Aku Menulis karena Aku Peduli, kalau Kamu?

"Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang Anda tiru". (William Zisser)

Oleh. drh. Lailatus Sa'diyah
(Kontributor Tetap Narasipost.Com)

NarasiPost.Com-Karut-marut kehidupan semakin menjadi
Memorakporandakan hati nurani
Nahas nasib dinakhodai raja yang "tuli"
Mengadu pun tak menjadikan ratu peduli

Gagasan seorang penulis adalah salah satu bentuk kepeduliannya atas tidak "normalnya" kehidupan saat ini. Ini bukan lagi bicara menulis untuk eksistensi diri. Karena itu sejatinya hanyalah bonus yang mengikuti. Tapi menguji bagaimana kepekaan kita akan memberi solusi terhadap berbagai masalah di negeri ini.

Banyak orang mengeluh kezaliman, namun buta akan solusi. Banyak orang yang menghujat perilaku semena-mena penguasa, tapi terjebak pada solusi pragmatis jauh dari penyelesaian hakiki. Banyak orang yang diam walau tersakiti, karena tak berdaya melawan tirani. Ada juga orang ingin bersuara, namun gugu karena minim literasi.

Nah…Saatnya kita hadir menawarkan solusi. Melalui gagasan tak berbalut ambisi. Murni atas motivasi, karena kita peduli akan kondisi…

Eits…menulis itu panggilan hati.
Saya tidak sedang berusaha memaksa teman-teman untuk peduli terhadap kondisi kepayahan umat dalam sistem kapitalisme ini. Karena kepedulian itu sejatinya lahir dari hati nurani dan tidak ada yang mampu mengintervensi.

Tapi, menulislah!!
Umat butuh Pencerdasan!
Tidak perlu menunggu pandai, tapi terus cobalah. Walau jalan harus terseok.

Bila lisan ini masih bisa menjangkau, biarlah lisan ini yang menyampaikan kepadanya solusi atas kepelikan yang ada. Namun jika tidak, semoga tulisan yang baru terangkai secara sederhana ini mampu menghantarkan secercah harapan untuk kehidupan umat lebih baik.

Janganlah menunggu untuk "disuruh" menulis, tapi senantiasa menulislah jika kau pikir kau butuh/perlu menulis. Kapan? Ketika kau pikir umat butuh dicerdaskan.

Ini bukan berarti kita merasa lebih pintar, tapi sekali lagi karena kita peduli.

Untuk penulis pemula janganlah gentar untuk menyampaikan gagasanmu. Sekalipun pada mulanya harus meniru gaya penulis lain. Lakukanlah…!!
Akupun juga begitu….
Tidak ada yang salah selama kita tidak plagiat…

Sebagaimana ungkapan dari William Zinsser : "Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang Anda tiru".

So, nikmati prosesnya, terus pelajari teorinya dan yang pasti terima dengan lapang dada revisiannya. hehe

Kok revisi?
Ya..kan namanya juga belajar, wajar dong jika ada yang berniat baik memberikan masukan?

Gagasan sistematis memang tidak akan pernah secara langsung mampu merubah kondisi yang ada. Namun seiring bergulirnya waktu, insyaallah akan mampu membius (mencerdaskan) jutaan pikiran manusia untuk menuntut perubahan sistem yang telah nyata menyengsarakan.

Jangan khawatir jika tulisanmu belum membawa pengaruh, setidaknya kepedulianmu melalui gagasan sistematis telah kau curahkan lewat tulisan, telah menunjukkan kepada siapa engkau berpihak. Dan ini yang akan dihisab kelak.

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berzikir dan berdoa) agar kamu beruntung. Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar.” (QS. Al-Anfal : 45-46)

Demikian yang dapat saya sampaikan,
Semoga apa yang saya sampaikan ini bisa menjadi pengingat terutama bagi diri saya sendiri. Dan bisa memberikan suntikan semangat untuk para penulis pemula yang masih maju mundur cantik dalam menuangkan gagasan tertulis secara sistematis.

Salam dari saya…
MENULISLAH…!!!

Mohon maaf atas segala khilaf,

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
drh. Lailatus Sa'diyah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Gangster Beraksi, Kapitalisme Punya Solusi?
Next
Muruah Kita, ke Mana Perginya?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram