“AS yang disebut-sebut sebagai polisi dunia, negara super power dengan segala kecakapannya nyatanya berdasarkan indikator geopolitik utama menunjukkan AS goyah dan diambang kehancuran. Layak jika Samuel Huntington dan Robert Jarvis (1999), menegaskan bahwa Amerika telah menjelma menjadi negara adidaya penipu bagi sebagian besar negara dunia.”
Oleh. Trisnawati, S.Kom.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Istilah "The sick man" merupakan julukan yang disematkan oleh Eropa kepada Khilafah Islam Ustmani pada tahun 1853. Ketika Daulah mulai kehilangan pengaruhnya di mata dunia. Saat itu Ottoman mengalami guncangan hebat, terutama dalam aspek akidah dan pemikiran yang berakibat fatal bagi keberlangsungan Daulah Islam.
Wilayah Utsmani yang membentang luas dari India, Balkan di Eropa hingga Afrika Utara berhasil dicabik-cabik oleh kekuatan kafir penjajah. Utsman telah kehilangan wilayahnya akibat serangkaian perang yang menghancurkan. Ditambah lagi Utsmani, negara adidaya yang selama hampir 3 abad mendominasi kancah geopolitik Eropa terperosok di bawah kendali kekuatan keuangan Eropa. Daulah yang terjerat utang terus menerus dimanipulasi oleh kafir penjajah dan pada akhirnya kehilangan kedaulatannya.
Inflasi Tertinggi Sepanjang Sejarah
Akhir-akhir ini, dunia dikejutkan dengan kabar negara adidaya kapitalis yakni Amerika Serikat (AS) mengalami inflasi parah sekitar 9,1%, tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Layaknya Utsmani di masa lalu, saat ini AS berada dalam situasi genting dengan solusi tambal sulam yang justru makin membuatnya terpuruk.
Dilansir dari voaindonesia.com (13/7/2022), lonjakan inflasi AS ditengarai oleh rebound resesi akibat pandemi tahun 2020, kemudian ditambah dengan bantuan federal yang cukup besar, tingkat suku bunga yang sangat rendah, serta minimnya pengeluaran akibat lockdown dan penghentian sebagian kegiatan.
Tidak hanya itu, konflik antara Rusia dan Ukraina turut andil dalam lonjakan inflasi dunia, termasuk AS. Pasalnya, Rusia dan Ukraina merupakan eksportir dan produsen komoditas utama di dunia. Yang ini menyebabkan negara-negara importir terkena imbas dari tersendatnya bahan pangan dan energi sehingga menyebabkan terjadinya lonjakan harga pangan dan nonpangan. Dengan demikian krisis beruntun tidak dapat dihindari, mulai dari krisis energi, pangan dan keuangan.https://narasipost.com/2020/11/01/kunjungan-pejabat-as-indikasi-kuatnya-cengkraman-adidaya/
Di AS sendiri, harga makanan yang kian naik membuat ribuan warga mengantre di seluruh kantor Bank Makanan demi mendapatkan bantuan pangan setiap harinya. Juru bicara Bank Makanan St. Mary Jerry Brown menyatakan banyaknya warga yang mengantre untuk mendapatkan pasokan makanan meningkat tajam hingga 78 % dibanding tahun lalu (cnnindonesia.com, 16/7/2022).
"Amerika is The New Sick Man"
Jikalau dulu Nicholas I dari Rusia menggambarkan Ottoman sebagai "Seorang yang telah jatuh ke dalam keadaan jompo, atau seorang yang mengalami sakit parah" dengan indikator hilangnya kekuatan ekonomi, politik, kemampuan manuver geopolitik dan kemerdekaan yang selama seabad kian menurun dan hilang. Tidak berbeda jauh dengan kondisi AS kini.
Dalam bidang ekonomi, kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin semakin tidak terkendali. Di mana 1% orang kaya Amerika diuntungkan dengan penerapan kapitalisme sementara 99% terpuruk dalam kesengsaraan. Fakta ini menunjukkan “Capitalism isn’t working, another world is possible”. Artinya kapitalisme telah gagal membawa kesejahteraan bagi rakyatnya.
AS juga menghadapi tantangan keuangan negara yang nyaris tenggelam dalam lautan utang. Diketahui utang AS terus melesat, terlebih sejak adanya pandemi Covid-19 yang memperparah keadaan. Data terakhir Departemen Keuangan AS mencatat, utang publik yang beredar menembus 30 triliun dolar AS atau setara Rp432.000 triliun (asumsi kurs Rp14.400 per dolar AS). Di mana hampir 8 triliun dolar AS berutang kepada investor asing dan internasional, jumlah terbesar dari Jepang dan Cina (kompas.com,02/2/2022).
Dalam kancah politik luar negeri, untuk menancapkan hegemoni kapitalisme secara global, AS dan Barat menerapkan metode penjajahan (imperialisme). Baik secara fisik maupun dengan cara baru (neo imperialisme) yakni dominasi ekonomi dan budaya. Alhasil, sejak Perang Dunia Pertama dan Kedua menewaskan lebih dari 89 juta jiwa. Belum lagi korban perang-perang kecil lainnya yang menewaskan jutaan orang hingga jika ditotal korban meninggal mencapai ratusan juta jiwa.
Di sisi lain di dalam negeri, rakyat AS berkubang dalam kesengsaraan. Berdasarkan data statistik FBI pada tahun 2005 menunjukkan bahwa kejahatan dilakukan setiap 22 detik, dengan pembunuhan setiap 31 menit, pemerkosaan setiap 5 menit dan perampokan tiap menit. Sementara pada tahun 2020 kasus pembunuhan naik 29,4% dibanding 2019, kejahatan kekerasan naik 5,6% hampir 1,3 juta kasus.
Di bidang pendidikan, generasi muda AS berubah arah pandangan. Berdasarkan survei NBC News Wall Street Journal yang dilakukan pada tahun 2019 menyimpulkan bahwa generasi muda AS kini tak lagi mementingkan agama, patriotisme, dan keinginan memiliki anak. Mereka lebih menghargai kerja keras, toleransi, keamanan finansial dan kepuasan diri.https://narasipost.com/2020/11/08/pemenang-pilpres-akankah-amerika-berubah/
AS yang disebut-sebut sebagai polisi dunia, negara super power dengan segala kecakapannya nyatanya berdasarkan indikator geopolitik utama menunjukkan AS goyah dan diambang kehancuran. Layak jika Samuel Huntington dan Robert Jarvis (1999), menegaskan bahwa Amerika telah menjelma menjadi negara adidaya penipu bagi sebagian besar negara dunia.
Islam Kembali Memimpin Dunia
Hampir seabad kapitalisme yang diusung oleh Amerika memimpin dunia. Namun sudah sangat banyak mengakibatkan kerusakan dalam berbagai aspek di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Ideologi kapitalis sekuler terbukti gagal mengatur urusan kehidupan, sebab ide ini hanya mengatur aspek muamalah saja yang berorientasi pada materi, apa pun akan dilakukan demi meraup keuntungan. Adapun urusan agama diserahkan kepada individu masing-masing. Padahal, tanpa aturan yang hakiki hanya menghasilkan kesengsaraan dan kehancuran.
Dengan demikian jika masih ada individu, kelompok, organisasi atau bahkan negara yang masih tetap mendukung dan mempertahankan kapitalisme berarti ikut andil dalam melanggengkan kerusakan.
Firman Allah Swt.:
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 110)
Ayat di atas menunjukkan bahwasanya umat Islam adalah umat terbaik, dan dengan anugerah mulia yang disematkan oleh Allah terhadap kaum Muhammad saw. maka seharusnya kaum muslim memiliki kesadaran untuk bangkit kembali memimpin peradaban dunia. Dengan menjadikan Islam sebagai ideologi, menegakkan keadilan Islam, serta membebaskan umat dari kekuasaan dan dominasi negara-negara kafir.
Sejarah mencatat selama 13 abad lamanya Islam menjadi mercusuar peradaban dunia. Di bawah naungan Daulah Islam, kesejahteraan dan keadilan dirasakan oleh seluruh warga negara, baik muslim maupun nonmuslim.
Namun, untuk kembali mencapai peradaban Islam nan gemilang harus adanya upaya kebangkitan yang hakiki, yaitu manakala keimanan mendorong meningkatnya taraf berpikir yang tinggi. Sehingga, manusia akan menyadari bahwa aturan Allah Swt. meliputi seluruh aspek kehidupan.
Dalam buku "The Invitable of Caliphate" diungkapkan bahwa upaya kebangkitan umat Islam senantiasa dilakukan oleh berbagai gerakan di penjuru dunia. Mereka menginginkan melanjutkan kembali kehidupan Islam di bawah naungan Khilafah.
Dengan adanya gejolak umat dari masa ke masa sejak runtuhnya Daulah Islam di Turki, kaum kafir barat terlebih AS sadar bahwasanya suatu saat Islam akan kembali mendominasi. Atas kesadarannya ini mereka selalu berupaya menghalangi kebangkitan baik secara soft power maupun hard power.
Akan tetapi, percayalah janji Allah adalah pasti, bisyarah Nabi akan terwujud. Segigih apa pun barat berupaya menghalangi gelombang perjuangan menegakkan kembali peradaban Islam akan sia-sia dan berakhir pada kegagalan total. Umat Islam memiliki potensi yang cukup untuk Islam kembali memimpin dunia.
Kaum muslimin memiliki ideologi yang sahih dan kuat yakni Islam. Kemudian disokong oleh sumber daya alam (SDA) yang melimpah, juga kekayaan alam yang sangat banyak seperti, minyak bumi, emas, uranium dan sebagainya. Selain itu tentara-tentara kuat yang tersebar di seluruh negeri Islam ketika bersatu dalam ikatan akidah, niscaya akan dapat mengalahkan musuh-musuh yang menghalangi bangkitnya peradaban Islam. Wallahu a’lam bi-ashowab.[]
Photo : Pinterest
Mohon maaf, saya selaku penulis mengakui ada kesalahan penulisan tahun, seharusnya tahun 1853 bukan 1953.
Bukankah tahun 1924 M Daulah Khilafah resmi dibubarkan oleh mustafa kamal ya.