Bodohnya aku masih mengharap demokrasi.
Yang hanya mencintai oligarki.
Yang menganakemaskan korporasi.
Sedang rakyat hanya penggembira sejati.
Oleh. Bedoon Essem
NarasiPost.Com-Lagi, ku tertipu kesekian kali
Dengan manis katamu
Dengan madu janjimu
Dan aku pun tertipu lagi
Hari demi hari tambah perih luka ini
Mengiris hingga relung hati
Namun mengapa diri ini masih menanti?
Mungkin suatu saat kau tepati janji
Mulutmu manis meramu kata
Menebar tipuan semanis gula
Menjeratku sebagai mangsa
Lagi dan lagi aku tak berdaya
Sadarku akan kebodohan ini
Pahamku kau penipu sejati
Namun apa daya lemah diri ini
Hanya berharap kau berubah suatu hari nanti
Dulu katamu aku akan sejahtera
Bila kau kudukung dan kubela
Namun kini kau pun kembali berdusta
Aku kian hari kian merana
Janjimu dulu aku akan kau bahagiakan
Dengan setiap janji akan kau wujudkan
Namun kini seakan aku kaubuang
Laksana sampah aku pun kautendang
Bodohnya aku masih mengharap demokrasi
Yang hanya mencintai oligarki
Yang menganakemaskan korporasi
Sedang rakyat hanya penggembira sejati
Dungunya aku masih juga percaya
Ingkarnya janji yang niscaya
Setiap mantra manis racun berbisa
Dari para pemuja singgasana
Dan aku tertipu lagi
Bahkan kini kau pun lupa diri
Bagimu rakyat tak punya arti
Seakan tahtamu bisa kaubawa mati
Oh, aku lelah
Mungkin juga jengah
Keyakinanku pun kian lemah
Untuk mengharap kau kan berubah
Seenak hati kau berkuasa
Menebar angkara juga durja
Kaulupa kami punya doa
Kepada-Nya ku adukan segalanya
Teringatku akan negeri Islam
Yang pernah berjaya berabad-abad silam
Yang dicontohkan oleh Rasulullah sang Utusan
Telah terbukti membawa kesejahteraan
Tak ada tipu-tipu
Al-Qur'an sunah jadi pemandu
Penguasa bijaksana yang selalu dirindu
Rakyat sejahtera bersatu padu
Cukup, aku tak mau tertipu lagi
Derita ini harus segera diakhiri
Demokrasi sudah saatnya mati
Ganti Islam solusi hakiki[]