"Mari sama-sama berusaha menjadi seorang muslimah sejati, yang memiliki maruah dengan senantiasa menjaga izzah dan iffah. Jagalah kehormatan hijab yang kita kenakan, sebagaimana hijab itu telah menutupi aurat untuk memuliakan kita agar tidak dipandang orang sembarangan."
Oleh. Dila Retta
( Kontributor Tetap NarasiPost.Com )
NarasiPost.Com-Malam ini, ada kejadian tidak biasa yang aku alami. Selepas agenda kajian rutin di salah satu masjid yang biasa kukunjungi, saat sedang berada di kamar mandi, aku berjumpa dengan dua orang muslimah sedang merapikan pakaiannya.
Abaya bewarna soft green dengan hiasan renda hitam, french khimar dengan warna senada, lengkap dengan cadar yang menutupi wajahnya. Ia bersama seorang kawan bergamis hitam dengan kerudung cokelat yang diikat ke belakang.
Awalnya memang tidak ada yang aneh dari keduanya. Tapi saat mereka sedang memulai obrolan, obrolannya membuatku terkejut.
Aku yang berada tidak jauh dari mereka, harus mendengar banyak sekali kata-kata kotor yang tak sepantasnya diucapkan. Dalam setiap obrolannya, kata-kata seperti itu selalu disisipkan. Bahkan mereka tidak peduli jika ada orang lain yang sedang berada di tempat itu. Mereka hanya asyik dengan obrolannya sendiri. Mereka seolah lupa jika masih berada dalam lingkungan masjid, tempat beribadah.
Tak ada yang berani menegur. Aku pun hanya berusaha mengingkarinya dengan senantiasa beristighfar dalam hati dan segera keluar dari sana.
Miris memang saat diperhatikan. Bagaimana tidak, setiap muslimah itu telah diperintahkan untuk menjaga kehormatannya baik melalui pakaian, tindakan, maupun lisan. Namun, fakta apa yang sedang kusaksikan sekarang?
Mungkin karena hal seperti inilah yang menjadi alasan kebanyakan orang agar jangan mudah menilai seseorang dari penampilan luarnya. Mungkin inilah yang seringkali menjadikan alasan banyak orang masih memandang hina penampilan seorang muslimah yang telah diatur oleh agama.
Apakah dalam anggapan mereka, pakaian syari yang sedang dikenakan hanyalah trend fashion saja? Hanya sekadar ‘kostum’ saat sedang berkunjung ke masjid? Naudzubillah…
Aku ingat benar obrolan apa yang sedang mereka bicarakan. Tentang status hubungan yang sedang dijalani. Kurang lebihnya akan kugambarkan dalam sebuah dialog singkat, tentunya dengan tanpa menyertakan kata kotor yang diucapkan.
“Bagaimana hubunganmu dengan cowok itu?” tanya perempuan bergamis hitam.
“Udah, jangan dibahas. Aku malas dengannya, selalu saja ngajak nikah. Aku kan masih ingin bebas melakukan apa pun” jawabnya tanpa pikir panjang.
“Lalu apa rencanamu?” pertanyaan kembali diajukan kepada perempuan berabaya hijau.
“Aku sedang dekat dengan cowok lain, dan tidak ada yang tahu.”
Astaghfirullah, semoga Allah memberikan mereka ampunan serta hidayah. Dan semoga, Allah senantiasa menjaga keimanan kita semua.
Hal seperti ini memang bukan yang pertama kali terjadi, terutama di akhir zaman seperti ini. Tapi mau sampai kapan hal-hal seperti ini dibiarkan?
Di luar sana, tentu masih banyak pelanggaran-pelanggaran lain yang dilakukan oleh setiap orang. Masih banyak seorang muslimah yang tidak bisa menghargai dirinya sendiri, tidak bisa mencerminkan kehormatan sebagai seseorang yang dimuliakan dengan pakaian yang dikenakan. Masih banyak yang berdalih mencari pembenaran terhadap setiap kesalahan yang dilakukan.
“Santai aja, Allah Maha Pengampun kok”
“Nggak usah sok suci deh, kita cuma beda cara berbuat dosa”
“Urus aja urusanmu sendiri, nggak usah ngurusin orang lain”
“Cuma perkara gini doang, yang penting ibadah ku masih jalan”
Saya yakin, kebanyakan dari kita juga sering mendengar pembelaan-pembelaan seperti itu, bukan?
Selama ini saya selalu mengingat-ingat sebuah ungkapan, “Wanita itu memang dimuliakan tapi dalam sisi berlainan, mereka adalah fitnah terbesar”. Memang benar aturan Islam datang untuk memuliakan kaum perempuan, tapi tanpa bekal keilmuan dan ketakwaan, kita tidak mungkin bisa menjaga kehormatan yang telah diberikan. Kita tidak bisa mengendalikan hawa nafsu agar jangan sampai mengikuti langkah-langkah setan.
Inilah yang menjadi alasan, mengapa kita harus mempelajari ilmu agama dengan sungguh-sungguh dan berusaha mengamalkannya dalam kehidupan. Tidak cukup sekali, namun sampai kita mati.
Jika seseorang yang sudah memiliki bekal ilmu agama saja masih bisa tergelincir dalam perbuatan salah, mengapa kita yang fakir ilmu ini senantiasa merasa aman dari dosa? Tidakkah kita semua ingin berbenah agar bisa menjadi sebaik-baiknya hamba? Kita semua memang tidak akan pernah bisa terbebas dari khilaf dan salah, di antara kita semua memang tidak ada yang benar-benar suci dari dosa. Tapi selama keimanan masih tertancap dalam hati, berusahalah agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Islam telah memberikan kemuliaan untuk kaum perempuan, maka jangan sampai menghinakan diri sendiri dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang. Mari sama-sama berusaha menjadi seorang muslimah sejati, yang memiliki maruah dengan senantiasa menjaga izzah dan iffah. Jagalah kehormatan hijab yang kita kenakan, sebagaimana hijab itu telah menutupi aurat untuk memuliakan kita agar tidak dipandang orang sembarangan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi)[]
Duh miris. Masih banyak memang yang memandang hijab itu sebagai fashion saja. Akhirnya yang disalahkan syariat Islam nya. Astaghfirullah.