Bedah PPT (Opini )Event ke-2 NarasiPost.Com

"Kemampuan Analisis dan Kekuatan Sudut Pandang dalam Tulisan: DR. Fika Komara"

Oleh. Tsuwaibah al-Aslamiyah
(Tim redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Saat ini kita hidup dalam era serbuan informasi melalui teknologi digital, yang menyimpan potensi kebaikan dan potensi bahaya. Namun sayangnya, media didominasi oleh nilai-nilai yang tidak sesuai dengan Islam. Akibatnya, mayoritas kaum muslim terpapar efek negatifnya.

Oleh karena itu, diperlukan adanya informasi yang benar dan lebih kuat di media digital saat ini untuk meng- counter hoax dan menampilkan perspektif Islam dalam merespons berbagai persoalan. Arus informasi ini harus bisa mencerahkan dan mencerdaskan umat Islam tentang ketinggian Islam dan bagaimana masifnya serangan terhadap Islam hari ini. Dengan demikian, media digital akan membawa kebaikan dan menjadi jalan penguatan dakwah Islam hingga kehidupan Islam bisa berlangsung kembali.

Munculnya media-media dakwah ideologis menjadi salah satu sinyal kebangkitan umat Islam. Terlebih sejak pandemi, penulis ideologis menjamur bak cendawan di musim hujan. Namun, penulis ideologis harus diarahkan dan diberikan pembekalan sedemikian rupa agar tulisannya berkualitas, berbekas, dan berpengaruh.

Setidaknya ada tiga hal penting yang harus dimiliki penulis ideologis, yakni:

  1. Kemampuan Analisis
  2. Kekuatan Sudut Pandang
  3. Narasi Dakwah

Mari kita bahas satu persatu.

1. Kemampuan Analisis

Ini skill yang mesti dimiliki penulis. Wajar saja, sebab dunia sudah lama diselimuti sekularisme, liberalisme dan ide-ide rusak lain yang. Bahkan, beragam ide ini sudah mengisi seluruh ruang kehidupan kita. Nah, tugas penulis adalah bagaimana menghadirkan Islam sebagai sesuatu yang tetap relevan dengan zaman sekarang, namun tanpa mendistorsi hukum syarak sedikit pun.

Analisis Berita

Tantangan analisis:
“We live in a world of too much information and too little context. Too much noise and too little Insight.” (Vox)

Analoginya seperti meja yang dipenuhi hidangan dengan beragam rasa, warna, bentuk, dan kadar gizinya. Kita harus pandai-pandai memilih hidangan mana yang sesuai dengan selera dan kebutuhan tubuh kita.

Nah, berkaitan dengan berita yang bertebaran di media saat ini kebanyakan berkutat pada info viral yang tidak bermanfaat seperti kehidupan glamor para selebritas. Sedangkan, berita tentang penindasan kaum muslim serta persoalan umat biasanya tergilas oleh berita viral. Oleh karena itu, penulis ideologis harus memiliki kemampuan untuk memilih dan memilah informasi.

Setidaknya ada dua hal yang harus kita kuak di balik suatu berita, yakni:

Konteks: latar belakang
1) Lokasi geografis
2) Sejarah politik

Insight: pendalaman, penulis ideologis harus memahami:
1) Ruang
2) Isu
3) Musuh
4) Umat
5) Siapa kita?

Definisi analisis menurut KBBI adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya.

Sederhananya, analisis itu kegiatan untuk mencari pola dengan keseriusan berpikir. Syaratnya harus mau bersusah payah dalam belajar, percaya diri, jangan banyak alasan untuk memulainya. Selalu ada langkah pertama untuk memulai langkah selanjutnya.

~~~~

RISET ANALISIS

🌟 Analisis Berita dengan Proses Berpikir Politik

Politik dalam kaca mata Islam adalah ri'ayatussyu’unil ummah (mengurusi urusan umat). Memahami teks-teks politik pada berita ternyata perlu pengulangan alias latihan (exercise), mentor dan circle. Hal tersebut mesti kita lakukan agar mampu menganalisis dan menemukan sudut pandang yang pas dalam meresponsnya dengan perspektif Islam. Setelah itu, baru tuangkan pada tulisan yang short, sharp, dan sweet.

Memahami teks-teks politik meliputi teks yang berkaitan dengan masalah politik, baik teks ilmu politik (text-book, literatur atau jurnal ilmu politik) maupun teks berita politik (koran, radio, televisi, dan sebagainya).

🌟 Analisis Wacana

Analisis wacana atau discourse analysis adalah cara/metode untuk mengkaji wacana yang ada atau terkandung dalam pesan-pesan komunikasi baik itu secara tekstual ataupun kontekstual. Dengan kata lain, membaca isu-isu apa saja yang melingkupi satu peristiwa politik.

Contoh:
Berita: Buruh sawit wanita di Indonesia dan Malaysia.
Wacana 1: Kehormatan perempuan (pelecehan seksual).
Wacana 2: Politik perburuhan kapitalisme (zalim, overload )
Wacana 3: Politik agraria
Wacana 4: Politik dagang Uni Eropa (minyak nabati nonsawit).

Perhatikan, dalam satu berita terdapat banyak wacana. Nah, wacana itulah yang akan menjadi angle tulisan. Tak apa dalam satu tulisan hanya membahas satu angle, namun orisinil hasil pemikiran sendiri, bukan copas.

🌟 Interkoneksi Peristiwa dalam Analisis Wacana

Interkoneksi artinya hubungan satu sama lain. Interkoneksi peristiwa bisa dilakukan jika ada kesamaan konteks, pola situasi kondisi atau malah justru bertentangan. Manfaatnya untuk memperkuat leverage (daya pengaruh) opini kita serta memperluas exposure opini hingga melintasi kawasan di mana opini itu berasal.

Kemampuan inilah yang harus terus-menerus dilatih, agar narasinya semakin kuat, daya jangkaunya jauh, dan pengaruhnya luas dalam rangka menggerakkan kesadaran umat.

Prioritas isu yang dimonitor:

  1. Nyawa muslim atau isu pembantaian (human security).
  2. Kehormatan dan kemuliaan kaum muslimah.
  3. Perampasan kekayaan kaum muslim.
  4. Pengabaian hak dasar umat Islam.
  5. Pengkhianatan penguasa muslim.
  6. Kebobrokan dan kebusukan peradaban Barat.
  7. Membongkar makar dan skenario penjajah Barat dan Timur atas Islam.

Ingatlah nasihat salah seorang ulama:

Dai Akhir Zaman

"Untuk menjadi du’at ilallah di akhir zaman, banyak yang perlu dipelajari, apalagi era post modernisme di tengah frame akhiruzzaman. Jika kita tidak bisa menerjemahkan/menganalisis mutun ilmu (konten kitab) dalam dunia konteks yang sekarang sangat dinamis sekali yakni dunia konteks pergerakan, dunia perlawanan. Maka kita hanya menjadi penikmat ilmu dan pemain pinggiran, yang tidak bisa menjadi petarung dalam arus mainstream." (Bachtiar Nasir, 2014)


Photo : Google & Pribadi

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Tsuwaibah Al-Aslamiyah Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Dilema Sistem Pendidikan Hari Ini: Tatkala Idealisme Tarsandera Kapitalisme
Next
Menyoal KTT AS-ASEAN 2022: Antara Dua Wajah dan Pragmatisme Politik
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram