"Kasus bullying atau perundungan menjadi sesuatu yang jamak terjadi di dunia pendidikan hari ini. Atas nama dorongan ingin diakui dan mempertahankan eksistensi, mereka melakukan segala cara meski harus menyakiti orang lain. Demi kepuasan, mereka merundung teman sendiri. Miris!"
Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(RedPel NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com- Siapa yang tak mengurut dada menyaksikan deretan tingkah para pelajar hari ini yang sudah sangat di luar batas kewajaran? Ya, siapa pun tentu miris, pelajar yang selayaknya mencerminkan perilakunya sebagai kaum terpelajar, nyatanya sungguh jauh panggang dari api. Betapa banyak pelajar yang justru berbuat semaunya bahkan menjurus pada tindakan kriminal, jauh dari adab.
Sebagaimana yang terjadi beberapa waktu lalu, seorang pelajar kelas 6 SD di Tasikmalaya harus meregang nyawa setelah depresi akibat mengalami perundungan oleh teman-teman sekolahnya sendiri. Ia dipaksa menyetubuhi seekor kucing sambil direkam dan videonya kemudian disebarluaskan di media sosial. Korban meninggal dunia ketika sedang menjalani perawatan di rumah sakit, karena sejak kejadian perundungan itu korban tidak mau makan dan minum. (Kompas.com/20-07-2022)https://narasipost.com/2021/06/22/buramnya-pendidikan-dan-rusaknya-remaja/
Tak hanya itu, pada Juni lalu juga terjadi perundungan di sekolah yang memakan korban jiwa, yakni seorang siswa MTs di Manado meninggal dunia usai dirundung teman-temannya. Sebelumnya, pada September 2021 lalu juga terjadi perundungan siswa SMP oleh sekelompok siswa SD di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Akibatnya, korban mengalami sakit badan dan leher akibat dikeroyok. (kompas.com/10-09-2021)
Alangkah tidak beradab perilaku para pelajar itu, bagaimana mungkin anak-anak usia belia tersebut memiliki perilaku sedemikian bejatnya? Siapa yang salah?
Sekularisme Mengikis Akhlak
Sistem kehidupan yang jauh dari pengaturan agama ini sungguh telah menyumbang lahirnya generasi yang amoral dan brutal. Label sebagai pelajar nyatanya sama sekali tak memberi pengaruh bagi sikap dan perilaku mereka. Betapa tidak, sejatinya agama memang tidak menjadi landasan di dalam dunia pendidikan hari ini. Sebaliknya, pendidikan justru diarahkan untuk sektor industri. Ya, benak pelajar disusupi materi sebagai orientasi. Sehingga tak heran jika dalam realita sistem pendidikan hari ini, banyak kita dapati para pelajar yang gemar berbuat curang demi nilai cemerlang. Prinsipnya, sekolah untuk bekerja, dan memang begitulah mindset yang sengaja ditanamkan di benak pelajar dalam sistem pendidikan hari ini. Soal akhlak dan adab, tak terlalu dipentingkan.
Demikianlah dahsyatnya sekularisme yakni pemisahan agama dari kehidupan menghantam fitrah generasi muda. Bagaimana tidak, fitrah seorang hamba yang semestinya bertakwa kepada Allah, dijauhkan secara sistemis. Sistem pendidikan sekuler tidak menjadikan akidah sebagai landasan dalam pengajaran, karena agama dianggap sebagai hambatan bagi kemajuan. Akhirnya, agama dianggap sekadar pengatur urusan individu di ranah privatnya, yakni berkaitan dengan hubungan seorang hamba dengan penciptanya. Selebihnya, dalam kehidupan publik, termasuk dalam bermasyarakat apalagi bernegara, agama tak memiliki peran. Demikianlah pada akhirnya sekularisme mampu menciptakan gaya hidup liberal bin hedonis di tengah masyarakat, termasuk di kalangan pelajar. Mereka tak mengenal dosa, yang mereka tahu adalah kesenangan dan kepuasan diri.
Maka, kasus bullying atau perundungan menjadi sesuatu yang jamak terjadi di dunia pendidikan hari ini. Atas nama dorongan ingin diakui dan mempertahankan eksistensi, mereka melakukan segala cara meski harus menyakiti orang lain. Demi kepuasan, mereka merundung teman sendiri. Miris!
Sistem Islam Hantam Perundungan
Hari ini, kasus perundungan di sekolah begitu marak terjadi, mulai dari yang kecil-kecilan sampai yang ekstrem. Entah apa yang ada di benak generasi muda hari ini, begitu mudahnya mereka melakukan perundungan atas nama kepuasan diri. Kekurangan orang lain seringkali dimanfaatkan untuk menekan dan menjatuhkan harga diri mereka, bahkan menyiksanya. Hal tersebut merupakan wujud eksistensi diri generasi muda di tengah lingkungan pergaulannya.
Islam memandang bahwa manusia memiliki potensi naluri di antaranya, naluri mempertahankan diri (gharizah baqo), naluri melestarikan keturunan (gharizah nau'), dan naluri beragama atau menghamba (gharizah tadayyun). Adapun aksi perundungan merupakan wujud dari naluri mempertahankan diri dari para generasi muda, mereka sibuk mencari pengakuan di tengah lingkungannya. Namun sayang, mereka melakukannya dengan jalan yang salah. Bukannya dengan menonjolkan prestasi diri, melainkan malah menjadi sosok remaja yang membuat kerusakan.
Hal tersebut jelas harus kita sikapi dengan serius, mengingat kasus perudungan tak pernah henti terjadi. Remaja harus diarahkan potensinya sesuai tuntunan syariat Islam, agar tak salah arah. Sebab sejatinya generasi muda adalah aset masa depan, jika remaja hari ini dibiarkan berkubang dalam kerusakan, masa depan bangsa dipertaruhkan.
Oleh karena itu, Islam memiliki upaya sistematis dalam menuntaskan problematika kerusakan generasi. Lewat penerapan sistem Islam secara kaffah, negara akan menjalankan seperangkat mekanisme demi membentuk generasi muda muslim yang memiliki ketinggian ilmu serta berakhlakul karimah.https://narasipost.com/2021/02/03/membelah-suramnya-masa-depan-generasi-z/
Dalam Islam, ilmu dan adab ibarat dua sisi mata uang, tak dapat dipisahkan. Maka, banyak ulama yang mengatakan agar seorang muslim mendahulukan adab ketimbang ilmu, salah satunya adalah Imam Malik. Karena dengan adab, seseorang akan lebih mudah menguasai ilmu. Bahkan Ibnu Mubarok berkata bahwa dirinya mempelajari adab selama 30 tahun, sementara ilmu hanya 20 tahun.
Jadi, alangkah ironisnya jika dalam sistem sekuler hari ini, sudahlah ilmu terabaikan, adab pun terbengkalai. Akhirnya potret generasi muda hari ini sungguh jauh dari kepribadian Islam yang agung. Sebaliknya, mereka banyak melakukan aksi-aksi tak terpuji bahkan tindak kriminal. Naudzubillahi min dzalik.
Maka, penting adanya sistem pendidikan Islam yang terintegrasi dengan sistem Islam dalam naungan Khilafah. Dengannya, asas pendidikan bagi generasi adalah akidah Islam saja. Karena sejatinya akidah adalah fondasi dasar bagi setiap muslim, akidah itulah yang akan menentukan seperti apa corak kepribadian seseorang. Oleh karena itu, Khilafah akan menjadikan agama sebagai tolak ukur dalam menentukan arah kebijakan di semua aspek kehidupan. Halal haram menjadi pijakan, sehingga akan tercipta kondisi masyarakat yang islami, bertakwa, dan takut akan siksa akhirat, kerusakan generasi pun takkan terjadi.
Dalam praktiknya, Khilafah akan menjadikan sekolah sebagai wadah untuk mencerak para akademisi yang bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa. Nantinya, output sistem pendidikan Islam tersebut adalah generasi visioner, beradab, dan taat syariat. Karena kurikulum yang diajarkan berpijak pada akidah Islam yang menjadi asasnya. Pun Khilafah akan menampilkan lingkungan masyarakat yang islami, serta ditopang juga oleh negara yang menjadi penjaga atas diterapkannya syariat Islam yang sempurna. Demikianlah, ketika Khilafah ada di tengah-tengah kita, niscaya kehidupan Islam akan terwujud, generasi Islam yang merindukan surga-Nya lantas erat mendekap takwa akan terbentuk secara nyata.
Sungguh, mereka mengimani firman-Nya dalam surat Maryam ayat 63, "Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa. Itulah surga yang Kami janjikan kepada mereka yang taat. Surga itu akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa dengan sepenuh hati."
Wallahu'alam bisshawab[]
Sedih klau liat anak-anak suka malak. Minta-minta duit sama anak lain demi dapat jajan, itu orang tua apa g tau ya, klau anaknya jadi pemalak. Aku pernah lihat hal itu. Setelah kugertak pada lari semua.