Aku dan Rasa Sesalku

"Inilah yang aku sesali karena aku kurang memahami. Bahwa dakwah adalah mengajak orang kembali ke jalan yang baik, bukan hanya menasihati yang telah baik. Tujuan dakwah itu untuk menegakkan Islam kaffah dan itu tidak akan tegak jika dakwah Islam hanya berputar di sekitar golongan tertentu saja."

Oleh. Ana Nazahah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Apa yang kusesali sepanjang membersamai teman-teman dalam hijrah ini adalah ketidakmampuanku dalam mengelola emosi. Aku yang mudah baper, tersinggung, dan menyerah karena hal sepele. Di mana seiring waktu, aku mulai menyesali hal itu.

Mungkin teman-teman pernah merasakan, berada di posisi menyesal kenapa melakukan hal-hal yang seharusnya tak dilakukan. Itulah yang aku rasakan, saat aku sadar bahwa aku terlalu sering membandingkan kehidupan orang lain dengan kehidupanku sendiri. Di saat aku terlalu egois, memosisikan sahabat yang hendak didakwahkan adalah sama posisinya denganku. Padahal mereka hidup di lingkungan berbeda, orang tua berbeda, dan dari didikan yang berbeda pula.

Tak Sama!

Ada hal-hal yang bagiku itu lumrah, namun bagi yang lain itu wah. Ada hal-hal yang bagiku luar biasa, tapi bagi orang lain itu hal biasa saja. Namun, aku terlalu payah dalam memahami hal itu. Sehingga membatasi ruang gerakku dan segala hal yang berhubungan dengan dakwah ini, hanya sebatas toleransi dan kemampuanku menerimanya.

Padahal, di tengah hantaman budaya hedonis sekularisme yang begitu masifnya, bagaimana mungkin dakwah bisa diterima begitu saja tanpa ada tantangannya. Di mana tantangan di sini, bukan lagi berupa penolakan dakwah. Namun lebih dari itu, ide-ide sekularisme, telah mendarah daging, hidup di dalam benak sahabat yang kita dakwahkan.

Tadinya, aku selalu berpikir memosisikan orang lain pada posisiku. Lalu aku mulai berbicara begini dan begitu, hati-hati sekali seolah itu adalah aku yang dulu sebelum hijrah. Aku berpikir, orang lain akan mudah paham dengan apa yang kusampaikan, karena dulunya aku juga begitu. Namun siapa sangka! Manusia itu tidak sama. Apa-apa yang kita anggap istimewa, belum tentu istimewa di hadapan pemikiran orang lainnya. Target hidup dan standar kebahagiaan masing-masing orang itu berbeda.

Tentunya aku tidak sedang membandingkan mereka yang telah berhijrah dan belum berhijrah. Yang kumaksud adalah mereka yang belum berhijrah saja. Meski standar kebahagiaan yang dikejar adalah sama-sama materi. Namun, berbeda dari segi tingkatan, cara, serta standar kepuasan dan kebahagiaan yang hendak dicapai.

Ada orang yang sangat berpuas diri saat mendapatkan nilai terbaik. Ada pula mereka yang tidak terganggu saat nilai dan prestasinya anjlok. Ada orang yang merasa berhasil saat ia mampu menjadi pribadi yang beradab dan berbudaya. Ada juga yang merasa adab, budaya, dan agama bukanlah standar tinggi rendahnya ilmu. Karenanya, kita dapati ragam manusia yang warna-warni. Ada anak TK, namun halus budi pekertinya. Ada pula profesor yang minim moral, menyerang agama, dan menistakan agama yang dijunjung tinggi oleh mayoritas masyarakat bangsa ini. Ada!

Intinya, manusia itu berbeda. Kita dibangun oleh lingkungan dan pendidikan yang berbeda, yang memengaruhi sudut pandang dan cara berpikir kita. Jadi, kita tak bisa selamanya melakukan pendekatan yang sama dan memosisikan diri kita sama dengan orang lainnya. Kita wajib mencari dan belajar uslub serta pendekatan yang berbeda. Berangkat dari sudut pikir bahwa kita tidak sama. Sehingga dakwah tidak melulu tentang kita. Namun juga demi kebaikan bersama. Karena agama ini memang Allah turunkan untuk seluruh manusia yang hidup di semesta-Nya.

Yang Kusesali

Awalnya aku kaget dengan sifat dan karakter manusia yang berbeda. Aku yang belum terbiasa menganggap hal itu di luar batas toleransiku. Sebut saja mereka yang biasanya kurang adab di mejelis ilmu, kurang peka terhadap masalah keumatan, hingga mereka yang berkata-kata kasar dan kotor seperti, anjing, kampret, goblok, tolol, dll.

Siapa yang tidak melongo dengan bahasa dan jenis adab seperti itu? Namun siapa sangka? Di zaman ini, kata-kata seperti ini dan karakter yang kurang adab bukanlah hal yang baru. Mereka pacaran, mereka berpakaian setengah telanjang, mengelukan kaum homo, dan bersorak untuk idolanya yang kafir itu. Bahkan, di antaranya ada yang terlibat zina, melakukan seks bebas, dan aborsi. Pusing pastinya melihat realitas ini. Namun, inilah potret generasi masa kini, di mana kita tinggal di sana.

Namun, aku terlambat dalam memahami hal itu. Aku melepaskan genggaman sahabat yang kupikir takkan mampu berjalan beriringan denganku. Mereka terlalu berbeda, perilaku mereka tidak bisa dimaafkan. Biar aku hidup dengan sahabat sefrekuensi saja. Berteman, bernasihat dengan yang mau menerima saja. Yang lain? Biarkan mereka dengan dunianya.

Inilah yang aku sesali, karena aku kurang memahami. Bahwa dakwah adalah mengajak orang kembali ke jalan yang baik, bukan hanya menasihati yang telah baik. Apa gunanya dakwah di lingkungan yang baik, jika kerusakan dan kebobrokan mendominasi? Tujuan dakwah itu untuk menegakkan Islam kaffah dan itu tidak akan tegak jika dakwah Islam hanya berputar di sekitar golongan tertentu saja.

Bukan Hasil

Ya, seharusnya golongan yang baik itulah yang menegakkan amar makruf nahi mungkar. Bukan malah betah dakwah sesamanya, lalu menganggap di luar sana tidak pantas dan membiarkan mereka terus berkubang dalam keburukan yang tiada ujungnya.

Karena hakikat dakwah sejatinya hanya menyampaikan, tolong-menolong di atas jalan kebenaran. Di atas diri kita ada hak saudara, sebagaimana di atas pribadi mukmin lainnya, yakni hak untuk saling mengingatkan. Sebagaimana firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 71, "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang munkar."

Karena yang Allah perintahkan adalah dakwah, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka bukanlah hak kita sebagai manusia mengubah keadaan suatu kaum. Karena hak mengubah keadaan suatu kaum ada pada masing-masing kaum tersebut. Jika pribadi atau kaum tersebut berkeinginan mengubahnya, maka Allah bantu ia mengubahnya. Sebagaimana firman Allah, Ar-Ra'd ayat 11, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."

Jadi, ukuran berdakwah bukanlah hasil. Karenanya dakwah adalah hasil itu sendiri. Sampaikan saja kebenaran Islam, sesuai kesanggupan dan semaksimal mungkin. Allah berfirman dalam An-Nisa' ayat 125, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan dengan cara yang baik."

Khatimah

Mungkin kelalaianku terjadi karena kurangnya kepekaanku terhadap masalah di sekelilingku. Aku yang begitu tega membagi duniaku di antara dunia yang sangat rusak dan kacau ini. Padahal, aku juga tinggal di sana, di atas dunia yang sama dengan teman-teman lainnya.

Ya, tidak ada duniaku dan dunia mereka. Kita semua ada di posisi yang sama. Karena itu, mengemban dakwah ini adalah tugas kita bersama. Segala kebobrokan yang umat alami ada hak dan peran kita di sana. Di mana semua itu akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Azza wa Jalla.

Wallahu a'lam bishawab![]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Himmah ‘Aaliyah Penuh Berkah
Next
Hilangnya Kehormatan dalam Balutan Hijab
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram