamu. Betapa terkejutnya ia tatkala melihat Roby yang menjadi tamunya hari itu. Dengan tersipu malu dan menundukkan wajahnya, Rindu duduk di dekat aba dan uminya yang sedari tadi asyik mengobrol bersama tamunya.

Dengan suara lembut, umi memulai pembicaraan dan menjelaskan maksud kedatangan Pak Suwandi, istrinya, dan Roby yang hendak meminang Rindu untuk menjadi pendamping hidup anaknya. Sontak Rindu kaget bagai disambar petir di siang bolong, sebab selama ini ia tak pernah diberitahu soal perjodohan tersebut.

Jantung Rindu berdetak cepat tak beraturan, daun telinganya terasa panas, lidahnya kelu berbicara. Perasaannya campur aduk, ada rasa bahagia menyelimuti ruang hatinya dan sedikit malu. Orang yang selama ini ia abaikan di kampus ternyata adalah calon suaminya.

Rindu berusaha tenang mengendalikan dirinya. Dengan wajah tersipu malu, ia pamit ke belakang, perutnya sedikit melilit. Namun, sebelumnya ia berpesan kepada aba dan umi bahwa ia akan mengikuti apa saja yang menjadi keputusan mereka. Sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Rindu tentu tak ingin mengecewakan mereka. Berharap kelak dipinang lelaki saleh selepas kuliah merupakan keinginannya. Kini doanya terkabul, jodoh yang diidamkannya telah ada di depan mata.


Rencana Allah sungguh luar biasa indah. Mas Roby sekarang telah menjadi suaminya. Rindu menatap syahdu wajah lelaki tampan di hadapannya. Tiada henti ia mengucap syukur kepada Allah Swt. atas karunia yang diberikan kepadanya. Hidupnya benar-benar diliputi kebahagiaan. Cita-citanya yang ingin menjadi dokter terkabul. Begitu pula dengan pria saleh yang pernah dirindukannya di masa lalu, kini tepat berada di depan matanya.

"Mas Roby, maafkan Rindu! Dulu enggak peduli sama Mas saat di Kampus. Aku takut pada hubungan yang gak benar," ucap Rindu sambil melingkarkan kedua tangannya di pinggang suaminya.

"MasyaAllah, Sayang. Justru Mas bersyukur telah diperlakukan begitu. Saat itu Mas cuma ngetes. Ternyata kamu sangat menjaga kehormatanmu sebagai wanita, kesalihanmu benar-benar membuatku jatuh hati. Makanya aku meminta orang tuaku untuk segera meminangmu. Takut keduluan ikhwan lain," kata Roby diiringi senyuman lalu membalikkan badan menghadap istrinya.

"Aku yakin, kamu adalah bidadari surga di dunia dan khirat yang dititipkan Allah padaku," tambah Roby sambil mencubit lembut hidung mancung milik Rindu.

"Terima kasih, ya. Mas telah bersedia menjadi imamku, tolong bimbing Rindu agar menjadi istri salihah, tegur saja bila salah," lirih Rindu.

Pesan Nabi saw. menjadi motivasinya dalam menjalani kehidupan agar menjadikan diri selalu dalam lingkaran keimanan dan ketakwaan dalam keadaan apa pun dan di mana pun.

"Mas dengar, ya," pinta Rindu setengah berbisik manja seraya merapatkan bibirnya ke telinga Roby.

Rasul saw. melalui hadis riwayat Muslim menuturkan, "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang salihah dan bertakwa kepada Allah Swt."

Mata Rindu dan Roby saling bertatapan. Begitu teduh dan damai. Rasa saling menyayangi tak bisa tersembunyikan dari keduanya. Angin sepoi yang berembus sejak tadi turut membawa asa mereka ke puncak bahagia. Semoga selalu bersama selamanya dalam mengayuh bahtera rumah tangga menjadi keluarga sakinah, mawadah dan warahmah.

Selesai.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Bunga Padi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Marak Bunuh Diri Akibat Mahalnya Biaya Pendidikan Tinggi
Next
Misi Perdamaian di Balik Derita Penyelamatan TKI
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram