“Dalam Islam untuk mengatasi wabah agar tidak menjadi sebuah pandemi, semua pihak seperti para penguasa dan rakyat harus berkolaborasi untuk menghentikan laju penyebarannya. Adapun peran negara harus bisa mengisolasi daerah wabah, agar wabah tidak semakin meluas.”
Oleh. Mariam
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Masih terasa euforia mudik lebaran yang diperbolehkan karena kasus Covid-19 yang semakin melandai, kini dunia dibuat kembali khawatir dengan gelombang pandemi berikutnya yang akan terjadi. Munculnya penyakit baru Hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak di wilayah Eropa, Asia, dan Amerika menjadi kasus yang cukup serius untuk digali karena kembali menimbulkan korban jiwa. Belum diketahui, penyebab dari penyakit Hepatitis akut misterius ini terjadi.
Di Indonesia, temuan kasus ini bermula dari adanya tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan dugaan Hepatitis akut yang menyebabkan ketiga pasien tersebut meninggal dunia dalam kurun waktu yang berbeda, dengan rentang antara dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.(Bisnis.com, 3/5/2022)
Kemunculan Hepatitis Akut Misterius di Sejumlah Negara
Bersumber dari laman resmi Kemenkes, Selasa (3/5), Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris perihal 10 kasus hepatitis akut yang masih belum diketahui penyebabnya pada anak-anak. Sejumlah pemeriksaan laboratorium telah coba dilakukan, namun virus hepatitis tipe A, B, C, D, dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit yang sekarang menyerang.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO menginformasikan kasus terbaru per 21 April 2022 di beberapa negara yang sudah terjangkit hepatitis akut seperti di Inggris terdapat 114 kasus, Spanyol ada 13 kasus, Israel terdapat 12 kasus, Amerika Serikat 9 kasus, Denmark 6 kasus, Irlandia di bawah 5 kasus, Belanda hanya ada 4 kasus dan Italia pun 4 kasus. Selain itu, kasus penyakit hepatitis ini ditemukan pula di negara Norwegia terdapat sebanyak 2 kasus, Perancis terdapat sebanyak 2 kasus, Romania 1 kasus dan Belgia hanya ada 1 kasus. (Bisnis.com, 3/5/2022)
Prof. Tjandra Yoga Aditama sebagai mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, mengungkapkan bahwa Hepatitis akut ini berbeda dengan tipe sebelumnya yang sudah ditemukan. Karena saat ini ada perbedaan dibandingkan Hepatitis yang sudah lama ditemukan. (BBC.Com, 4/5/2022)
Gejala Hepatitis Akut Misterius
Menurut Kemenkes, gejala yang ditemukan pada pasien Hepatitis akut misterius ini seperti mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang, dan penurunan kesadaran pada anak. Saat ini Kemenkes sedang berupaya melakukan investigasi penyebab kejadian Hepatitis akut melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap dan efektif. Selama masa investigasi, Kemenkes mengimbau agar masyarakat tetap berhati-hati dan selalu tenang dalam menyikapi apa pun yang terjadi. Tetap siaga untuk selalu melakukan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan bersih dan matang, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap mematuhi protokol kesehatan.
Akankah Hepatitis Akut Misterius Menjadi Pandemi Baru?
Dokter Spesialis Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Hanifah Oswari mengingatkan bahwa ada kemungkinan kasus infeksi hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini bakal menjadi pandemi secara global. Namun demikian, kemungkinan itu masih sangat kecil mengingat saat ini kasus hepatitis misterius masih terkendali di sejumlah negara.
Sedangkan Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi membantah bahwa masih terlalu dini untuk menilai kemungkinan hepatitis akut misterius menjadi pandemi baru yang akan terjadi. Karena status pandemi merupakan kewenangan WHO yang ditetapkan secara global, tidak hanya negara tertentu saja. (CNNIndonesia.com, 8/5/2022)
Kegagalan Kapitalis Menghentikan Laju Penyebaran Penyakit
Bukan hanya saat ini, negara menganggap remeh kasus penyebaran hepatitis akut misterius yang terjadi. Namun, pada saat pandemi Covid-19 yang muncul pertama kali di Wuhan Cina pun, para petinggi aparat ini menganggap bahwa Corona tidak akan berani masuk ke Indonesia. Sebab, negeri ini kaya akan tanaman rempah yang efektif untuk menangkal virus.
Pemerintah seharusnya dapat mengambil pelajaran dari langkah kebijakan yang diambil pada era pandemi yang telah menyerang selama hampir tiga tahun lamanya. Bukan dengan sikap apatis, yang menganggap kasus ini minim terjadi. Jangan sampai acuhnya sikap pemerintah, membuat kita kembali kalang kabut tanpa persiapan dalam menangani penyakit baru yang menyerang.
Seharusnya, negara segera mempersiapkan kembali strategi dalam mengadang penyakit baru yang menginfeksi anak-anak, menekan laju penyebarannya dan memberlakukan kebijakan agar penyakit Hepatitis ini tidak kembali menelan korban. Kebijakan dan langkah strategis yang akan dilakukan oleh pemerintah seharusnya tidak hanya sekadar untuk bertahan. Apalagi penyakit Hepatitis akut misterius ini menyangkut masalah hidup dan matinya manusia, yang perlu mendapatkan perhatian lebih.
Namun sayang, para petinggi negara yang berorientasi pada kapitalis ini selalu mengambil kebijakan untuk menjaga kestabilan investasi. Sistem yang selalu berlandaskan pada materi ini terlalu berpegang teguh pada hitungan untung rugi. Karena bagi para pemangku kepentingan hal yang selalu diharapkan adalah bahwa kebijakan apa pun yang diterapkan dilihat keuntungan bagi para pemilik modal. Negara tampaknya selalu bersikukuh untuk mempertahankan iklim investasi. Hingga terlalu mengabaikan tugas utamanya sebagai benteng dalam memastikan keamanan, keadilan, kesejahteraan dan ketertiban bagi rakyatnya.
Inilah salah satu kegagalan sistem kapitalisme dalam menangani laju penyebaran penyakit. Sebab, prinsipnya bergantung pada skema untung rugi, lebih memprioritaskan keuntungan diri sendiri, serta selalu menjaga keharmonisan hubungan dengan para pemilik modal. Tak lagi memandang, apakah itu merugikan masyarakat atau tidak?
Syariat Islam Sigap Kendalikan Penyakit
Dalam Islam untuk mengatasi wabah agar tidak menjadi sebuah pandemi, semua pihak seperti para penguasa dan rakyat harus berkolaborasi untuk menghentikan laju penyebarannya. Adapun peran negara harus bisa mengisolasi daerah wabah, agar wabah tidak semakin meluas. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda: “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu.” (HR. Bukhari)
Tentu saja, negara pun harus siap menjamin kebutuhan rakyat tanpa terkecuali. Namun, tentunya jika diberlakukan isolasi maka aktivitas masyarakat nyaris terhenti, termasuk perihal mencari nafkah. Di sinilah negara harus berperan mengayomi masyarakat agar tetap menjaga kebutuhan sandang, pangan dan papannya serta menjaga nyawa dari wabah penyakit dan kelaparan yang melanda.
Pastinya hanya sistem Islam yang mampu melaksanakan ini semua. Jika terus mendambakan sistem kapitalisme, tentu kegagalan yang akan dirasakan. Karena kapitalis tidak mampu memberikan jaminan kesehatan dan kebutuhan masyarakat saat ini. Buktinya, saat pandemi Covid-19 banyak rakyat yang menderita kelaparan dan pengangguran merajalela terjadi.
Syariat Islam dalam naungan Khilafah akan amanah dalam menjalankan tugas negara dalam mengatasi wabah terjadi. Sebab, pemimpin dalam Khilafah akan mengerti bahwa kelak segala bentuk aktivitasnya kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Pemimpin pun wajib menjaga nyawa manusia dan menjadikannya sebagai prioritas utama, bukan malah mementingkan ekonomi dan pariwisata untuk tetap aktif. Namun, banyak rakyat dan tenaga medis yang tewas karena kasus positif yang semakin tinggi. Pemimpin dalam Khilafah menstandarkan aturan dan hukum yang berlaku berlandaskan pada tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunah, sehingga keamanan dan kedamaian tercipta.
Wallahu a’lam bi ash-shawwab[]
Photo : Unsplash