"Bagi Ayumi dan kedua orang tuanya, kedatangan tetangga baru di sebelah rumahnya itu merupakan berkah tersendiri. Kehidupan yang dirasakan oleh mereka dari hari ke hari makin tenang, jauh dari kehidupan sebelumnya. Ternyata benar, jika mengkaji Islam dengan benar, maka Allah Swt. akan memberikan ketenangan hidup yang selama ini tidak mereka rasakan."
Oleh. Yuli Juharini
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Siang itu begitu teriknya. Matahari seakan berada di atas kepala. Ayumi melangkah gontai menuju rumahnya, melewati gang sempit yang hanya bisa dilalui oleh dua orang pejalan kaki. Berjalan sambil melamun, beberapa kali kaki Ayumi terantuk batu yang tidak terlalu besar yang ada di gang itu.
"Baru pulang, Neng?" sapa seorang ibu yang berpapasan dengannya.
"Iya, Bu," jawab Ayumi, mencoba tersenyum walaupun terkesan senyum itu dipaksakan.
Akhirnya beberapa saat kemudian, sampailah Ayumi di rumahnya.
"Assalamualaikum," Ayumi memberi salam. Wanita paruh baya membukakan pintu seraya menjawab salam.
"Waalaikumussalam." Sambil tersenyum, Ayumi menyalami wanita itu yang ternyata adalah ibunya. Diciumnya telapak tangan ibunya.
"Sudah pulang, Nak? Kok tumben masih siang sudah pulang? Biasanya 'kan sampai sore kuliahnya."
"Iya, Bu, hari ini hanya dua mata pelajaran," jawab Ayumi.
Ayumi bergegas ke kamarnya untuk berganti pakaian. Sekarang Ayumi selalu berpakaian syar'i jika keluar rumah, entah itu kuliah, disuruh ibunya ke pasar, ataupun hanya sekadar menyiram tanaman bunga di halaman depan rumahnya. Dan itu dilakukannya belum lama, sekitar dua bulan sejak kedua orang tuanya diajak ngaji oleh tetangga sebelah rumahnya yang baru pindah.
Ayumi, seperti kebanyakan gadis belia lainnya, suka sekali memakai celana jeans ditambah T-shirt jika kuliah. Dipadu padan dengan sepatu kanvas serta backpack yang selalu setia menggelayut manja di punggungnya. Rambutnya yang sebahu dibiarkan terurai tanpa hiasan apa pun.
Tapi itu dulu, ketika Ayumi belum mengenal sosok wanita muslimah yang menjadi tetangga barunya. Ya, tetangga baru Ayumi-lah yang telah memberi tahu tentang bagaimana cara seorang muslimah berpakaian jika hendak keluar rumah.
Dengan sabar, Mbak Maryam—tetangga baru Ayumi—itu memberi penjelasan pada Ayumi tentang berbagai macam hal yang berkaitan dengan Islam. Bahwa sesungguhnya Islam itu tidak hanya sekadar salat, puasa, zakat, dan haji. Semua kehidupan di dunia ini diatur dalam Islam, termasuk cara berpakaian.
Tidak berbeda dengan Ayumi, penampilan kedua orang tuanya sekarang lebih islami. Memang, Ayumi terlahir di keluarga muslim, namun selama ini tidak mengenal Islam dengan baik, bahkan benar-benar jauh dari Islam. Bersyukur ada tetangga baru yang selalu setia menyambangi keluarga Ayumi sekaligus memberi pemahaman yang benar tentang Islam.
Bagi Ayumi dan kedua orang tuanya, kedatangan tetangga baru di sebelah rumahnya itu merupakan berkah tersendiri. Kehidupan yang dirasakan oleh mereka dari hari ke hari makin tenang, jauh dari kehidupan sebelumnya. Ternyata benar, jika mengkaji Islam dengan benar, maka Allah Swt. akan memberikan ketenangan hidup yang selama ini tidak mereka rasakan.
Hanya satu yang menjadi ganjalan di hati Ayumi, yaitu tentang pacaran. Selama ini Ayumi menjalin kasih dengan seorang pria, teman satu kampus yang bernama Nyoman. Menurut Ayumi, Nyoman itu baik, tampan, juga sangat perhatian padanya. Kedua orang tua Ayumi pun sudah mengetahui hubungan mereka, dan selama ini tidak ada masalah dan keduanya berencana untuk menikah dalam waktu dekat. Walaupun mereka tahu akan menabrak rambu-rambu perbedaan di antara mereka.
Beberapa kali Ayumi menghela napas seraya membolak-balikkan halaman buku yang dipegangnya. Ayumi merasa berat untuk memutuskan hubungannya dengan Nyoman, pria tampan dan baik hati yang sudah mencuri hati Ayumi. Kedua orang tuanya pun sudah mendesaknya terus, agar Ayumi putus dengan Nyoman.
Hal itu dilakukan setelah mereka paham bahwa pacaran dengan sesama muslim saja dilarang dalam Islam, apalagi dengan yang nonmuslim. Nyoman itu berasal dari Bali dan dia beragama Hindu. Ayumi bergidik ketika membayangkan dia akan hidup bersama dengan orang yang berbeda keyakinan.
Ayumi masih ingat betul penjelasan yang diberikan oleh Mbak Maryam. Waktu itu Mbak Maryam membahas tentang surah Al-Baqarah ayat 221 yang isinya, "Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik sebelum mereka beriman. Sungguh hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik, meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik dengan perempuan beriman sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik, meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Allah menerangkan ayat-ayat-Nya pada manusia agar mereka mengambil pelajaran."
Akhirnya, tekad Ayumi sudah bulat, dia akan memutuskan hubungannya dengan Nyoman. Apa pun yang terjadi, putus ya putus saja. Walaupun ada sedikit sedih mengganjal di dada, namun dia yakin akan dapat melupakannya. Diambilnya gawai dari dalam tasnya, lalu dia menghubungi Nyoman. Begitu tersambung, tanpa basa-basi Ayumi berkata, "Kita putus." Dan tanpa basa-basi pula Ayumi mematikan gawainya.
Ada kelegaan yang merasuk ke dalam dada Ayumi setelah melakukan hal itu. Seakan beban berat yang dipikulnya selama ini lepas begitu saja. Mulai saat ini, Ayumi tak ingin pacaran lagi. Dia ingin fokus dengan kuliahnya. Ayumi yakin, suatu hari pasti Allah Swt. akan memberikan jodoh terbaik. Ayumi pun yakin, bahwa di suatu tempat, entah di mana, pasti ada seseorang yang diciptakan untuk dirinya.
Ayumi keluar kamar dan mendapati ibunya sedang cuci piring di dapur. Dipeluknya dari belakang, ibu Ayumi kaget. "Aku sudah putus sama Nyoman," kata Ayumi.
Ibunya hanya tersenyum seraya berkata, "Alhamdulillah."
Wanita paruh baya itu membalikkan badan setelah mengeringkan tangan dengan serbet yang tergantung di atas wastafel. Mereka berpelukan. Ibu dan anak merasakan kebahagiaan yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.
Mereka bertekad akan selalu mempelajari Islam lebih dalam lagi untuk kehidupan yang lebih baik. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa cinta pada Allah Swt. haruslah lebih besar daripada cinta pada makhluk-Nya. Apalagi cinta pada orang yang berbeda akidah. Beruntung Ayumi cepat dapat pencerahan hingga tidak terjerumus kepada kesesatan.[]
Photo : Pinterest