Jejak Islamofobia Akut di Negeri ‘Anak Benua’

“Kalaulah negara-negara muslim yang memiliki angkatan perang dan nuklir mau bersuara, apalagi sampai mengancam dengan tindakan militer, tentulah penguasa militan Hindu tidak akan sepongah saat ini.”

Oleh. Sartinah
(Tim Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Penghinaan terhadap Allah, Rasul-Nya, dan simbol-simbol Islam seolah tidak pernah hilang. Kali ini penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw. kembali mengemuka untuk ke sekian kalinya di tanah Bollywood. Nupur Sharma, seorang politisi India yang kini tengah ramai diperbincangkan di berbagai sosial media. Dia menjadi sasaran perbincangan karena pernyataan kontroversialnya. Dalam sebuah acara debat di televisi setempat, Nupur Sharma dinilai telah menghina Nabi Muhammad saw.

Dalam acara debat di media Times Now, Sharma disebut telah mengolok-olok Al-Qur’an. Dia menyamakannya dengan ‘bumi itu datar’. Selain itu, dia juga menghina panutan terbaik umat Islam yakni Nabi Muhammad saw. Hal tersebut terkait pernikahannya dengan Aisyah saat masih muda belia.

Hujan Kecaman

Pernyataan kontroversial Sharma telah membawa dampak buruk terhadap partai yang menaunginya, yakni Bharatiya Janata Party (BJP), bahkan India sendiri. Di antara dampak tersebut adalah:

Pertama, adanya badai diplomatik internasional. Hal ini ditandai dengan adanya protes keras dari dunia internasional terutama negara-negara muslim. Mulai dari Kuwait, Qatar, Pakistan, dan negara Arab. Bahkan, kecaman pun datang dari Organisasi Konferensi Islam (OKI). Sebanyak 57 anggota OKI juga ikut mengkritik India.

Kedua, adanya seruan boikot produk India oleh negara-negara Arab. Pernyataan kontroversial Nupur Sharma telah memantik kemarahan para pengguna sosial media negara-negara Arab. Mereka akhirnya menyerukan untuk memboikot produk India. Tak hanya itu, mereka pun mengecam eskalasi kebencian terhadap Islam dan kaum muslim.

Ketiga, adanya sanksi terhadap Nupur Sharma. Dampak terhadap ucapannya yang dianggap menghina Nabi saw., Sharma dan satu rekannya yang merupakan juru bicara Partai BJP, telah dijatuhi sanksi berupa skors dari keanggotaan utama partai BJP.

Merespons banyaknya protes dunia internasional, BJP dalam sebuah pernyataannya mengatakan, mereka mengecam keras penghinaan terhadap tokoh dan dari agama apa pun. Termasuk tidak membiarkan ada ideologi yang menghina atau merendahkan sekte atau agama apa pun. (Bbc.com, 07/07/2022)

Menggoyang Hubungan Diplomatik

Munculnya kasus-kasus penghinaan terhadap Islam oleh oknum-oknum partai penguasa India seharusnya menjadi perhatian negara tersebut. Sejumlah analisis mengatakan, pimpinan partai dan pemerintah seharusnya membuat permintaan maaf secara terbuka tentang masalah ini. Jika tidak, hal ini akan berisiko merusak hubungan India dengan dunia Arab dan Iran.

Selama ini India bisa dikatakan telah berhasil membangun hubungan diplomatik dengan negara-negara Teluk, misalnya saja dalam sektor perdagangan. Kerja sama India dengan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yang meliputi Kuwait, Qatar, Bahrain, Arab Saudi, Oman, dan Uni Emirat Arab (UEA) mencapai US$87 pada 2020-2021.

Hubungan yang telah terjalin manis antara India dan GCC, telah membentuk simbiosis mutualisme antara keduanya. Hingga saat ini, jutaan orang India telah tinggal dan bekerja di negara-negara ini (GCC) dan berhasil mengirimkan jutaan dolar dalam bentuk remitasi (transfer uang) ke negara asalnya. Proses remitasi tersebut bahkan merupakan salah satu arus uang terbesar di negara berkembang. Di samping itu, wilayah GCC juga merupakan sumber utama energi India.

Selain itu, India telah menandatangani perjanjian perdagangan dengan UEA yang sedang berada pada tahap pembicaraan dengan GCC untuk kesepakatan yang lebih luas. Bahkan, perdana Menteri Modi telah menghadiri upacara peletakan batu perdana kuil Hindu pertama di Abu Dhabi pada 2018 silam. Selain dengan UEA, Delhi dan Teheran juga memiliki hubungan tertentu, meskipun beberapa tahun terakhir hubungan tersebut mulai menurun. Munculnya kontroversi ini jelas bisa mengganggu kunjungan mendatang Menteri Luar Negeri Iran Hussein Amir Abdollahian ke India.

Banyaknya kepentingan antara negara Bollywood dengan negara-negara Teluk, seharusnya menjadikan India memperhatikan respons kemarahan di wilayah tersebut. Namun sayang, India tampaknya tidak banyak mengambil pelajaran. Kekerasan dan penghinaan terhadap Islam justru terus mengalami eskalasi dari tahun ke tahun di tengah semakin mesranya hubungan dengan penguasa-penguasa muslim. Terlebih setelah partai BJP di bawah pimpinan PM Narendra Modi berkuasa.

Islamofobia Akut

Tak dimungkiri, munculnya narasi-narasi penghinaan terhadap Islam telah memicu ketegangan antara India dengan negara-negara Timur Tengah. Bahkan, mereka sampai mengeklaim bahwa negara Hindustan tersebut telah melakukan pengembangan islamofobia di negaranya. Mirisnya, kekerasan terhadap Islam dan minoritas lainnya sering kali mendapatkan dukungan dari pemangku kebijakan.

Berikut beberapa kebijakan kontroversial di India yang dinilai mendiskriminasi umat Islam dan menunjukkan gejala islamofobia. Pertama, disahkannya UU Kependudukan anti-Islam pada 2019 lalu yang disebut Citizenship Amandment Act (CAA). Tujuan UU tersebut adalah untuk mempercepat kewarganegaraan bagi agama Hindu, Parsis, Sikh, Buddha, Jain, dan Kristen yang teraniaya dan berada di India sebelum tahun 2014. Sayangnya, UU tersebut tidak berlaku bagi umat Islam.

Kedua, munculnya seruan untuk membunuh umat muslim. Pada Desember 2021, beberapa pemimpin agama mayoritas diduga menyerukan ‘genosida’ terhadap umat Islam di sebuah pertemuan akhir tahun. Hal ini berawal dari laporan ke polisi di Uttarakhand yang berisi permintaan dari para pemimpin agama agar warga mempersenjatai diri untuk membunuh umat muslim.

Ketiga, disahkannya kebijakan larangan hijab di sekolah maupun universitas. Pada Maret 2022, negara bagian Kartanaka mengeluarkan larangan penggunaan hijab di lembaga pendidikan seperti sekolah dan universitas. Kartanaka pun menyebut bahwa hijab merupakan sesuatu yang tidak penting bagi umat Islam. Pernyataan tersebut pun memantik protes dan demo di beberapa wilayah.

Keempat, munculnya penghinaan terhadap Islam oleh juru bicara partai BJP pimpinan PM Modi. Ini adalah kasus terbaru yang terjadi di India, di mana salah seorang Jubir partai BJP mengolok-olok Islam dalam sebuah debat di televisi. Penghinaan tersebut yang akhirnya memicu protes dunia internasional.

Ketiadaan Pelindung

Islamofobia yang menggejala di seluruh dunia telah menempatkan umat Islam dalam posisi tertindas dan terzalimi. Sayangnya, meski sudah berulang kali terjadi penghinaan dan pelecehan terhadap Islam, tetapi tidak ada satu pun negara yang mampu menolong dan membebaskan umat Islam dari ketertindasan. Meskipun sejumlah negara-negara muslim termasuk Indonesia ikut mengecam, tetapi sekali lagi, kecaman tanpa aksi nyata tidaklah berarti apa pun. Para pemimpin negara muslim malah tetap asyik menjalin kerja sama dengan India dalam berbagai bidang.

Nasionalisme benar-benar telah memutus sikap empati para penguasa muslim di seluruh dunia. Mereka hanya sibuk berkutat memikirkan nasib negara dan rakyatnya sendiri tanpa peduli urusan kaum muslim di negara lain. Muslim India hanyalah salah satu gambaran bagaimana mudahnya negara-negara kafir berlaku sewenang-wenang.

Ketiadaan pelindung inilah yang membuat umat Islam terus ditindas, dihina, bahkan dibunuh dengan sangat leluasa. Kalaulah negara-negara muslim yang memiliki angkatan perang dan nuklir mau bersuara, apalagi sampai mengancam dengan tindakan militer, tentulah penguasa militan Hindu tidak akan sepongah saat ini.

Pembelaan Islam terhadap Agama dan Umatnya

Problem utama terzaliminya kaum muslim di seluruh dunia adalah ketiadaan junnah (pelindung). Setelah runtuhnya daulah Islam, umat muslim tidak lagi memiliki institusi politik adidaya yang disegani dunia, yakni Khilafah. Sebab, hanya Khilafah yang mampu menyatukan umat Islam di seluruh dunia dan membela kehormatan setiap muslim yang dizalimi.

Khilafah adalah satu-satunya junnah yang melindungi umat Islam. Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng …. “

Umat muslim India butuh pemimpin-pemimpin gagah perkasa yang berani membela kehormatan Islam dan umatnya. Seperti hebatnya panglima perang pada masa kekhilafahan Al-Walid bin Abdul Malik, yakni panglima Muhammad bin Al-Qashim.

Beliau diutus oleh khalifah untuk menyebarluaskan dakwah Islam ke India, melakukan futuhat, juga memberi pelajaran kepada siapa pun yang mengganggu umat Islam. Seperti pada tahun 90 H, di mana dua belas kapal yang mengangkut barang-barang dagangan dirampok. Para pedagang dan kaum wanita pun ditangkap oleh perompak di wilayah Sindh. Kemudian panglima Muhammad bin Al-Qashim memerangi dan mengalahkan pasukan Raja Dahir Sen. Ibu kota Sindh pun ditaklukkan oleh kaum muslim.

Saat Islam menguasai India, kondisinya benar-benar luar biasa. Rakyat India banyak yang mendapatkan hidayah dan berbondong-bondong masuk Islam. Mereka merasakan bagaimana keadilan Islam dan hukum-hukumnya. Mereka pun bisa leluasa beribadah sesuai dengan keyakinannya. Hal ini tentu saja bertolak belakang saat negara kafir yang menguasai kaum muslim.

Namun, kondisi luar biasa tersebut berakhir setelah keruntuhan Khilafah, 101 tahun silam. Tidak ada lagi institusi yang secara politik memengaruhi konstelasi internasional yang memihak umat Islam. Semua berakhir bersama dengan keruntuhannya pada 3 Maret 1924. Keruntuhan ini sekaligus membuat umat Islam kehilangan institusi yang menerapkan syariat Islam secara kaffah dan menyatukan umat Islam di seluruh dunia.

Khatimah

Jejak-jejak islamofobia terus membayangi umat Islam di mana pun. Kekhawatiran akan hilangnya rasa aman nyaris terjadi di setiap negara dengan minoritas muslim. Sejatinya islamofobia hanya mampu dibendung jika sang junnah kembali tegak di muka bumi. Karena itu, sudah saatnya setiap muslim berjuang menegakkannya kembali agar harta, jiwa, dan kemuliaan kaum muslim tidak diacak-acak oleh bangsa lain.

Wallahu a’lam bi ash shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Demokrasi, Negeri Kampiun, dan Krisis Rasa Aman
Next
Kala Adidaya Diberondong Senjata
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram