Sekularisasi Saudi Arabia, Muslimah Tak Lagi Mulia

"Arus sekularisasi dalam balutan feminisme berhasil memorak-perandakan tatanan baku yang sesuai fitrah manusia, khususnya fitrah muslimah. Pemisahan agama dari kehidupan terus berembus ke setiap sudut kehidupan rakyat Saudi Arabia. Ideologi kapitalisme kian mencengkeram kabijakan dan pandangan penguasa Arab terkait kehidupan."

Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Kontributor Tetap NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Duhai, perih nian melihat berita reformasi Arab Saudi yang melanggar fitrah. Ditambah aroma kebebasan yang kian menelanjangi para muslimah. Sungguh, negeri yang mendapat julukan tanah haram itu kini mengalami kemunduran. Sebab, tempat turunnya Islam itu kini sangat kental dengan aura sekularisasi.

Sekularisasi Saudi Arabia

Ada tren baru di kalangan perempuan Arab Saudi. Setelah pemakaian hijab tak lagi diwajibkan, para perempuan Saudi ramai-ramai memotong pendek rambut mereka. (CNBCIndonesia.com, 24/6/2022).

Perjalanan reformasi Saudi Arabia terus berlangsung. Padahal, reformasi yang digagas akan membawa kemunduran berpikir bagi rakyatnya, terutama kalangan muslimah. Benar, kebijakan yang dibuat memang menyasar para muslimah. Bagaimana mereka di tahun 2018 mendapat hak mengemudikan kendaraan sendiri. Kemudian menyusul kebijakan lain yang fokus pada kehidupan wanita.

Pada pemerintahan Pangeran Mohammed, kewajiban muslimah memakai hijab dicabut. Para wanita Saudi Arabia diperbolehkan menonton olahraga dan konser. Ada pula pelonggaran aturan perwalian. Di mana para wanita diperbolehkan membuat paspor dan safar ke luar negeri tanpa mahram atau izin dari kerabat laki-laki. Sungguh, beberapa perubahan ini, terutama dicabutnya kewajiban berhijab bagi muslimah adalah perbuatan yang justru menjauhkan muslimah dari kemuliaan.

Arus sekularisasi dalam balutan feminisme berhasil memorak-perandakan tatanan baku yang sesuai fitrah manusia, khususnya fitrah muslimah. Pemisahan agama dari kehidupan terus berembus ke setiap sudut kehidupan rakyat Saudi Arabia. Ideologi kapitalisme kian mencengkeram kabijakan dan pandangan penguasa Arab terkait kehidupan.

Model rambut cepak yang lagi viral di negara yang ada ka'bah itu sungguh menodai ajaran Islam yang terlahir di sana. Kapitalisme dengan akidah sekularismenya semakin trengginas menjauhkan bangsa Arab dari napas Islam. Kesetaraan gender dan kuota kerja bagi kaum hawa adalah kebijakan yang sangat menjauhkan muslimah dari fitrahnya. Sekularisasi di ranah domestik dan publik menjadikan muslimah tak lagi mulia. Mereka dengan enteng menanggalkan jilbab (gamis) dan khimar (kerudung) yang menjadi kewajibannya saat keluar rumah.

Selain itu, para muslimah di Saudi Arabia tengah menikmati euforia liberalisme yang menyeret kaum muslim bergaya hidup ala Barat. Hal itu didukung berbagai kebijakan yang tampak apik di luarnya saja. Padahal, pelaksanaan program untuk mencapai visi sang pangeran Arab di tahun 2030 menggambarkan sekularisasi yang kian nyata. Para muslimah dijauhkan dari tatanan kehidupan yang mulia. Naudzubillah.

Muslimah Mulia dalam Tatanan Kehidupan Islam

Saudi Arabia awalnya adalah jazirah yang menjadi pusat kejahiliahan. Berbagai aktivitas maksiat dilakukan. Menari telanjang, minum minuman keras, judi, duel, hingga menguburkan hidup-hidup bayi perempuan yang baru lahir menjadi aktivitas masyarakat Arab kala itu. Namun, potret kejahiliahan itu berubah tatkala Rasulullah saw. terlahir dan menerima Islam sebagai agama dan aturan kehidupan. Lambat laun, tak ada lagi aroma jahiliah setelah Islam diterapkan dalam segala aspek kehidupan dalam naungan Daulah Islam, terutama setelah Fathu Makkah.

Kini, jahiliah modern sedang menyapa tanah kelahiran Islam. Tentu saja hal itu sangat memukul kaum muslim yang merindukan kembali aturan Islam diterapkan dalam kehidupan. Sejatinya Islam sangatlah memuliakan perempuan, terlebih muslimah. Syariat terkait menutup aurat saat keluar rumah secara syar'i merupakan bukti penjagaan dan perlindungan Islam terhadap kaum hawa. Syariat Islam terkait peran domestik muslimah yang utama, menjadi ibu dan pengatur rumah tangga, merupakan kodrat alamiah yang akan menjadikan muslimah mulia di hadapan anak-anak, suami, dan keluarganya. Dari para ibu salihah akan terlahir generasi muslim yang berakidah Islam.

Islam memuliakan, menjaga, dan melindungi para muslimah. Banyak dalil yang mewajibkan penjagaan atas wanita kepada kaum adam. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah An-Nisa ayat 19, “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu memusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”

Sabda Baginda Nabi saw. pun nyata memerintahkan para laki-laki untuk berbuat baik dan memuliakan wanita. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” Sementara hadis lain diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.”

Betapa agungnya syariat Islam menjaga dan memuliakan wanita, terutama muslimah. Penjagaan dengan mengatur interaksi laki-laki dan perempuan bukan mahram di kehidupan khusus dan umum juga menjadi bukti penjagaan Islam terhadap wanita. Aturan menundukkan pandangan, menutup aurat, tidak tabaruj, dan lainnya semata untuk memuliakan wanita. Aturan Islam ini terwujud saat Islam tegak dalam sebuah institusi negara. Sebagaimana Rasulullah saw. dulu menerapkan Islam secara kaffah saat tegak Daulah Islam di Madinah. Maka, sebagai seorang muslim, saatnya berjuang untuk mengembalikan tatanan kehidupan yang sesuai syariat Islam, berjuang melanjutkan kembali kehidupan Islam.

Wallahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Penulis Inti NarasiPost.Com
Afiyah Rasyad Penulis Inti NarasiPost.Com dan penulis buku Solitude
Previous
Stroganof Buah Maja
Next
Nasihat untuk Saudariku
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram