4 Perkara dalam Mendidik Anak Menurut Islam

“Anak adalah amanah bagi orang tuanya. Hatinya yang suci adalah substansi yang berharga. Jika ia dibiasakan dengan kebaikan, ia akan tumbuh dalam kebaikan dan bahagia dunia akhirat. Adapun jika ia dibiasakan dengan kejelekan dan diabaikan begitu saja seperti binatang, maka ia akan sengsara dan celaka. Maka dari itu, menjaga anak adalah dengan mendidik, mendisiplinkan, dan mengajarkannya akhlak-akhlak terpuji. (Imam Ghazali)"

Oleh. Dila Retta
(Tim Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kebanyakan dari kita tentu telah mengetahui tentang sebuah riwayat yang memberikan sebuah penjelasan bahwa setiap orang adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Karenanya kita harus bisa memiliki sikap bijaksana, terutama dalam memimpin sebuah keluarga. Seorang ayah harus bisa menjadi pemimpin rumah tangga yang tidak hanya bisa mencukupi nafkah dan mengayomi keluarga, tapi juga membimbing keluarganya agar senantiasa bertakwa. Seorang ibu harus bisa memberikan didikan terbaik untuk anak-anaknya, agar mereka bisa tumbuh menjadi pribadi terbaik menurut agama.

Dan mengenai tahapan dalam mendidik anak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Antara lain:

1. Berikan Teladan untuk Membentuk Kepribadian

Memberikan keteladan pada anak adalah cara paling efektif yang bisa diterapkan untuk membentuk kepribadian anak. Bukankah telah sama-sama kita ketahui bahwa anak adalah peniru paling ulung? Anak akan mempelajari dan meniru apa pun yang mereka lihat, karenanya kita harus menjadi teladan yang baik untuk mereka. Segala bentuk perbuatan dan perkataan yang terpatri dalam perkembangan anak adalah refleksi dari didikan yang diberikan oleh para pendidiknya, terutama orang tua.

Karenanya, agar anak bisa memiliki kepribadian yang baik, setiap orang tua harus bisa memberikan teladan yang baik pula. Dan tidak ada teladan yang lebih baik melainkan dari sosok Sang Pembawa Risalah, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Sebagaimana yang telah Allah jelaskan dalam firman-Nya QS. Al-Ahzab ayat 21. Maka kenalkan sosok Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam kepada anak-anak kita sedini mungkin, ceritakan kepada mereka kisah para nabi yang dapat memberikan banyak pelajaran dan keteladanan.

Hal lain yang perlu kita perhatikan dan terapkan dalam mendidik anak melalui teladan adalah hindari kalimat perintah. Jika anak terbiasa mendengar kalimat perintah, seringkali mereka akan merasa ‘tertindas’ dan ingin memberontak. Hal seperti ini juga akan berdampak pada pembentukan karakternya di masa mendatang. Alih-alih menggunakan kalimat perintah, alangkah lebih baik jika kita memberikan mereka kalimat motivasi.

Sama halnya dengan mengajarkan anak pada rutinitas ibadah seperti salat dan mengaji. Jika anak hanya diperintah sedang kita sendiri tidak menunaikannya, maka anak tidak akan mengikuti apa yang diperintahkan. Sebagaimana yang pernah disebutkan dalam sebuah riwayat oleh Al-Jahizh, ketika ‘Uqbah bin Abu Sufyan menyerahkan anaknya pada seorang guru, ia berkata, “Sebelum engkau membuat anakmu menjadi saleh, selehkanlah dirimu dulu…”

2. Latih Kedisiplinan dengan Pembiasaan

Agar anak dapat memiliki sikap kedisiplinan, maka hendaknya setiap orang tua mulai membiasakan mereka dalam memanajemen waktunya sejak dini. Jelaskan kepada anak-anak mengenai pentingnya mengolah waktunya dengan baik. Bahkan jika diperlukan, latihlah dengan memberikan hukuman atau konsekuensi kepada mereka. Karena hal seperti ini cukup efektif diterapkan dalam melatih kedisiplinan anak.

Dalam kitab Ihya ‘Ulumi Ad-Din, Imam Al-Ghazali pernah mengatakan, “Anak adalah amanah bagi orang tuanya. Hatinya yang suci adalah substansi yang berharga. Jika ia dibiasakan dengan kebaikan, ia akan tumbuh dalam kebaikan dan bahagia dunia akhirat. Adapun jika ia dibiasakan dengan kejelekan dan diabaikan begitu saja seperti binatang, maka ia akan sengsara dan celaka. Maka dari itu, menjaga anak adalah dengan mendidik, mendisiplinkan, dan mengajarkannya akhlak-akhlak terpuji.”

Untuk menerapkan pendidikan anak melalui pembiasaan ini sendiri, kita sebagai orang tua juga harus memahami konsep parenting yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib yang membagi tahapan mendidik anak menjadi 3 tahap. Pendidikan dengan pembiasaan ini baru bisa dimulai saat anak berusia 8-14 tahun. Karena anak baru bisa mengerti tentang tanggung jawab pada usia tersebut.

3. Bentuk Akhlak dengan Nasihat

Tahapan berikutnya yang harus diperhatikan dalam mendidik anak adalah dengan memberikan nasihat. Fitrahnya, setiap orang termasuk anak kita sendiri akan lebih mudah mengambil sebuah hikmah atau pelajaran dari nasihat yang disampaikan dibandingkan dengan peringatan. Itulah mengapa, Al-Qur’an yang setiap hari kita baca lebih banyak mencakup tentang kisah-kisah hikmah penuh nasihat.

Sama halnya dengan usaha dalam membentuk akhlak seorang anak, maka cara terbaiknya adalah jangan bosan memberikan nasihat. Metode ini sendiri telah diterapkan oleh keluarga Luqman dalam mendidik anak-anaknya. Allah telah menjelaskannya dalam QS. Luqman ayat 13-17.

Memberikan nasihat kepada anak sendiri dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti membacakan sebuah cerita, melalui diskusi ringan, atau bahkan dengan menyisipkan kalimat canda dalam memberikan nasihat agar anak tertarik untuk mendengarkan. Namun jangan lupa, sebaik-baik nasihat adalah yang bersumber dari Al-Qur’an dan ajaran syariat Islam. Karenanya dalam sebuah riwayat hadis pun disebutkan bahwa agama adalah nasihat.

4. Perhatikan Langsung Perkembangan Anak

Allah berfirman dalam QS. At-Tahrim ayat 6, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..”, Ali bin Abi Thalib menyebutkan bahwa maksud dari ayat ini adalah agar setiap dari kita mendidik dan mengajari mereka. Tidak mungkin bagi seseorang mampu memberikan didikan dan ajaran yang benar tanpa mengetahui seperti apa kondisi mereka dan didikan apa saja yang dibutuhkannya.

Oleh sebab itu, setiap orang tua hendaknya memperhatikan langsung perkembangan anak-anaknya. Baik dari segi tumbuh kembang, kemampuan berpikir, hingga teman bergaulnya. Orang tua tidak boleh mengabaikan anak-anaknya begitu saja. Mereka harus tetap diawasi meski telah menempuh pendidikan formal sekalipun. Tidak hanya perihal pendidikan, bahkan saat anak sudah mulai tumbuh dewasa, setiap orang tua harus bisa memperhatikan dengan benar mengenai pasangan hidup yang akan membersamai anak-anaknya dalam berumah tangga kelak.

Menjadi orang tua bukanlah perkara yang mudah, tugas kita tidak hanya memberikan didikan agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi berakhlak dan memahami ajaran-ajaran agama Islam. Tapi lebih dari itu semua adalah tentang pertanggungjawaban kita kelak di hadapan-Nya. Karenanya tidak akan pernah ada kata selesai bagi kita semua untuk senantiasa belajar dan memperbaiki diri. Tidak hanya belajar ilmu pengetahuan, namun juga belajar menjalani kehidupan dan menuntun setiap orang yang kita sayang agar senantiasa berada dalam kebaikan.
Wallahu’alam bishawab[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Dila Retta Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Malang Nian Nasib Tenaga Honorer
Next
Jalan Panjang Sekularisasi sang Pionir Arab Spring
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram