Guru Merdeka Belajar

Pesatnya teknologi menjadikan tanggung jawab pembentuk generasi ini begitu sangat berat. Guru pun mengharapkan bantuan Negara sebagai benteng pengaruh keparnoan yang mempengaruhi lifestyle anak didik.



Oleh : Salasiah, S.Pd (Guru SMAN 1 Tanta)

NarasiPost.Com – Bangkitkan semangat, wujudkan merdeka belajar, menjadi tema hari guru ke-75. Dalam kondisi pandemi semangat harus selalu ada bagi seorang guru untuk mendidik. Mendidik adalah sebuah proses yang tidaklah gampang. Proses yang di dalammya ada pertentangan sikap, norma, dan sebuah nilai yang tidak hanya dalam tataran pembahasan akademik dan goresan di atas kertas. Proses yang mengarahkan panah sasarannya menuju hati. Proses memanusiakan manusia tidak hanya sebatas hak asasi manusia tapi sampai kepada fitrah kemanusiaannya. Fitrah kemanusiaan yang sudah diyakinkan oleh sang Pencipta tingkatannya melebihi para malaikat.


Guru sebagai pendidik, bagaikan ujung tombak yang langsung berhadapan pada sasaran yang dituju yaitu peserta didik. Analogi itu akan menjadi sebuah hal yang membanggakan jika dialami secara utuh, bahwa tombak selain mempunyai ujung juga mempunyai batang dan pangkal yang tidak lain adalah keluarga dan masyarakat. Agar tombak ini mencapai sasaran dengan tepat maka pemegangnya harus benar-benar memahami arah tujuannya. Dalam hal ini pemegang tombak adalah negara yang diwakili oleh pemerintah. Semuanya harus sejalan dan beriringan serta bersilaturahmi untuk saling memahami.


Guru sebagai pendidik mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar membentuk generasi yang akan melanjutkan peradaban. Peradaban mempunyai dimensi ruang dan waktu yang akan menuntut adanya perubahan. Hanya saja wabah corona yang sudah dinyatakan oleh WHO sebagai pendemi membuat seluruh dunia menyepakati protokol untuk perlindungan atas warganya, tak terkecuali lockdown sebagai pilihan. Karantina dan isolasi masyarakat agar terhindar dari paparan virus corona.


Ketika sekolah tatap muka berubah menjadi berbasis online. Guru berperan sebagai sahabat dan juga orang tua secara utuh bagi siswa-siswanya. Mendengarkan keluhan dan masalah-masalahnya menghadapi globalisasi dan moderinisasi. Pembelajaran jarak jauh menjadi tantangan guru untuk memberikan semangat belajar bagi siswa dengan model pembelajaran berbasis teknologi. Tetapi, memang harus didukung oleh jaringan dan kuota internet yang stabil. Pemanfaatan teknologi menjadi sebuah bentuk “merdeka belajar”, membangun kemandirian menggali pengetahuan.


Proses dalam mendidik bukan hanya sebatas mengajarkan, memberikan, dan memindahkan mata pelajaran tertentu kepada siswa. Tetapi, mendidik adalah menanamkan kebaikan dan manfaat ilmu sampai ke hati peserta didik, menjadikan keperibadian yang mewarnai sebuah generasi. Pendidikan tidak akan berjalan dengan baik jika tanggungjawab hanya diserahkan kepada sekolah/guru saja. Jika hal itu terjadi, maka batangan kayu itu tidak akan pernah berfungsi sebagai tombak dengan ujung yang runcing dan tajam tetapi sekedar patok yang hanya berfungsi memberikan tanda bahwa anak telah bersekolah dengan bukti ijazah tanpa harus menjalani proses didik. Akan sangat naif jika masyarakat ikut menyudutkan dan memvonis sekolah dalam hal ini guru, sebagai orang yang gagal mendidik tanpa pernah mendampingi guru.


Dalam prosesnya, mendidik juga membutuhkan aturan sebagai batas sesuatu yang boleh dan tidak untuk dilakukan terlebih agar sejalan dengan ajaran agama yang benar. Ketika aturan itu dilanggar maka mestilah ada sanksi yang diterima dengan tujuan yang sama yaitu mendidik. Sejatinya aturan-aturan ini adalah aturan yang berlaku dalam konferehensif. Misalnya ketika di sekolah dibuat aturan yang melarang untuk merokok, maka keluarga dan masyarakat ikut mengontrol anak untuk tidak merokok. Manakala sekolah menjaga pergaulan dan kepribadian anak dengan melarang membawa sesuatu yang berbau porno, masyarakat dan keluarga juga harus memberikan sanksi jika diluar sekolah mereka melanggarnya.


Pesatnya teknologi menjadikan tanggung jawab pembentuk generasi ini begitu sangat berat. Guru pun mengharapkan bantuan Negara sebagai benteng pengaruh keparnoan yang mempengaruhi lifestyle anak didik. Pemerintah diharapkan mampu menutup situs-situs porno yang mudah diakses oleh anak didik. Apalagi ketika pembelajaran jarak jauh dengan berbasis teknologi jaringan, pengawasan guru semakin berkurang terhadap bentukan karaktek anak didik. Teknologi mini android yang ada di genggaman anak didik akan semakin membawa pengaruh kuat jika tanpa ada aturan dan pengawasan.

Mengambil data Synovate, persentase kawula muda yang suka blue film, melihat gambar telanjang dan membaca buku porno cukup hebat, pria 83% dan wanita 53%. Inilah jajanan yang diminati dan jadi kebutuhan para remaja dewasa ini. Hingga tidak terbantahkan jika remaja lebih banyak mengunduh situs porno daripada situs lain ketika berada di dunia maya.


Ketika sekolah tatap muka berubah menjadi berbasis online. Adalah kewajaran ketika guru mengharapkan pemerintah untuk mengamankan jalur daring dari paparan dan godaan media antisusila. Adalah pantas untuk menutup kawasan online dari situs-situs porno yang akan mengantar pendidikan masyarakat, khususnya anak-anak usia sekolah menjauh dari karakter kesalehan. Jangan sampai ketika mengerjakan tugas daring, mereka terlena dengan media daring lain yang mengeksploitasi. Dengan alasan mencari tugas-tugas yang diberikan oleh guru, mereka akan mendapatkan pengaruh pendidikan negatif dari gawai yang memasuki ruang private anak didik. Dengan ditutupnya situs-situs porno oleh pemangku kebijakan akan membawa tujuan pendidikan Indonesia akan semakin cemerlang, merdeka dalam belajar, berlepas dari jajahan situs-situs negatif.


Guru berperan sebagai sahabat dan juga orang tua secara utuh bagi siswa-siswanya, mendengarkan, membaca chat-chat keluhan dan masalah-masalahnya menghadapi globalisasi dan moderinisasi di tengah pandemi. Seorang guru tidak hanya sekedar menyampaikan dan mentransfer ilmu karena tanggungjawab tidak hanya sekedar mengajar tapi juga mendidik, menanamkan kebaikan dan manfaat ilmu sampai ke hati mereka, menjadi sebuah keperibadian yang mewarnai sebuah generasi. Melahirkan manusia saleh sekaligus menguasai IPTEK. Pendemi tidak akan menjadikan teknologi online menghapus peran guru untuk bersua membagi ilmu, mencetak generasi saleh yang tanggap dan kreatif. Selamat hari guru!

Pictures by google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Menikmati Keindahan Momiji Di Jepang
Next
Partai Islam di Persimpangan Jalan?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram