Antibendera Tauhid: Politik Demokrasi Mengebiri Islam

"Lagi, kriminalisasi terhadap ajaran Islam dilakukan di negeri mayoritas muslim terbesar di dunia. Selalu ada delik untuk mengebiri ajaran Islam, entah itu bendera tauhid ataupun dakwah syariat dan Khilafah. Hanya sekadar mengibarkan bendera tauhid dipermasalahkan, dianggap bertentangan dengan konstitusi dan NKRI. Apa yang ditakutkan dari selembar kain yang bertuliskan lafaz tauhid? Layakkah bagi seorang muslim di negeri ini, konstitusi di atas kitab suci?"

Oleh. Sherly Agustina, M.Ag
(Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)

NarasiPost.Com-Dari Ibn Abbas r.a. menyatakan, "Panji (Rayah) Rasulullah saw. berwarna hitam dan bendera (Liwa')-nya berwarna putih, tertulis padanya "La ilaha illalLah Muhammad RasululLah." (HR ath-Thabrani)

Walau pemilu masih cukup lama, namun sudah terdengar bisingnya pencalonan capres dan cawapres yang dicalonkan dari masing-masing pengusung. Beberapa waktu lalu ada kelompok bernama Majelis sang Presiden Kami menggelar deklarasi mendukung Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sebagai calon presiden 2024. Hal yang menarik dari deklarasi ini, sempat bersitegang terkait dipasangnya bendera tauhid oleh peserta, sementara panitia menolaknya dengan alasan demi Pak Anies agar tidak terjebak. (Fajar.co.id, 8/6/22)

Dari deklarasi tersebut, pegiat media sosial, Husin Alwi Shihab, meminta polisi untuk segera menangkap orang yang membawa bendera HTI atau Khilafah pada kegiatan deklarasi Anies Baswedan. Menurutnya, pengibaran bendera HTI itu menyalahi konstitusi, sebab organisasi itu sudah menjadi organisasi terlarang di Indonesia. Polisi pun merespons cepat pernyataan Husin bahwa sedang menyelidiki bendera tauhid yang mirip dengan bendera HTI.

Lagi, kriminalisasi terhadap ajaran Islam dilakukan di negeri mayoritas muslim terbesar di dunia. Selalu ada delik untuk mengebiri ajaran Islam, entah itu bendera tauhid ataupun dakwah syariat dan Khilafah. Hanya sekadar mengibarkan bendera tauhid dipermasalahkan, dianggap bertentangan dengan konstitusi dan NKRI. Apa yang ditakutkan dari selembar kain yang bertuliskan lafaz tauhid? Layakkah bagi seorang muslim di negeri ini, konstitusi di atas kitab suci?

Sekularisme-Demokrasi Biang Keladi

Herannya, mengapa kok ada muslim yang lebih memilih bergandengan tangan dengan musuh Islam lalu menghalangi para pejuang Khilafah? Mereka bermesraan dengan Barat di atas kriminalisasi dan persekusi terhadap pengemban dakwah Khilafah. Ironis.

Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan dan negara telah membuat akidah umat tak berharga, hanya ingin mengibarkan bendera tauhid saja dilarang bahkan bisa terjerat pidana. Sedikit demi sedikit akidah umat dikikis, ajaran Islam dikebiri dan dimonsterisasi. Seolah-olah yang berpegang teguh pada akidah dan ajaran Islam harus diperangi seperti penjahat negara.

Sementara, pelaku korupsi dana bansos, dan korupsi lainnya yang jelas-jelas merugikan rakyat, serta kejahatan-kejahatan seperti mafia minyak goreng, mafia narkoba, tidak segera ditindak tegas. OPM yang jelas melakukan kekerasan dan kerusakan, negara diam seribu bahasa. Pengarusutamaan opini moderasi beragama membuat umat dipaksa untuk menjadi muslim moderat.

Sekularisme-demokrasi mengondisikan umat untuk cari 'aman' dengan tidak menjadi muslim radikal. Membungkam umat yang tetap lantang menyuarakan perjuangan syariat dan Khilafah dengan berbagai delik dan pidana. Hingga untuk pencalonan capres dan cawapres, jika ingin lolos jangan membawa-bawa label agama, seperti bendera tauhid.

Politik demokrasi hanya memberi ruang dan waktu bagi muslim moderat, pro agenda Barat dan yang hanya patuh pada konsitusi, bukan kitab suci. Muslim radikal, yakni yang disematkan kepada mere ka yang sedang memperjuangkan Khilafah, dianggap musuh besar di alam politik demokrasi. Karena musuh Islam tahu, jika Khilafah benar-benar tegak di muka bumi, maka kekuasaan mereka di dunia akan terancam.

Ingatlah, sebesar apa pun musuh Islam dan kaki tangannya membuat makar, sesungguhnya makar Allah jauh lebih baik dan hebat. Allah Swt. berfirman dalam surat Ali Imran ayat 54: "Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya."

Makna Kalimat Tauhid dan Bendera Tauhid

Kalimat tauhid di dalam Islam sangat berharga, Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga." (HR.Abu Daud)

Bendera tauhid memiliki makna tersendiri di dalam Islam, di antaranya:

Pertama, simbol akidah Islam. Karena tertulis kalimat Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh pada al-Liwa' dan ar-Rayah. Kalimat yang membedakan antara Islam dengan kekufuran dan menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Dalam hadis-hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Thabrani dari Buraidah r.a. diterangkan, “Rayah Nabi saw. berwarna hitam dan Liwa‘-nya berwarna putih.”

Kedua, sebagai pemersatu umat Islam. Jika umat Islam di berbagai belahan manapun di dunia ditanya apa kalimat tauhid, maka jawabannya sama yaitu lafaz Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh. Kalimat ini yang menyatukan seluruh umat Islam tanpa melihat ras, warna kulit, dan madzhab apa pun.

Ketiga, simbol kepemimpinan. Sejarah berbicara, al-Liwa‘ dan ar-Rayah itu selalu dibawa oleh komandan perang pada zaman Rasulullah saw. dan Khulafaur Rasyidin. Misalnya, pada saat Perang Khaibar, Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh aku akan memberikan ar-Rayah ini kepada seorang laki-laki yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Allah akan memberikan kemenangan kepada dirinya.”

Keempat, sebagai pembangkit keberanian dan pengorbanan dalam perang dan menggentarkan musuh saat berperang. Imam Ibnu Khaldun dalam hal ini menyatakan, “Banyaknya bendera-bendera itu, dengan berbagai warna dan ukurannya, maksudnya satu, yaitu untuk menggentarkan musuh…” (Ibnu Khaldun, "Muqaddimah", II/805-806).

Jelas, bendera tauhid adalah milik umat Islam bukan ormas tertentu dan tidak dikaitkan pada ormas tertentu. Tak ada alasan untuk terus memonsterisasi ajaran Islam, apalagi bendera tauhid. Jika selalu mempermasalahkan bendera tauhid ketika eksis di tengah-tengah umat, patut dipertanyakan keimanan dan kemuslimannya. Allahualam bissawab.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Sherly Agustina M.Ag. Kontributor NarasiPost.Com dan penulis literasi
Previous
Mimpi Sejahtera dengan UMK
Next
Islamofobia Kembali Melanda India
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram