Bukan Tulang Punggung

"Sistem yang ada saat ini memaksa kaum perempuan untuk memberdayakan diri mereka dengan cara bekerja di luar rumah. Bahkan, tidak sedikit yang harus meninggalkan anak dan suaminya ke luar negeri. Atas nama kesetaraan, mereka harus melakukan sesuatu yang bukan kewajibannya. Padahal, tidak seharusnya mereka membanting tulang mencari nafkah."

Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sungguh berat tugas perempuan zaman sekarang. Mereka harus menjadi istri, ibu, sekaligus pencari nafkah. Ibaratnya, mereka harus seperti Wonder Woman, tokoh superhero fiktif yang memiliki kekuatan dan kecepatan luar biasa.

Tokoh Wonder Woman diciptakan oleh William Moulton Marston. Melalui tokoh ini, Marston menampilkan karakter perempuan yang progresif. Perempuan yang menginginkan kemajuan.

Terciptanya tokoh ini terinspirasi dari gerakan feminisme. Gerakan yang menginginkan perempuan sama dengan laki-laki dalam berbagai bidang. Termasuk dalam urusan bekerja untuk mencari nafkah. Sebenarnya, bagaimana Islam memosisikan perempuan? Apakah benar mereka harus seperti Wonder Woman?

Perempuan Adalah Pendamping Laki-Laki

Setelah menciptakan Nabi Adam a.s., Allah Swt. menciptakan Ummul Basyar, Ibu Hawa. Jika Nabi Adam a.s. diciptakan dari segumpal tanah, Ibu Hawa diciptakan dari tulang rusuknya. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah saw. yang berbunyi,

واستوصوا بالنساء خيرا فإنهن خلقن من ضلع وإن أعوج من الضلع أعلاه وإن ذهبت تقيمه كسرته وإن تركته لم يزل أعوج فاستوصوا بالنساء خيرا

"Berlemah lembutlah kepada wanita. Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang yang bengkok. Sesungguhnya yang paling bengkok adalah tulang yang paling atas. Jika engkau meluruskannya, maka engkau akan mematahkannya. Jika engkau membiarkan, ia akan tetap bengkok. Maka, berlemah lembutlah kepada wanita."

Posisi tulang rusuk yang berada di tengah tubuh menunjukkan bahwa perempuan memiliki kedudukan yang sejajar dengan laki-laki. Ia tidak berada di bawah atau di atas laki-laki. Ia adalah partner laki-laki dalam memajukan peradaban. Mereka saling melengkapi dan menolong untuk menciptakan kebahagiaan bagi umat manusia.https://narasipost.com/2020/11/24/ibu-harus-cerdas-ekonomi-islam/

Dalam sebuah hadis, Rasullullah saw. menyebutkan bahwa perempuan adalah saudara kandung laki-laki. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam Turmudzi, dan Imam Ahmad itu berbunyi sebagai berikut,

إنما النساء شقاىٔق الرجال

"Sesungguhnya wanita itu adalah saudara laki-laki."

Layaknya saudara kandung, mereka memiliki kedudukan yang sama. Mereka berhak mendapatkan kasih sayang. Begitu pula mereka berhak mendapatkan hadiah jika melakukan kebaikan. Mereka pun memiliki kewajiban sesuai yang dibebankan kepadanya, serta mendapatkan sanksi jika tidak melaksanakannya.

Seperti itulah kedudukan keduanya di hadapan Allah Swt. Mereka memiliki kesempatan yang sama untuk masuk ke surga. Begitu pula mereka akan disiksa jika melakukan perbuatan dosa. Hal ini telah dinyatakan oleh Allah Swt. dalam surah An-Nahl [14] ayat 124,

"Siapa saja yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia beriman, maka mereka akan masuk surga dan tidak dizalimi sedikit pun."

Maka, jika laki-laki mendapatkan pahala karena melakukan salat, berpuasa, membayar zakat, bersedekah, atau berhaji, demikian pula dengan perempuan. Sebaliknya, jika seorang laki-laki diberi sanksi karena mencuri, berzina, atau membunuh, perempuan pun demikian pula. Tidak ada yang diistimewakan atau dikecualikan dari keduanya.

Demikianlah Islam memandang laki-laki dan perempuan sebagai makhluk Allah Swt. yang memiliki kedudukan yang sederajat. Islam tidak menomorsatukan laki-laki dan tidak menomorduakan perempuan. Keduanya adalah hamba Allah Swt. yang setara derajatnya.

Perbedaan Peran Laki-Laki dan Perempuan

Meskipun memiliki kedudukan yang sejajar, keduanya memiliki peran yang berbeda. Perbedaan peran itu sesuai dengan fitrah penciptaan mereka. Laki-laki diciptakan dengan karakter yang mengayomi dan melindungi. Sedangkan perempuan diciptakan dengan fitrahnya yang penyayang, lemah lembut, serta perasa. Maka, Allah Swt. pun memberikan kepada mereka kewajiban yang berbeda sesuai dengan fitrah penciptaannya.

Salah satu kewajiban laki-laki yang sesuai dengan fitrah penciptaannya adalah memberi nafkah kepada istri dan keluarganya. Allah Swt. berfirman dalam surah An-Nisa [4]: 34,

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

"Laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan dengan kelebihan yang Allah berikan kepada sebagian manusia (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka memberi nafkah dengan hartanya …."

Menurut Ibnu Katsir, laki-laki berkewajiban melakukan ri'ayah kepada perempuan, yakni memimpin serta mendidiknya. Laki-laki pula yang wajib memberi mahar, nafkah, serta biaya-biaya lainnya.

Kemudian dalam surah Al-Baqarah [2]: 233 disebutkan,

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

"… Menjadi kewajiban bapaklah (orang yang mendapatkan anak) untuk memberikan nafkah kepada istrinya dan memberinya pakaian dengan cara yang makruf …."

Maksud ayat ini adalah seorang laki-laki yang menjadi ayah, mempunyai kewajiban untuk memberi nafkah kepada ibu dari anak-anaknya secara makruf, yaitu sesuai dengan kebiasaan di wilayahnya, tentu saja harus disesuaikan dengan kemampuan suami. Kewajiban ini tetap berlaku ketika seorang laki-laki menceraikan istrinya yang masih menyusui anaknya. Allah Swt. berfirman dalam surah Ath-Thalaq [65]: 7,

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْراً

"Hendaknya orang yang memiliki kekayaan memberikan nafkah kepada (istri yang dicerai) dengan kekayaannya, siapa saja yang rezekinya disempitkan, hendaknya dia memberi nafkah sesuai yang Allah berikan kepadanya."

Dari tiga ayat tersebut, jelaslah bahwa bekerja dan mencari nafkah adalah kewajiban suami. Tidak ada satu dalil pun yang mewajibkan bahwa seorang istri untuk bekerja, apalagi menjadi tulang punggung keluarga. Jika perempuan bukan tulang punggung, lantas apa perannya dalam keluarga?

Allah Swt. telah menciptakan perempuan dengan fitrahnya sebagai ummun wa rabbatul bait, yakni sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Inilah perannya yang utama. Peran yang sangat dibutuhkan dalam menyiapkan generasi penerus yang hebat.https://narasipost.com/2020/11/24/ibu-harus-cerdas-ekonomi-islam/

Hal itu telah dicontohkan oleh ibunda para ulama dan pejuang. Misalnya Asma' binti Abu Bakar yang telah melahirkan serta mendidik Abdullah bin Zubair. Salah satu sahabat Rasulullah saw. ini dikenal sebagai pejuang yang tangguh. Pada usia 17 tahun, ia ikut dalam pembebasan Afrika. Saat itu, ia berhasil membunuh Raja Barbar. Hal itu meredupkan semangat juang musuh sehingga memudahkan kaum muslimin untuk mengalahkan mereka.

Demikian pula dengan Fatimah binti Ubaidillah. Kemiskinan tidak menghalanginya untuk memperhatikan pendidikan putranya. Hingga sang putra, Asy-Syafi'i, berhasil menjadi seorang mujtahid mazhab yang diakui keilmuannya.

Posisi sebagai ummun wa rabbatul bait memang tidak akan menghasilkan materi. Namun, posisi ini tidak akan bisa digantikan oleh siapa pun, baik oleh seorang pengasuh maupun guru di sekolah. Bagaimanapun, kasih sayang ibu tidak akan dapat digantikan oleh siapa pun.

Sayangnya, sistem yang ada saat ini memaksa kaum perempuan untuk memberdayakan diri mereka dengan cara bekerja di luar rumah. Bahkan, tidak sedikit yang harus meninggalkan anak dan suaminya ke luar negeri. Atas nama kesetaraan, mereka harus melakukan sesuatu yang bukan kewajibannya. Padahal, tidak seharusnya mereka membanting tulang mencari nafkah. Sebab, mereka bukanlah tulang punggung yang harus menjadi penopang ekonomi keluarga.

Wallaahu a'lam bishshawaab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Mahkota Tanpa Nakhoda
Next
Mimpi Rindu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram