Stunting, Persoalan Sistemis yang Butuh Peran Negara

"Negara tidak optimal dalam memenuhi kebutuhan hidup per individu rakyat. Sehingga kemiskinan sistemis terjadi di negeri ini. Lantas, apakah persoalan ini akan tuntas melalui perbaikan ekonomi yang tambal sulam? Tentu tidak, diperlukan solusi yang komprehensif yang akan menyelesaikan masalah kemiskinan maupun stunting."

Oleh. Diyani Aqorib
(Penggiat Literasi)

NarasiPost.Com-Indonesia negeri indah gemah ripah loh jinawi. Tanahnya subur. Ditanam apa pun jadi. Mayoritas mata pencarian penduduknya adalah petani, sehingga sebagian besar wilayahnya merupakan lumbung padi. Kekayaan alam melimpah. Lautan luas dengan berbagai biota laut berprotein tinggi. Sungguh, bagaikan tanah surgawi.

Namun, rakyat makmur hanyalah mimpi. Masih banyak rakyatnya yang kelaparan setiap hari. Harga kebutuhan pokok yang terus merangkak naik, mempersulit untuk menikmati makanan bergizi. Akibatnya kasus stunting di negeri ini masih tinggi.

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementrian Kesehatan dengan Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, angka stunting secara nasional mengalami penurunan sekitar 1,6 persen per tahun. Dari 27,7 persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen pada tahun 2021. Hasil ini menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan Vietnam (23%), Malaysia (17%), dan Thailand (16%). (kemkes.go.id, 27/12/2021)

Apa itu stunting? Stunting adalah kondisi kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, yaitu tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya. Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dianggap sebagai faktor genetik. Namun, pada kenyataannya genetika adalah faktor determinan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.

Akibat Kemiskinan yang Sistemis

Secara umum, kemiskinan adalah suatu kondisi ketika seseorang atau kelompok tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti kebutuhan pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan yang layak. Namun, kemiskinan juga bisa ditentukan oleh pemerintah melalui penetapan garis kemiskinan yang ditentukan dengan standar ekonomi. Karena tingkat kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh kebijakan ekonomi pemerintah. Jadi, kemiskinan bisa juga disebabkan oleh gagalnya pertumbuhan ekonomi yang direncanakan pemerintah.

Dilansir dari bps.go.id, 17/1/2022, bahwa jumlah penduduk miskin pada September 2021 sebesar 26,50 juta orang dengan garis kemiskinan sebesar Rp486.168,00/kapita/bulan. Sehingga rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,50 orang anggota per keluarga dengan kisaran garis kemiskinan sebesar Rp2.187.756,00/rumah tangga miskin/bulan.

Masih banyaknya jumlah orang miskin sangat berkorelasi dengan tingginya kasus stunting. Bukan tidak mungkin, hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan yang sistematis telah terjadi di negeri ini. Sebenarnya banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kemiskinan, seperti rendahnya tingkat pendidikan, sehingga tidak dapat bersaing dengan orang-orang yang berpendidikan tinggi dalam mendapatkan pekerjaan.

Faktor lain adalah keterbatasan lapangan pekerjaan. Bila ada yang mengatakan orang-orang miskin itu malas. Belum tentu. Karena memang kondisi yang menyulitkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Akibatnya angka pengangguran semakin tinggi. Hal ini juga bisa disebabkan oleh ketidakstabilan ekonomi, arah politik yang tidak pasti, dan kebijakan negara yang diterapkan atas masyarakat.

Namun, faktor utama dari tingginya angka kemiskinan dan kasus stunting di Indonesia adalah karena jeratan kapitalisme. Sistem kapitalisme yang rusak dari akarnya ini memperlakukan manusia secara tidak manusiawi. Siapa yang kuat maka dialah yang menang. Salah satu kesalahan dari sistem kapitalisme adalah sistem distribusinya. Sistem distribusi dalam kapitalisme tidak dilakukan merata. Karena barang-barang termasuk kebutuhan pokok hanya akan didistribusikan ke daerah-daerah dimana banyak uang beredar. Sehingga bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan terutama di pelosok akan sulit mendapatkan akses untuk mendapatkan kebutuhan pokok dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan kata lain, bahwa negara tidak optimal dalam memenuhi kebutuhan hidup per individu rakyat. Sehingga kemiskinan sistemis terjadi di negeri ini. Lantas, apakah persoalan ini akan tuntas melalui perbaikan ekonomi yang tambal sulam? Tentu tidak, diperlukan solusi yang komprehensif yang akan menyelesaikan masalah kemiskinan maupun stunting.

Solusi Tuntas Atasi Stunting

Islam memiliki solusi untuk semua problematika kehidupan. Tak terkecuali solusi untuk mengatasi kemiskinan dan stunting. Karena Islam adalah agama yang sempurna, yang memiliki berbagai aturan dan hukum yang berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dimana semua aturan dan hukum syarak tersebut diterapkan dalam sistem khilafah.

Salah satunya adalah bagaimana Islam mengatur distribusi. Karena tujuan dari sistem ekonomi Islam adalah bagaimana memenuhi kebutuhan setiap individu rakyatnya agar kebutuhan pokok tersebut dapat diakses oleh setiap orang dengan mudah dan harga yang terjangkau.

Khilafah juga akan menyediakan fasilitas-fasilitas pendidikan dan kesehatan yang terbaik untuk seluruh rakyat. Dengan begitu, setiap orang akan dapat mengenyam pendidikan ke level yang tinggi tanpa harus memikirkan biayanya. Tingkat kesehatan warganya pun akan bagus, karena mendapatkan layanan kesehatan yang terbaik secara gratis. Begitu pun dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya agar setiap orang mudah mendapatkan pekerjaan dan bisa mendapatkan upah yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Termasuk Islam juga memiliki mekanisme menghidupkan tanah mati agar dapat ditanami dengan tanaman yang dikelola oleh warga negara dan dapat menghasilkan. Hasilnya bisa dinikmati oleh orang yang mengelolanya. Dari situ mereka bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan semua solusi di atas, kasus stunting bisa dicegah dan kemiskinan pun teratasi. Rakyat pun terjamin untuk memenuhi kebutuhan primer bahkan sekundernya.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Diyani Aqorib S.Si. Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Berburu Bunga Sakura di Edinburgh
Next
Debut Ms. Marvel: antara Sensasi dan Jati Diri Muslimah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram