Indonesia Pimpin Gerakan Global Membangun Sistem Pendidikan, Ke mana Arah Pendidikan Akan Dibawa?

"Konsep dan arah pendidikan yang keliru sangat berbahaya untuk generasi di masa mendatang. Sebagaimana sistem pendidikan yang pragmatis akan melahirkan kualitas generasi yang pragmatis pula. Hal ini dapat kita lihat bagaimana kualitas generasi saat ini. Di mana melahirkan generasi instan yang cenderung berkompromi dengan realitas akibat miskin idealisme, individualis serta materialistis. Lalu, bagaimana jadinya jika generasi minim idealisme, individualis, serta materialistis menjadi pemimpin bangsa di masa mendatang?"

Oleh. drh. Lailatus Sa'diyah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20 (Chair of G20 Education Working Group/EdWG), Iwan Syahril, menyampaikan Indonesia mengajak dunia untuk bergotong royong menata dan membangun kembali sistem pendidikan. Iwan juga menjelaskan bahwa Indonesia akan memimpin gerakan global untuk menata kembali dan membangun sistem pendidikan.(jpnn.com, 17/03/2022)

Akankah Kelompok Kerja Pendidikan G20 mampu mewujudkan sistem pendidikan yang melahirkan generasi berkualitas?

Program Prioritas

Berbekal terobosan-terobosan kebijakan Merdeka Belajar yang transformatif, Indonesia dipandang sebagai contoh yang baik di mana Indonesia dinilai telah berhasil melakukan transformasi pendidikan menyeluruh yang berkualitas.

Pandemi Covid-19 telah memperburuk kondisi masyarakat yaitu dengan memperluas kesenjangan sosial ekonomi dan membawa perubahan signifikan pada sistem pendidikan dan dunia kerja.

Perubahan sistem pendidikan sangat penting dilakukan untuk mempersiapkan anak bangsa yang tangguh mampu menjawab tantangan masa depan sekaligus tuntutan global. Iwan menjelaskan ketimpangan dalam mengakses pendidikan yang berkualitas serta ketidaksiapan siswa untuk menghadapi dunia kerja, sudah menjadi isu tantangan global selama beberapa dekade terakhir. (jpnn.co.id, 17/03/2022)

Oleh karena itu, dengan mengangkat tema besar yaitu recover together, recover stronger atau pulih bersama, Indonesia mengajak peserta G20 bergotong royong memperbaiki sistem pendidikan global. Iwan menambahkan ada empat agenda prioritas yang harus menjadi dasar arah perbaikan sistem pendidikan, yaitu Pendidikan Berkualitas untuk Semua, Teknologi Digital dalam Pendidikan, Solidaritas dan Kemitraan, serta Masa Depan Dunia Kerja Pascacovid. (jpnn.co.id, 15/03/2022)

Perlu diketahui, EdWG hari pertama dihadiri 27 delegasi secara luring dan Sebanyak 64 delegasi hadir secara daring.

Belenggu Pragmatisme

Tidak bisa dimungkiri, hantaman berulang gelombang Covid-19 telah berhasil memorak-porandakan kehidupan masyarakat di Indonesia maupun global. Ambruknya sistem kesehatan, meningkatnya penggangguran, tak terbendungnya kasus kriminal adalah hal yang tak bisa terelakkan. Belum lagi perkara pendidikan, seiring meningkatnya kasus Covid-19 dengan berbagai variannya, pengajaran daring menjadi pilihan pemerintah. Tantangan besar pun harus dihadapi oleh pendidik dan anak didik. Tidak bisa dimungkiri, terbatasnya ruang belajar berdampak langsung pada kualitas pendidikan yang dihasilkan. Hal ini menjadi perhatian khusus pemerintah, bagaimana peserta didik dengan sistem pengajaran yang ada agar tetap mampu memenuhi tantangan global.

Dalam Kelompok Kerja Pendidikan G20, melalui empat program prioritas, Indonesia beserta negara peserta G20 berusaha merumuskan dan menata kembali sistem pendidikan sehingga nantinya mampu memenuhi tuntutan global dan siap menghadapi dunia kerja. Maka, tak ayal jika kurikulum pendidikan yang ada pun akan diselaraskan demi tercapainya kualitas peserta didik sebagaimana permintaan pasar. Inilah bentuk pragmatisme dalam dunia pendidikan, menjadikan tercapainya materi dalam tujuan pendidikan. Padahal sejatinya tujuan pendidikan adalah bicara bagaimana mencerdaskan kehidupan bangsa, niat lurus menuntut ilmu hingga nantinya keilmuan yang didapatkan akan mampu menjadi problem solver di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Konsep dan arah pendidikan yang keliru sangat berbahaya untuk generasi di masa mendatang. Sebagaimana sistem pendidikan yang pragmatis akan melahirkan kualitas generasi yang pragmatis pula. Hal ini dapat kita lihat bagaimana kualitas generasi saat ini. Di mana melahirkan generasi instan yang cenderung berkompromi dengan realitas akibat miskin idealisme, individualis serta materialistis. Lalu, bagaimana jadinya jika generasi minim idealisme, individualis, serta materialistis menjadi pemimpin bangsa di masa mendatang?Hal itu sama dengan kondisi saat ini, wakil rakyat yang kini mengklaim bekerja atas nama rakyat, namun kebijakan yang dilahirkan layaknya penghianat rakyat.

Cengkeraman Kapitalisme

Tergabungnya Indonesia dalam organisasi internasional, menjadikan Indonesia tunduk dan mengikuti percaturan politik internasional. Termasuk dalam menentukan arah pendidikan nasional. Dari segi pembiayaan, sesuai dengan arahan global WTO yang meratifikasi penjanjian GATS, penyelenggara pendidikan adalah salah satu sektor jasa yang diarahkan untuk diprivatisasi.

Pemerintah Indonesia pun mengamini kebijakan tersebut. Salah satunya dengan adanya realisasi kebijakan Kampus Merdeka. Nadiem Makarim selaku Mendikbudristek mendorong pendidikan tinggi untuk menyegerakan menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH). Perguruan tinggi dengan badan hukum otonom ini nantinya untuk memenuhi operasional kampus dituntut secara aktif dan kreatif untuk tidak bergantung dari pendanaan dari APBN atau uang kuliah mahasiswa. Pendanaan bisa didapatkan dari pengembangan Badan Usaha Milik Kampus, hibah, kerjasama dengan swasta dan lain sebagainya.

Dari sini dapat kita bayangkan, bagaimana beratnya berperan sebagai tenaga pendidik di kampus. Di satu sisi dituntut optimal melahirkan intelektual sesuai tuntutan global. Di sisi lain, oleh pemerintah diberi tambahan tugas untuk berpikir mencari dan mengembangkan sumber pendanaan untuk operasional kampus. Sayangnya, tak banyak yang paham bahwa kampus berbadan hukum otonom ini adalah bentuk lepas tangan pemerintah dalam menyelenggrakan pendidikan nasional.

Calon mahasiswa pun terkena imbasnya. Meskipun ada jalur masuk perguruan tinggi yang menggunakan beasiswa, namun itu hanya sedikit kuotanya. Dan sebagian dari mereka harus membayar uang pendidikan dengan harga yang sangat mahal. Maka dari itu, tak ayal umumnya dari mahasiswa hanya berfokus pada pendidikan semata, bagaimana bisa mendapatkan IPK tinggi, lulus kuliah tepat waktu, dan bersegera mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi. Tanpa peduli akan perannya sebagai agent of change, social control, iron stock, moral force, dan guardian of value.

Dari sisi kurikulum pendidikan, kurikulum pendidikan berasaskan kapitalisme miskin visi dan misi. Kapitalisme hanya mendikte kampus untuk melahirkan sarjana sesuai dengan tuntutan pasar global, yaitu untuk memenuhi ambisi kapitalisme sebagai pemerkukuh cengkeramannya. Memposisikan keberadaan generasi hanya sekadar difokuskan untuk menghasilkan materi bukan untuk kemaslahatan umat.

Dari sini bisa kita tarik kesimpulan, adanya berbagai transformasi sistem pendidikan dalam bentuk apa pun, jika rezim ini masih mengadopsi ideologi kapitalisme maka arah pendidikan tak ubahnya sekadar menjadi mesin pencetak pekerja pemenuh kebutuhan global pemerkukuh kapitalisme.

Konsep Islam Melahirkan Generasi Berkualitas

Islam memandang keberadaan generasi adalah bagian dari masyarakat secara utuh. Apa pun yang menjadi kebutuhannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah termasuk di dalamnya pendidikan. Ajaran Islam pun meninggikan orang-orang yang berilmu sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Mujadilah ayat 11 : "Allah akan meninggikan derajat orang-orang beriman, dan orang-orang yang telah diberi ilmu. " Maka dari itu, Islam dalam bingkai Khilafah akan mendorong generasi yang ada untuk berlomba-lomba untuk menuntut ilmu dan Khilafah memfasilitasi apa pun yang dibutuhkan.

Berkaitan dengan visi pendidikan di masa Khilafah ada tiga tujuan mendasar. Yaitu pertama, membangun syaksiyah Islam. Setiap peserta didik ditanamkan pola pikir dan pola sikap sesuai syariat Islam.

Kedua, mengajarkan keterampilan dan pengetahuan praktis untuk bekal kehidupan. Ini merupakan bekal yang mereka butuhkan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka. Seperti matematika, sains umum, serta pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan berbagai teknologi yang telah ditemukan, seperti peralatan listrik dan elektronik, komputer, peralatan pertanian dan lain sebagainya.

Ketiga, mempersiapkan generasi untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi atau universitas, yaitu dengan mengajarkan ilmu-ilmu utama. Berkaitan dengan tsaqofah seperti fikih, bahasa Arab, atau Tafsir Al-Qur'an, ataupun ilmu empiris seperti matematika, fisika, biologi, atau kimia. Di mana tujuannya untuk menciptakan kepribadian-kepribadian yang terhormat, para ulama, ilmuwan, dan pakar dalam setiap bidang kehidupan sebagai cerminan generasi Khilafah yang mewujudkan negara adidaya dunia, terdepan dan berpengaruh.

Konsep pengajaran yang dilakukan Khilafah adalah dengan cara menstimulus dan menginspirasi para peserta didik agar kemampuan berpikir analitis meningkat seiring berjalannya tingkat pendidikan. Sedangkan pada tingkat pendidikan tinggi atau universitas, tujuannya memperkuat serta memperdalam kepribadian Islam peserta didik. Khilafah menanamkan pada benak mereka, bahwa masing-masing dari mereka adalah pemimpin umat. Sehingga keberadaannya harus mampu menjadi problem problem solver di tengah-tengah umat. Berani menunjukkan identitas serta jati dirinya seperti memastikan pelaksanaan Islam yang benar, mengoreksi kepemimpinan, mengemban dakwah Islam, dan menghadapi ancaman-ancaman terhadap persatuan umat, agama atau Khilafah.

Dengan demikian pendidikan tinggi Khilafah akan melahirkan berbagai profesi yang menunjang kebutuhan vital masyarakat, seperti dokter, guru atau pengajar, perawat serta berbagai profesi lainnya. Proses belajar dan mengajar yang senantiasa mengabungkan materi dengan ruh melahirkan generasi yang bertakwa kepada Allah ta'ala. Mereka sadar betul apa yang mereka lakukan di dunia ini akan dipertanggung jawabkan, sehingga apa pun aktivitasnya akan bersandar untuk mendapatkan rida Allah.

Keberadaan Khalifah sebagai pemimpin negara sadar betul atas tanggung jawab kepemimpinannya di hadapan Allah. Maka sebagaimana fungsinya sebagai pengurus urusan umat, Khalifah melalui baitul mal akan memenuhi seluruh kebutuhan pokok masyarakat tidak terkecuali masalah pendidikan dengan seluruh kebutuhan penelitian dan inovasi yang mermanfaat untuk kemaslahatan umat. Khilafah berkewajiban mengelola sumberdaya alam yang dimiliki, kemudian mengoptimalkan hasilnya untuk kepentingan umat semata.

Inilah gambaran sistem pendidikan Khilafah. Sangat berbeda jika dibandingakan sistem pendidikan dalam sistem kapitalisme saat ini. Kebangkitan Islam adalah suatu keniscayaan. Keruntuhan kapitalisme tinggal menunggu waktu. Ada di mana posisi kita saat ini akan menjadi pertanggungjawaban kita di akhirat nanti. Maka, tidak ada pilihan lain selain ikut dalam barisan yang memperjuangkan kembalinya sistem Islam. Semoga ini bisa menjadi hujah di akhirat kelak. Wallahu'alam bishowab.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
drh. Lailatus Sa'diyah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Ibu Cerdas, Waspadalah pada Riba Sejuta Wajah!
Next
Sulitnya Regulasi demi Dapatkan Penanganan Kesehatan, Nyawa Kembali Melayang
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram