Bojonegoro, Kota Jati yang Kaya Minyak

"Selain wisata hutan, di Bojonegoro juga terdapat wisata migas. Wisata migas ini merupakan satu-satunya tambang minyak tradisional di dunia yang masih beroperasi hingga sekarang. Wisata edukasi ini sudah mendapatkan sertifikat geopark nasional dari Badan Geologi Kementerian ESDM sebagai kawasan cagar alam geologi."

Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Bojonegoro bukanlah tempat kelahiran saya. Namun, takdir telah membawa saya menjadi salah satu warganya. Meski bukan tempat kelahiran, ia telah menjadi kampung halaman kedua bagi saya.

Bojonegoro Selayang Pandang

Luas Kabupaten Bojonegoro mencapai 2.307,06 km². Wilayahnya berbatasan dengan beberapa kabupaten. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Blora, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tuban, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lamongan, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk, Madiun, serta Ngawi. Pada tahun 2022 ini, populasinya mencapai 1.343.895 jiwa.

Sebagian besar wilayah selatan dan barat laut Bojonegoro merupakan pegunungan kapur. Pegunungan ini merupakan rangkaian dari Pegunungan Kendeng yang membentang dari Kabupaten Semarang Timur di Jawa Tengah hingga Kabupaten Mojokerto di Jawa Timur. Sedangkan bagian barat laut merupakan rangkaian dari Pegunungan Kapur Utara yang membujur dari Kabupaten Pati di Jawa Tengah hingga Kabupaten Lamongan di Jawa Timur.

Deretan pegunungan kapur ini mengingatkan kita pada firman-Nya dalam Al-Qur'an surah Faathir [35] ayat 27, "Tidakkah engkau lihat bahwa Allah menurunkan hujan dari langit, maka Kami keluarkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat."

Bagian utara Bojonegoro merupakan daerah aliran Sungai Bengawan Solo yang subur. Hal ini membuat wilayah Bojonegoro menjadi daerah pertanian. Hasil pertanian yang terbesar adalah padi dan tembakau. Bojonegoro bahkan menjadi pemasok padi terbesar nomor tiga di Jawa Timur.

Demikian pula dengan tembakaunya. Tembakau yang dihasilkan dari kabupaten ini adalah tembakau virginia yang merupakan tembakau dengan kualitas yang bagus.

Ada juga salak wedi yang tumbuh di Desa Wedi, Kecamatan Kapas. Salak ini rasanya asam dan manis. Kandungan airnya lebih banyak dibandingkan salak pondoh. Karena itu, rasanya lebih segar. Sayangnya, hasil pertanian yang satu ini belum banyak dikenal oleh masyarakat dari luar Bojonegoro.

Kota Jati dan Ledre

Bojonegoro dijuluki Kota Ledre, karena ledre merupakan oleh-oleh khas dari kota ini. Ledre adalah makanan ringan seperti gapit gulung yang dibuat dari pisang raja. Daerah penghasil ledre pisang raja ini adalah Kecamatan Padangan, yang terletak sekitar 32 km dari pusat kota Bojonegoro.

Bojonegoro juga penghasil kayu jati yang berkualitas. Sekitar 40% wilayahnya merupakan hutan jati. Itu sebabnya, kabupaten ini dijuluki sebagai Kota Jati.

Kayu-kayu hasil hutan itu dapat dibeli secara resmi di TPK (Tempat Penimbunan Kayu) milik Perhutani yang berada di Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro. Kayu yang dibeli dari tempat ini akan mendapatkan surat pengantar sehingga tidak dianggap sebagai kayu curian. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penebangan hutan secara ilegal.

Di kabupaten ini juga terdapat beberapa sentra pembuatan mebel dari kayu jati. Sentra pembuatan mebel ini terdapat di Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro, dan Desa Batokan, Kecamatan Kasiman. Di kedua tempat ini, kita dapat membeli langsung berbagai mebel dari kayu jati yang berkualitas. Kita juga dapat memesan mebel sesuai dengan keinginan kita.

Dalam pembuatan mebel, akan dihasilkan limbah kayu jati. Melalui tangan-tangan terampil para perajin, limbah-limbah itu kemudian disulap menjadi jam dinding, tempat buah, nampan, tempat tisu, dan sebagainya. Ada juga yang dijadikan pajangan berbentuk sepeda motor, mobil, becak, perahu, dan sebagainya.

Selain pengolahan kayu dan limbahnya, di Bojonegoro juga terdapat pengolahan akar kayu jati. Akar-akar kayu jati yang besar itu diolah menjadi meja dan kursi. Pengolahan akar ini terdapat di Desa Tambakrejo, Meduri, Plumpung, Geneng, dan Margomulyo, Kecamatan Margomulyo.

Memiliki Cadangan Minyak yang Besar

Bojonegoro juga merupakan daerah penghasil minyak. Ada beberapa blok dan lapangan migas di kabupaten ini. Ada Blok Tuban, Blok Blora, dan Blok Cepu. Cadangan minyak terbesar terdapat di Lapangan Banyu Urip yang termasuk dalam Blok Cepu. Cadangan minyak di lapangan ini mencapai 450 juta barel.

Dari eksplorasi migas ini, Kabupaten Bojonegoro mendapatkan Dana Bagi Hasil (DBH) yang sangat besar. Tahun lalu, DBH untuk Bojonegoro mencapai Rp2 triliun lebih. Pada tahun 2018, Bojonegoro juga menjadi kabupaten/kota penerima DBH minyak bumi terbesar di Indonesia. Saat itu, Bojonegoro menerima DBH sebesar Rp2,27 triliun.

Kekayaan berupa tambang minyak ini merupakan salah satu nikmat yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam Al-Qur'an surah An-Nahl [16] ayat 13,

وَمَا ذَرَأَ لَكُمْ فِي الأرْضِ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ

"Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kalian di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya."

Tempat Wisata dan Pusat Oleh-oleh di Bojonegoro

Sebenarnya, di Bojonegoro banyak terdapat tempat wisata. Namun, dalam tulisan saya kali ini, hanya saya ceritakan wisata hutan dan migas. Sedangkan tempat wisata lainnya akan saya ceritakan dalam tulisan lain.

Pertama, TPK (Tempat Penimbunan Kayu)

Tempat Penimbunan Kayu ini terletak di Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro. Di areal seluas 40 hektare ini terdapat banyak pohon trembesi yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun. Jadi, selain menjadi tempat untuk menampung kayu, TPK juga menjadi paru-paru kota. Tempatnya tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Bojonegoro. Lokasinya yang berada di pusat kota membuatnya mudah dijangkau oleh masyarakat.

Meskipun bukan tempat wisata, masyarakat banyak yang berkunjung ke salah satu aset Perhutani ini. Mereka yang mengunjungi tempat ini biasanya hendak berburu foto. Ada juga yang menjadikannya sebagai lokasi untuk foto pre-wedding. Namun, tidak jarang pula yang sekadar ingin menikmati segarnya udara di sini.

Karena banyaknya pengunjung ke sini, saat ini pemerintah Kabupaten Bojonegoro tengah menjajaki kerjasama dengan pihak Perhutani untuk mengembangkan TPK sebagai tempat wisata. Namun, hingga sekarang belum disepakati bentuk kerjasama tersebut. Demikian pula belum ada kesepakatan terkait model pengembangannya, apakah berupa taman atau yang lainnya.

Kedua, Wana Wisata Dander

Wisata berbasis hutan lainnya adalah Wana Wisata Dander. Nama Wana berasal dari bahasa Jawa yang artinya hutan. Tempat wisata yang terletak di Desa Dander, Kecamatan Dander ini berjarak sekitar 15 km dari pusat kota Bojonegoro.

Sebagaimana namanya, tempat ini berada di pinggir hutan jati. Karena itu, udaranya sangat segar. Apalagi di sini juga terdapat sungai yang airnya masih jernih.

Selain dapat menikmati keindahan alam, mereka yang mengunjungi tempat ini juga dapat menikmati beberapa fasilitas yang tersedia. Misalnya, kolam renang, padang golf, dan arena bermain anak. Ada juga fasilitas outbound, wahana ATV (All Terrain Vehicle), dan flying fox.

Berbagai fasilitas yang disediakan tersebut membuat masyarakat banyak yang melaksanakan kegiatan di sini. Mulai dari pelajar, hingga karyawan. Biasanya mereka berkemah atau mengadakan pelatihan kepemimpinan.

Tiket masuknya yang terbilang murah, membuat tempat ini menjadi pilihan masyarakat. Untuk masuk ke Wana Wisata Dander, kita hanya perlu membayar tiket masuk Rp10.000,00/orang. Murah, kan?

Wana Wisata Dander juga mudah dijangkau. Jalan menuju ke sana sudah beraspal. Bagi mereka yang hendak berkunjung ke tempat ini, dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum.

Ketiga, Teksas Wonocolo

Selain wisata hutan, di Bojonegoro juga terdapat wisata migas. Wisata migas ini merupakan satu-satunya tambang minyak tradisional di dunia yang masih beroperasi hingga sekarang. Wisata edukasi ini sudah mendapatkan sertifikat geopark nasional dari Badan Geologi Kementerian ESDM sebagai kawasan cagar alam geologi.

Tambang minyak ini pertama kali dibuka oleh Belanda pada tahun 1870. Namanya adalah Petroleum Geoheritage Wonocolo. Tempat wisata ini merupakan wisata migas pertama di Indonesia. Berwisata di sini, seperti sedang berwisata di Texas Amerika Serikat, lho! Karena itu, wisata ini juga dijuluki Little Teksas Wonocolo. Namun, kata Teksas ini merupakan singkatan dari "Tekad Selalu Aman dan Sejahtera."

Di sini kita dapat mengelilingi lokasi pengeboran yang berbukit-bukit menggunakan mobil yang disewakan oleh penduduk setempat. Kita juga dapat menyaksikan proses pengeboran minyak yang dilakukan secara tradisional. Ada sekitar 700 sumur minyak di sini. Sekitar 200 buah di antaranya dikelola secara tradisional.

Sumur-sumur minyak itu sebagian merupakan peninggalan pemerintah Belanda. Sumur-sumur itu dikelola secara berkelompok oleh masyarakat setempat. Dalam sehari, rata-rata minyak mentah yang dihasilkan sekitar 1.500-2.000 liter. Minyak mentah itu kemudian dijual ke Pertamina dengan harga yang telah disepakati.

Namun, ada juga yang mereka olah sendiri. Mereka menyebutnya minyak diesel. Mereka menyebut demikian karena menurut mereka kualitas minyak tersebut lebih bagus dari solar.

Karena tempat ini merupakan pengeboran minyak, tentu bau minyak dan asapnya sangat kuat. Karena itu, mereka yang hendak berkunjung ke sini harus mengenakan masker yang memadai agar tidak terganggu oleh baunya.

Selain dapat menyaksikan proses pengeboran minyak di Little Teksas Wonocolo di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, kita juga dapat mempelajarinya di Museum Geopark. Museum ini terletak tidak jauh dari Teksas Wonocolo.

Sayangnya, tempat ini tidak dapat dijangkau dengan angkutan umum. Karena itu, untuk mengunjungi tempat ini, kita harus membawa kendaraan pribadi atau membawa mobil sewaan. Nah, kita tidak perlu membayar tiket untuk masuk ke dalamnya, tetapi cukup membayar biaya parkir kendaraan.

Keempat, Pusat Oleh-Oleh

Hasil kerajinan dari kayu jati dapat kita beli langsung di tempat pembuatan kerajinan tersebut. Namun, kita juga dapat membelinya di Anjungan Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah). Lokasinya di sebelah timur Stasiun Kereta Api Bojonegoro. Namun, di sini hanya menjual kerajinan yang berukuran kecil, seperti kerajinan dari limbah kayu dan batik Jonegoro.

Sedangkan oleh-oleh berupa makanan ringan seperti ledre, rengginang singkong, keripik singkong, dan sebagainya, dapat kita beli di toko oleh-oleh. Toko-toko semacam ini banyak ditemukan di beberapa jalan protokol di pusat kota Bojonegoro.

Sementara ini dulu, ya, cerita saya tentang Bojonegoro. Meskipun Bojonegoro bukan kota besar dan terkenal, namun Bojonegoro cukup menarik untuk dikunjungi, bukan? Monggo, pinarak (berkunjung) Bojonegoro.[]


Photo : Google & pribadi

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Rindu untuk Ayah
Next
Menguap dalam Kacamata Medis dan Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram