"Palestina merupakan jantungnya negeri-negeri Islam di Timur Tengah. Sehingga AS tidak akan membiarkan bumi kaum muslimin ini dalam kondisi damai sebagaimana negeri lain di Timur Tengah. Karena mereka berpandangan bahwa ketika kondisi damai akan berpotensi untuk mewujudkan kebangkitan kaum muslimin dengan ideologi Islamnya. Hal ini tentu sangat mengganggu kepentingan AS di sana."
Oleh. Ummi Nissa
(Penulis dan Member Komunitas Muslimah Rindu Surga)
NarasiPost.Com-Kini semua umat Islam di dunia tengah bersuka cita merayakan hari kemenangan. Namun, tidak sama dengan umat Islam di Palestina. Pasalnya ketegangan hubungan Palestina dan Israel yang semakin meningkat sejak pertengahan Ramadan tahun ini, membuat masyarakat Palestina yang berada di Jalur Gaza takut akan kembali mengalami perang dalam waktu dekat. Sehingga mereka tidak dapat merayakan hari raya Idulfitri dengan penuh kegembiraan sebagaimana umat Islam di belahan dunia lainnya.
Penderitaan Warga Muslim Palestina Kerap Terjadi pada Bulan Ramadan
Hampir setiap tahun di bulan Ramadan kaum muslim di Palestina selalu dirundung penderitaan akibat serangan brutal Israel. Ketakutan senantiasa dirasakan oleh warga muslim yang hidup di Jalur Gaza. Sebab dalam beberapa tahun terakhir, konflik Palestina Israel kerap terjadi pada Ramadan. Seperti pada tahun 2021 lalu, ketegangan terjadi pasca pasukan keamanan Israel menyerang Masjid Al-Aqsa. Hal ini mengakibatkan terjadinya serangan beruntun selama 11 hari yang dilakukan Israel di Gaza.
Sementara di tahun 2022 ini, ketegangan antara Palestina dan Israel kembali terjadi sejak 22 Maret 2022 lalu. Sejak saat itu, setidaknya ada 14 orang yang terbunuh oleh warga Palestina di kawasan Israel. Pada saat yang sama, 36 warga Palestina kehilangan nyawa karena serangan pasukan Israel sejak awal tahun. Warga Palestina merasa takut karena kemungkinan akan terjadi invasi berskala besar yang dilakukan Israel terhadap kamp pengungsi di Jenin, tempat tentara sayap kanan Palestina yakni Palestinian Islamic Jihad (PIJ) serta kelompok Fatah berada. (cnbcindonesia.com, 15 April 2022)
Derita yang dialami muslim Palestina rasanya tiada pernah berakhir. Konflik yang selalu berujung perang ini seakan dibiarkan tanpa penyelesaian. Entah kapan mereka akan dapat menikmati kehidupan yang damai.
Kenapa Palestina Senantiasa menjadi Tempat Konflik?
Sesungguhnya persoalan Palestina sudah terjadi selama lebih dari 70 tahun. Selama itu pula warga muslim di negeri Syam ini mengalami penderitaan, pengusiran, bahkan pembantaian yang sangat keji oleh zionis Israel. Di sisi lain, PBB sebagai lembaga keamanan dunia tidak mampu menghentikan kekejaman yang dilakukan kaum Yahudi tersebut.
Demikian pula negeri-negeri muslim lainnya, mereka bungkam, meskipun ada yang mengecam, namun tidak disertai aksi nyata berupa pengerahan pasukan militer untuk membantu saudanya di Palestina. Bahkan yang terjadi sebaliknya, sebagian dari pemimpin kaum muslim justru mendeklarasikan pengkhianatan dengan melakukan normalisasi dengan Israel. Terlebih AS sebagai sekutu Israel justru menjalankan kepentingan pribadinya di Palestina. Meski merupakan negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), namun dalam menyikapi kekejaman Israel terhadap kaum muslim, AS menunjukkan sikap sebaliknya. AS cenderung membiarkan konflik berkepanjangan dan pelanggaran HAM terus terjadi di sana. Hal demikian menunjukkan hipokritnya dunia Barat.
Sikap AS tersebut didorong oleh kepentingan besarnya atas penguasaan Timur Tengah Raya dan Afrika Utara. Sebab Palestina merupakan jantungnya negeri-negeri Islam di Timur Tengah. Sehingga AS tidak akan membiarkan bumi kaum muslimin ini dalam kondisi damai sebagaimana negeri lain di Timur Tengah. Karena mereka berpandangan bahwa ketika kondisi damai akan berpotensi untuk mewujudkan kebangkitan kaum muslimin dengan ideologi Islamnya. Hal ini tentu sangat mengganggu kepentingan AS di sana.
Sementara arahan media baik nasional maupun internasional mengaruskan opini kepada publik seolah permasalahan Israel dan Palestina adalah konflik biasa dan bukan kejahatan perang. Akibatnya tidak ada upaya dari negara-negara lain untuk mengecamnya bahkan menghentikan kezalimannya.
Penyelesaian terhadap Konflik Muslim Palestina ala Kapitalisme
Kondisi dunia saat ini dikendalikan oleh AS sebagai negara pengusung ideologi kapitalisme sekuler. Sehingga sebagai negara yang berbasis ideologi ia memiliki ambisi untuk menguasai dunia agar tunduk di bawah cengkeramannya. Dalam ideologi ini kepentingan ekonomi senantiasa menjadi fokus perhatiannya. Sehingga melahirkan keserakahan dalam menguasai sumber kekayaan yang ada di negeri-negeri kaum muslimin.
Oleh sebab itu, AS tidak akan pernah menawarkan solusi hakiki bagi penyelesaian konflik yang menimpa dunia Islam termasuk masalah Palestina. Kalau pun ada, itu hanyalah solusi semu yang hanya meredakan sakit sementara. Namun, bisa kambuh lagi secara tiba-tiba. Sehingga setiap penyelesaian tidak menyentuh pada akar permasalahannya. Dalam kasus tanah Palestina, seharusnya mengembalikan wilayah yang telah dicaplok oleh Israel kepada kaum muslimin. Sebab sesungguhnya tanah tersebut merupakan milik umat Islam yang telah ditaklukan pada masa kekhilafahan Umar bin Khattab.
Penerapan Aturan Islam, Solusi Tuntas Masalah Tanah Palestina
Saat ini kondisi umat Islam tidak lagi memiliki pemimpin yang dapat menjadi pelindung dari berbagai serangan musuh. Sehingga warga muslim Palestina terpaksa merasakan kezaliman Israel yang didukung oleh negara adidaya. Padahal dalam hadis yang diriwaytkan oleh Imam Bukhari dikatakan bahwa, “Imam (pemimpin) adalah raain (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya."
Maka, selama umat Islam tidak memiliki pemimpin yang dapat melindunginya, tidak heran jika kezaliman terus terjadi menimpa kaum muslimin di berbagai belahan dunia termasuk Palestina. Oleh sebab itu umat wajib mewujudkan seorang pemimpin yang akan mengurusi seluruh urusan kaum muslimin, baik untuk melindunginya dari berbagai serangan musuh maupun menjamin apa yang menjadi hak umat Islam.
Semua ini hanya dapat terwujud dengan adanya upaya penegakkan sistem kepemimpinan Islam yang sahih. Ia akan menerapkan aturan Islam dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam urusan pengayoman terhadap seluruh tanah yang merupakan milik umat. Sehingga mampu melahirkan pemimpin yang dapat melindungi semua kaum muslimin di dunia termasuk Palestina. Dengan demikian kezaliman Israel terhadap warga muslim Palestina dapat dihentikan.
Umat Islam di Jalur Gaza tidak akan ada rasa takut lagi tejadi kembali peperangan. Bahkan mereka dapat merayakan kemenangan di hari raya dengan penuh suka cita.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Nuur ayat 55 yang artinya, ”Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Wallahu a’lam bish shawab.[]