Saat Empati Hilang dari Nurani

"Sistem kapitalisme ini akan memunculkan sikap individualis pada manusia. Mereka hanya memikirkan kepentingan sendiri dan tidak peduli pada orang lain."

Oleh. Mariyatul Qibtiyah, S.Pd.
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Menjelang hari raya, masyarakat sibuk berbenah. Mereka ingin rumah mereka tampil menawan. Termasuk para anggota dewan. Maka, gorden yang mereka anggap usang karena telah 13 tahun tidak diganti, akan segera dibuang. Diganti gorden mewah nan mahal. Maka, anggaran pun diajukan.

Anggaran yang dirancang pun tidak tanggung-tanggung. Maka, disiapkanlah dana sebesar Rp48,7 miliar untuk mengganti gorden di 505 unit rumah dinas mereka. Itu berarti, tiap rumah mendapatkan dana sebesar Rp96 juta. Dana itu akan diambilkan dari APBN 2022.

Tentu, hal mengundang reaksi masyarakat. Salah satunya adalah Egi Primayogha. Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) ini menganggap anggaran itu tidak masuk akal. Berdasarkan perhitungannya, dana sebesar Rp20,2 miliar sudah cukup untuk mengganti gorden lama dengan gorden paling mahal. (tempo.co, 30/03/2022)

Di saat yang bersamaan, banyak rakyat yang mengalami kesulitan hidup. Jangankan mengganti gorden rumah, untuk makan saja mereka kesulitan. Bahkan, banyak di antara mereka yang tidak memiliki tempat tinggal sendiri. Jika pun punya, banyak yang tidak layak huni. Berdasarkan catatan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), hingga Agustus 2021 masih ada 29,45 juta rumah di Indonesia yang tidak layak huni. (detik.com, 20/8/2021)

Perilaku para wakil rakyat itu menunjukkan bahwa mereka telah kehilangan rasa empati pada penderitaan rakyat. Dana yang sebesar itu, sebenarnya dapat digunakan untuk sedikit meringankan beban mereka yang sangat membutuhkan. Mereka yang berkurang atau bahkan tidak memiliki penghasilan. Bukan karena mereka malas dan tidak mau bekerja. Namun, sistem ekonomi yang diterapkan telah menjerumuskan mereka ke dalam jurang kemiskinan.

Kapitalisme Menciptakan Kemiskinan Sistemis dan Sikap Individualis

Ada beberapa faktor yang menyebabkan sistem kapitalis menciptakan kemiskinan sistemis. Pertama, penguasa tidak bertindak sebagai raa’in. Sistem ekonomi kapitalis memberikan peluang kepada setiap orang untuk melakukan usaha dalam mendapatkan materi. Sebab, sistem ini mengakui kebebasan kepemilikan. Maka, siapa pun dia, berhak untuk memiliki apa pun yang diinginkannya, dengan cara bagaimana pun yang dia kehendaki. Akibatnya, akan terjadi pertarungan antara yang kuat dan lemah. Sebagaimana yang terjadi dalam hukum rimba, yang kuat akan memangsa yang lemah. Akibatnya terjadi kesenjangan ekonomi yang sangat tinggi.

Karena itu, sistem ini akan memunculkan sikap individualis pada manusia. Mereka hanya memikirkan kepentingan sendiri dan tidak peduli pada orang lain. Yang penting bagi mereka adalah terpenuhinya berbagai keinginan mereka.

Dalam hal ini, penguasa hanya berperan sebagai regulator. Ia hanya mengatur agar semua kegiatan ekonomi berjalan lancar. Dapat dikatakan bahwa penguasa hanya menjadi penonton pertarungan di rimba kapitalisme yang kejam. Maka, rakyat harus bertahan hidup dengan kekuatan dan usaha mereka sendiri.

Tidak heran, jika kemudian banyak bermunculan solusi-solusi aneh dari penguasa saat rakyat menghadapi kesulitan. Ketika harga daging naik, rakyat diminta untuk makan siput. Saat harga minyak goreng naik, rakyat dianjurkan untuk merebus saja makanan yang hendak mereka konsumsi. Yang terbaru, ketika pertamaks naik, rakyat diminta jalan kaki atau naik sepeda ontel. Semua solusi itu menunjukkan bahwa mereka telah melepaskan tanggung jawab sebagai pihak yang seharusnya mengurusi rakyat.

Kedua, sistem ekonomi kapitalis berbasis ekonomi nonriil. Karena itu, dalam negara yang menerapkan sistem ini, usaha berbasis riba berkembang dengan pesat. Bank konvensional banyak bermunculan. Begitu pula dengan pinjaman-pinjaman riba lainnya. Sementara itu, ekonomi yang riil akan macet.

Ketiga, korupsi yang tinggi. Kapitalisme akan menyebabkan tingginya korupsi. Untuk menjadi penguasa, seseorang membutuhkan dana yang sangat besar. Mulai dari biaya pendaftaran, ongkos kampanye, dan sebagainya. Dana yang besar itu mereka dapatkan dari para pengusaha yang mendukung mereka. Ketika mereka telah menduduki jabatan, mereka akan melakukan berbagai cara, termasuk korupsi untuk mengembalikan modal mereka.

Di negara-negara yang menerapkan sistem kapitalis, semua ini jamak terjadi. Termasuk di negara Paman Sam, Amerika Serikat. Meskipun negara ini tampak makmur, tetapi banyak rakyatnya yang miskin. Badan sensus AS menyatakan bahwa ada 27 juta orang dewasa yang mengaku bahwa terkadang mereka kekurangan bahan pangan dalam sepekan. Kesenjangan ekonomi di sana juga sangat lebar. Pandemi akibat Covid-19 semakin memperlebar jurang antara si miskin dan si kaya.

Sistem Islam Menjamin Kesejahteraan bagi Semua

Apa yang terjadi saat ini, tidak akan muncul ketika Islam diterapkan. Sistem Islam menjamin hak setiap warga negaranya. Baik muslim maupun nonmuslim. Baik berupa kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Sebab, negara bertindak sebagai raa’in yang akan mengurus seluruh kepentingan warga negaranya. Hal ini sesuai dengan riwayat Imam Bukhari yang menyatakan bahwa setiap imam bagaikan penggembala. Ia akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya.

Karena itu, pemimpin yang memahami hal ini tidak akan memperkaya diri dan keluarganya. Justru sebaliknya, seperti yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Saat diangkat menjadi khalifah, beliau mengembalikan seluruh hartanya serta harta istrinya ke baitulmal. Kemudian, mereka tinggal di rumah sederhana yang dibangun dari uang pribadi.

Di samping itu, sistem Islam juga menciptakan pribadi-pribadi yang peduli pada orang lain. Kewajiban membayar zakat merupakan salah satu mekanisme yang memunculkan sikap peduli itu. Di samping membayar zakat, mereka juga dianjurkan untuk memberi sedekah kepada mereka yang membutuhkan. Salah satunya disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani. Beliau saw. bersabda,

ما آمن بي من بات شعبان وجاره جاىٔع الى جنبه وهو يعلم

”Tidaklah beriman kepadaku, orang yang tidur dalam keadaan kenyang. Sedangkan tetangganya kelaparan hingga ke lambungnya, padahal ia mengetahuinya.”

Demikianlah, penerapan sistem Islam akan menciptakan pribadi yang memiliki empati pada kesulitan yang dihadapi oleh orang lain. Inilah sistem hidup yang seharusnya kita terapkan. Bukan sistem yang hanya mementingkan kepentingan sendiri seperti yang diterapkan saat ini.

Wallaahu a’lam bishshawaab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Baca Al-Qur’an Bersama Bikin Gerah Pengidap Islamofobia
Next
Tertipu Lagi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram