Waspadalah, Dunning-Kruger Effect Sangat Berbahaya!

"Pemimpin yang terjangkit Dunning-Kruger Effect akan bertindak otoriter dan zalim. Kebijakan yang dikeluarkan juga suka-suka dia. Setiap yang tak sesuai dengan kehendaknya akan diberangus. Siapa saja yang berseberangan dengannya dianggap lawan yang harus dihempaskan. Namun, karena tak sadar akan itu semua, ia terus saja melakukannya. Sudah salah, tak merasa pula! Malang nian nasib rakyat, penderitaan semakin bertambah."

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang sok pintar dan merasa benar sendiri? Tentu tak nyaman berhadapan atau berdekatan dengannya, bukan? Orang semacam ini seperti mendominasi, banyak bicara seolah paling tahu segalanya, ngotot dengan pendapatnya sendiri, dan tak peduli pada yang lain. Pokoknya merasa dirinya paling suci, sementara orang lain berlumuran salah dan dosa. Duh, astaghfirullah…

Hati-hati bila hal seperti di atas dirasakan atau ditemukan. Bisa jadi itu pertanda terkena Dunning-Kruger Effect. Jika dibiarkan akan berakibat sangat buruk. Ia akan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dampaknya bisa sangat meluas. Lalu, apa itu Dunning-Kruger Effect?

Tentang Dunning-Kruger Effect

Dilansir dari ruangguru.com, Dunning-Kruger Effect adalah sebuah fenomena dalam psikologi yang dapat diartikan sebagai bias kognitif di mana seseorang keliru menilai kemampuan yang dimilikinya sendiri. Bias kognitif membuat orang cenderung memiliki pemikiran bertentangan dengan yang sebenarnya. Orang tersebut akan menganggap dirinya memiliki kemampuan yang lebih tinggi. Ia merasa dirinya lebih hebat, lebih pintar, dan lebih unggul daripada orang lain.

Dunning-Kruger Effect sendiri merupakan sebuah teori yang dikembangkan oleh dua profesor di bidang psikologi yang bernama David Dunning dan Justin Kruger pada tahun 1999. Mereka adalah profesor dari Cornell University yang melakukan serangkaian penelitian mengenai kemampuan logika, tata bahasa, dan selera humor. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa peserta dengan hasil yang rendah justru menilai kemampuan mereka di atas rata-rata. Mereka tidak menyadari kemampuannya yang terbatas dan pada saat yang sama menganggap orang lain di bawah mereka. (lifestyle.kompas.com)

Orang yang mengalami Dunning-Kruger Effect biasanya memiliki ciri-ciri: cenderung berlebihan dalam menilai kemampuannya sendiri, tidak bisa mengenali keahlian orang lain, tidak bisa mengenali aspek buruk dari ketidakcakapannya, serta tidak mampu mengenali dan mengakui kekurangan diri sendiri. Orang yang terkena Dunning-Kruger Effect meyakini bahwa ia lebih pandai dan mampu dari kenyataan sebenarnya.

Kondisi ini akibat dari kesadaran diri yang buruk dan kemampuan kognitif yang rendah sehingga membuatnya menilai diri sendiri terlalu tinggi dan orang lain rendah. Kepercayaan diri orang yang terkena Dunning-Kruger Effect sangat tinggi, namun tak diimbangi kemampuan yang memadai.

Dunning-Kruger Effect Berbahaya

Dunning-Kruger Effect intinya adalah bila seseorang merasa sok pintar dan meremehkan orang lain. Bisa jadi dia pintar sungguhan atau hanya merasa pintar saja. Yang jelas dalam diri orang tersebut muncul perasaan paling unggul dan lebih tinggi dibanding siapa pun.

Ketinggian sikap tadi membuatnya hanya melihat pada diri sendiri. Pada saat yang sama dia mengecilkan keberadaan yang lain, atau bahkan tak menganggap mereka sama sekali. Sikap seperti ini merupakan bentuk kesombongan. Ia tak peduli pada apa pun selain dirinya sehingga merasa paling baik. Ia juga sangat yakin bahwa pendapatnyalah yang benar. Padahal, sangat mungkin pendapat tersebut banyak salahnya atau bahkan salah total. Namun, ia menutup diri dari pendapat orang lain. Ia tak suka bila dikritik karena menurutnya orang lain keliru dan tak mampu. Kesombongan tersebut telah membutakan mata hatinya. Akibatnya, dia melewatkan kebenaran yang sesungguhnya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa: “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim)

Orang sombong yang menolak kebenaran berada dalam bahaya besar. Ia membawa kesalahan dalam dirinya sebagai sebuah kebenaran. Apa yang ia lakukan tak hanya menjerumuskan dirinya, tapi juga yang lainnya. Bisa dikatakan bahwa pengidap Dunning-Kruger Effect adalah orang sombong yang tak sadar diri.

Ketika ia menganggap benar sebuah kesalahan kemudian menyampaikannya kepada orang lain, maka menyebarlah hal salah tersebut ke mana saja. Setiap orang yang percaya padanya akan mengamini kesalahan tersebut dan menyebarkannya lagi. Begitu seterusnya sehingga kesalahan tersebut semakin meluas. Dampak buruk dari kesalahan tersebut juga menimpa lebih banyak orang.

Dialah yang bertanggung jawab atas kesalahan yang menyebar di antara manusia tersebut. Semakin luas kesalahan itu tersebar, semakin besar pula tanggung jawabnya. Bayangkan berapa banyak dosa yang ia kumpulkan dari sebuah kesalahan! Dan, ia tak akan bisa lari dari konsekuensinya.

Inilah bahaya kesombongan. Islam sangat melarang manusia melakukan kesombongan. Ia tak hanya merugikan manusia, tetapi juga dibenci Allah Swt., sebagaimana yang telah difirmankan dalam surah Luqman ayat 18: “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai mereka yang sombong dan membanggakan diri.”

Hindari Dunning-Kruger Effect

Senantiasa beristigfar, belajar, dan bersyukur adalah cara menghindarkan diri kita dari sikap sombong yang mencelakakan. Dengan istigfar, memohon ampunan pada Allah, kita bisa menjaga diri dari hal-hal yang dibenci-Nya. Ketika hati dan lisan meminta pengampunan-Nya secara sungguh-sungguh, maka manusia menyadari atas kelemahan, kekurangan, dan kesalahan dalam perbuatan. Dengan Begitu, diri tak berani melakukan kesombongan.

Terus belajar karena ilmu Allah itu luas. Ilmu yang kita miliki sejatinya hanya setitik di hadapan-Nya. Jangan sampai kita mencukupkan diri dengan sedikit ilmu lalu merasa paling mengerti. Bila kita merasa paling pandai, yakinlah ada banyak orang yang jauh lebih pandai dari kita. Ambillah ilmu sebanyak mungkin, namun tetap dalam koridor syariat.

Jangan pernah menyombongkan ilmu yang kita miliki. Tengoklah bagaimana padi. Semakin banyak isinya, ia akan semakin merunduk. Semakin berilmu kita, hendaknya menjadikan diri semakin tawaduk. Orang yang benar-benar berilmu luas tak akan berani menyombongkan dirinya karena ia sadar bahwa itu semua hanya titipan dari-Nya.

Selalu bersyukur kepada Allah atas semua yang Dia berikan kepada kita, termasuk ilmu dan kepandaian. Bersyukur atas nikmat-Nya itu dengan memanfaatkannya untuk kebaikan di jalan yang Dia ridai. Rezeki dari-Nya dipergunakan untuk semakin giat beribadah, berdakwah, dan semakin bertakwa. Sehingga dengan begitu, seorang hamba yang bersyukur akan menjauhkan dirinya dari hal-hal yang Allah benci dan murkai.

Bermuhasabah setiap saat. Ingatlah siapa diri kita sesungguhnya. Introspeksi agar kita selalu wawas diri dan terhindar dari segala keburukan, termasuk kesombongan. Selalu meneliti adakah yang salah dari diri kita. Benarkah perkataan yang kita ucapkan? Tepatkah tindakan yang kita lakukan? Sudahkah jalan kita sudah sesuai dengan Islam? Koreksi senantiasa setiap kesalahan dan lakukan perbaikan.

Selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan agar tak salah dan menyesatkan orang lain. Berpikir sebelum bertindak. Jangan terburu-buru melakukan sesuatu yang pada akhirnya malah memperburuk keadaan.

Bila Penguasa Terkena Dunning-Kruger Effect

Bagaimana bila yang terkena Dunning-Kruger Effect adalah orang yang memiliki kekuasaan? Tentu lebih gawat lagi. Daya rusaknya akan sangat besar karena menyangkut hajat hidup orang banyak.

Pemimpin atau penguasa adalah orang yang diberi amanah untuk mengatur urusan manusia. Akan sangat berbahaya bila pemimpin memiliki kesombongan atas kekuasaannya. Ia merasa di atas rakyatnya sehingga harus dihormati dan dituruti. Ia menutup mata dan telinga dengan apa yang terjadi pada rakyat karena merasa paling benar. Ia tak mau mendengar aspirasi dan antikritik.

Pemimpin yang demikian akan bertindak otoriter dan zalim. Kebijakan yang dikeluarkan juga suka-suka dia. Setiap yang tak sesuai dengan kehendaknya akan diberangus. Siapa saja yang berseberangan dengannya dianggap lawan yang harus dihempaskan.

Parahnya lagi, jika ia tak menyadari bahwa dirinya tak berkompeten. Ia tak bisa memahami tugas dan kewajibannya dengan baik sehingga abai dalam menjalankannya. Ia tak mengerti akar permasalahan yang terjadi di dalam negerinya dengan benar sehingga solusi yang diterapkan menjadi salah dan menyengsarakan. Namun, karena tak sadar akan itu semua, ia terus saja melakukannya. Sudah salah, tak merasa pula! Malang nian nasib rakyat, penderitaan semakin bertambah.

Hal ini tentu tak bisa dibiarkan karena bertentangan dengan Islam. Ketika ada suatu kondisi yang tidak sesuai dengan syariat, maka harus segera diluruskan kembali. Setiap hal-hal yang bisa membawa keburukan dan kemaksiatan akan ditutup oleh syariat. Islam selalu mengarahkan pada hal yang benar. Penerapan aturan Islam yang meliputi seluruh aspek kehidupan memungkinkan adanya pencegahan sekaligus penegakan hukum ketika terjadi penyimpangan. Dengan begitu, kehidupan berjalan dengan tertib sesuai aturan Islam.

Setiap bentuk pelanggaran terhadap syariat pasti ada sanksi dan konsekuensinya. Kesalahan yang dilakukan individu maupun penguasa dan pejabat sama-sama harus dipandang menurut syariat. Tidak boleh ada diskriminasi. Semua sama di hadapan hukum.

Islam juga memiliki tuntunan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Bila ada saudara yang salah, maka saudara yang lain mengingatkannya dengan akhlak yang baik. Tak peduli rakyat biasa atau penguasa sekali pun. Mereka yang melakukan kesalahan akan diminta bertobat, menyadarinya sungguh-sungguh, dan kembali kepada jalan yang benar.

Kritikan kepada pemimpin bukanlah karena kebencian. Itu merupakan bentuk muhasabah kepada pemegang kekuasaan agar selalu menaati syariat. Penguasa yang menjadi penerap aturan Islam harus senantiasa menyadari tanggung jawab tersebut. Itu merupakan sebuah tugas yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan. Ketika ada pelanggaran terhadap syariat, maka akan membawa kehancuran bagi umat manusia.

Efek Buruk dari Sistem yang Salah

Berbagai efek buruk yang kita alami sekarang sejatinya tak lepas dari penerapan sistem yang salah. Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan manusia berpikir dan bertindak semaunya. Kapitalisme yang bertumpu pada manfaat membuat manusia sibuk mengejar keuntungan duniawi semata. Mereka saling berlomba untuk mencari siapa yang lebih unggul. Akibatnya, materi menjadi tujuan hidup. Gelar, pangkat, jabatan, kedudukan, harta, dan berbagai atribut dunia merupakan yang utama. Apa pun dilakukan manusia untuk meraih itu semua.

Di sisi lain, agama dipinggirkan. Agama tidak menjadi panduan kehidupan. Akidah sama sekali tidak diperhatikan. Keimanan bukanlah hal yang penting, apalagi utama. Ketaatan pada ajaran Tuhan jauh dari angan-angan. Bagaimana mau taat pada-Nya, jika manusia tak meyakini keberadaan Sang Pencipta? Keyakinan pada Hari Pembalasan pun tak ada. Maka, jangan heran bila manusia merasa bebas berbuat tanpa takut konsekuensinya.

Inilah kerusakan sistem yang ada sekarang ini. Dampak buruknya telah kita alami sendiri. Kesengsaraan yang disebabkan penerapan aturan sekuler teramat begitu mencekik. Manusia terimpit dari segala sisi. Apakah kita mau terus-menerus digerus oleh sistem yang rusak ini?

Penerapan syariat adalah sebuah keharusan demi hidup yang selamat dunia hingga akhirat. Sebagai muslim yang beriman, tentu kita harus yakin bahwa syariat Islam adalah satu-satunya solusi segala permasalahan. Ia sekaligus menjadi jalan hidup yang diridai oleh Allah Swt.. Maka, singkirkanlah berbagai macam efek buruk dari sistem yang keliru saat ini dengan berjuang untuk kembali pada syariat-Nya. Bila bukan kembali pada Sang Pencipta, lalu mau ke mana?

Wallahu a’lam bish-shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Balada Kebijakan Mudik Lebaran
Next
Menulis, Bikin Hidup Lebih Hidup
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram