Ketika Duka Menyapa Keluarga

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata: Dan bagimu juga kebaikan yang sama. (HR. Muslim)"

Oleh.Deena Noor
( Kontributor Tetap NarasiPost.Com )

NarasiPost.Com-Tak terbayangkan bagaimana perasaan ibunda Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril menanti kabar tentang putranya yang hilang di sungai Aare, Swiss. Sedih itu pasti. Tak terlukiskan dengan kata-kata mungkin.

Hati ibu mana yang tak nelangsa manakala sang putra hilang hingga berhari-hari. Kabar terakhir adalah bagaimana ia hanyut bersama derasnya air. Apakah ia baik-baik saja? Apakah ia kuat bertahan dalam dinginnya arus sungai? Adakah seorang yang bisa mendengar permintaan tolongnya? Kecamuk perasaan mengoyak kalbu. Sungguh hanya Dia tempat meminta kekuatan dan pertolongan.

Begitu pula sang ayah diliputi sedih nan pilu. Tak pernah menyangka akan menghadapi ujian yang begitu menyesakkan dada. Putra kebanggaannya mengalami musibah di sungai dan menghilang tanpa tahu bagaimana kondisinya.

Beragam upaya telah dilalui, menelusuri sungai hingga ke segala sisi. Hati hancur berkeping-keping tatkala mata tak kunjung menemukan sosok buah hati yang dicari. Pasrah pada-Nya menjadi penguat abadi.

Duka memang tengah menyelimuti keluarga Gubernur Jabar, Ridwan Kamil. Keluarga ini harus bertahan dalam pekatnya kesedihan sambil terus berusaha mencari titik terang keberadaan sang anak yang hilang. Ikhtiar dan doa tiada putus dibentangkan. Berharap keajaiban membawa kembali sang putra ke pangkuan keluarga.

Musibah atau kecelakaan yang menimpa anak menjadi kesedihan mendalam bagi setiap orang tua. Tak ada orang tua yang menginginkan anaknya sakit dan terluka. Andai mampu, orang tua pasti rela menggantikan semua sakit dan luka yang mendera anak-anaknya. Biarlah diri yang menanggung derita asalkan anak-anak tetap bahagia dan sejahtera.

Ranah manusia adalah berusaha. Tak sedikit pun berwenang pada hasilnya. Orang tua mungkin telah berupaya sebaik yang mereka bisa. Menjaga anak sepenuh hati agar tak ada setusuk duri pun mampu melukai. Melindungi mereka sekuat tenaga agar tak satu keburukan pun menghampiri. Meskipun orang tua telah berupaya maksimal dalam merawat, menjaga, dan melindungi anak-anaknya, namun ketika takdir Allah telah berbicara, siapa mampu menolaknya?

Ujian bisa datang kapan saja. Musibah bisa menimpa siapa pun dia. Keluarga tak selamanya dinaungi ceria. Tawa dan tangis menghiasi rumah silih berganti sesuai dengan waktu yang ditentukan-Nya. Mampu melewati setiap episodenya akan mengokohkan tali keluarga.

Wajar bila kita berduka ketika anak-anak tertimpa musibah. Sakit yang dialami salah satu anggota keluarga, pastilah dirasakan oleh yang lainnya. Namun, berlarut dalam duka hingga mengabaikan tugas dan kewajiban bukanlah hal yang dikehendaki-Nya. Di atas segala rasa kita sebagai manusia, ada Allah yang Mahakuasa atasnya. Dialah yang mampu membalikkan keadaan sesulit apa pun itu.

Bagaimana caranya agar keluarga mampu mengelola duka agar tak meraja?

Saling Menguatkan

Keluarga adalah tempat kita saling berbagi rasa dan segalanya. Susah dan senang, bersama merekalah kita menikmatinya. Keluarga adalah yang mau menerima apa adanya kita. Keluarga menjadi tempat kita bersandar dan berlindung kala realitas dunia menghantam dengan kerasnya. Kepada keluargalah pada akhirnya kita akan kembali, walau sejauh apa pun kita pergi.

Keluarga adalah orang-orang yang terikat jalinan darah dengan kita. Dan selamanya, ikatan keluarga itu tak akan pernah bisa terhapuskan.

Ketika keluarga tengah dicoba, saling menguatkan adalah sepatutnya. Daripada saling menyalahkan dan mengutuk, yang justru akan menambah rumit permasalahan. Saling menyalahkan juga akan menimbulkan perpecahan dalam keluarga. Saat semua telah menunaikan tugasnya dengan baik dan ujian datang di luar kuasa manusia, maka siapa yang bisa menghindarinya?

Di saat-saat seperti itulah, kesolidan seluruh keluarga sangat dibutuhkan. Ego manusia pasti berteriak untuk mencari siapa yang harus dipersalahkan. Namun, kita tak harus memenuhinya, bukan?! Singkirkan ego masing-masing. Jangan pernah merasa paling semuanya sendiri. Duka ini, ujian ini, dan masalah ini dirasakan dan dihadapi oleh seluruh keluarga. Bersama-sama bergandengan tangan mencari solusi agar masalah terpecahkan dan duka tak terus membuat rumah menjadi gulita.

Saling Mengingatkan

Duka menjadi ujian yang dihadapi oleh setiap manusia. Sering kali duka membuat perasaan manusia terluka dan terombang-ambing tak tentu arah. Bila diturutkan, perasaan akan bisa menyesatkan. Senang dan sedih bila dituruti akan melenakan hingga lupa pada Rabb-nya.

Terlampau menuruti kesedihan hingga kehilangan akal sehatnya dan melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Karena dalam kesedihan itu terdapat setan yang menggelayuti. Jiwa pun terkekang duka yang melemahkan iman hingga dengan mudahnya merutuk, mencela, meluapkan amarah sampai menyekutukan Sang Pencipta. Akibatnya, ia mencari solusi pada tempat yang salah. Ia menggantungkan nasib pada ramalan dukun, orang pintar atau pun ahli nujum ketimbang Allah, Sang Khalik. Naudzubillahi min dzalik…

Inilah pentingnya keluarga untuk saling mengingatkan dalam kondisi apa pun, termasuk di saat musibah menerpa. Saling menasihati dan mengingatkan bahwa segala yang terjadi adalah atas kehendak Allah Swt.. Baik dan buruk semua dari-Nya. Maka, Allah adalah sebaik-baik tempat kita menggantungkan segalanya.

Tidak ada satu pun di dunia ini yang berjalan tanpa sepengetahuan-Nya. Semua ada maksudnya. Pasti ada hikmah dalam setiap peristiwa, andai kita mau merenungkannya. Ujian menjadi ajang penempaan diri dan untuk mendekatkannya pada Sang Pencipta. Pahala menanti bagi mereka yang mampu menjalaninya dengan baik. Semua ujian adalah baik bagi mukmin, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Dan tidaklah itu didapatkan kecuali pada diri orang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, dia bersyukur. Maka, itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, dia bersabar. Maka, itu baik baginya.” (HR. Muslim)

Saling Mendoakan

Doa adalah senjata kaum mukmin. Berikanlah ini pada keluarga kita yang tengah dihantam cobaan agar ia tegar menghadapinya. Ketika kesedihan begitu mengimpit, maka berdoalah sebagaimana yang dipanjatkan oleh Nabi Muhammad saw.: “Ya, Allah, aku berlindung kepadaMu dari gundah gulana dan rasa sedih …” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdoa kepada Allah untuk mengadukan segala yang kita alami seperti yang dinyatakan dalam surah Yusuf ayat 86: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.”

Doa yang baik itu juga akan kembali pada diri kita. Dengan saling mendoakan, maka kebaikan akan melingkupi keluarga. Mendung yang merundung perlahan akan pergi. Pandangan yang semula tampak gelap akan berangsur terang. Pikiran yang ruwet dan keruh akan kembali jernih. Permasalahan yang mendera akan mampu menemukan jalan keluarnya. Itulah kebaikan doa untuk sesama saudara, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata: “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim)

Doa menjadi tumpuan keluarga. Pada-Nya, secercah asa dipinta. Tak perlu ragu meminta apa pun pada-Nya sebab Dia Maha Segalanya. Tak ada yang mungkin bagi-Nya bila sudah berkehendak. Yakinkan hati kita pada janji-Nya, seperti yang telah dinyatakan dalam surah Al-Mukmin ayat 60: “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Ku perkenankan bagimu.”

Wallahu a’lam bish-shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Mengais Harapan di Tengah Puing Demokrasi
Next
Mengenal Proofreading
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Maya Rohmah
Maya Rohmah
2 years ago

MasyaAllah. Hatiku gerimis membaca tulisan ini.

Betul, Mbak. Semua ujian adalah baik bagi mukmin. Dan senjata orang mukmin adalah doa.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram