Merebut Fatwa, Memahat Luka

Ah, tidak.
Yang tercium hanya aroma pencitraan.
Baunya busuk mengganggu penciuman.
Bak bangkai yang tak kunjung dikuburkan.

Oleh: Ummu Zamzama
(Forum Hijrah Kafah)

NarasiPost.Com-Tak henti luka kau pahat
Polemik kaurawat
Sabang hingga Merauke
Gaduh hal-hal sepele

Ku taksir logika
Di mana urgensinya?
Kutatap fakta
Di mana faedahnya?

Agaknya kaulupa
Problematik darurat tengah mengancam negara
Mengacau ketenangan publik
Dengan langkanya minyak sawit

Rakyat mati karena antre
Tapi junjunganmu sibuk selfie
Bersarung berpeci
Seolah merenungi nasib negeri

Ah, tidak
Yang tercium hanya aroma pencitraan
Baunya busuk mengganggu penciuman
Bak bangkai yang tak kunjung dikuburkan

Agaknya kau memang rabun
Rakyat tercekik aneka upeti
Pajak seubun-ubun
Menguras kantong pribadi

Dalam keheningan semesta
Kau edarkan islamofobia
Syiar azan jangan lagi mengudara
Logo halal tak lagi jelas makna

Asal jangan Arab?
Asal menusantara?
Meski terlihat memaksa
Tapi kau sedang punya kuasa

Kauberdiri di pelataran mimpi
Seolah hendak merebut Fatwa MUI
Hal logo pun jadi komoditi
Bernarasi efisiensi dan filosofi

Rakyat kerdil bertanya-tanya
Apa guna itu semua?
Bukankah halal itu pasti?
Tak boleh samar apalagi salah arti?

Halal bukan sekadar seni
Bukan pula soal filosofi
Tapi halal adalah hukum syariat yang tak boleh syubhat
Jelas dalam pandangan mata
Menenteramkan dalam jiwa

Halal itu jelas
Tertulis tegas
Dalam nas-nas
Dalam huruf yang khas

Ah, inikah yang kau namai menusantarakan Islam?
Hingga sekadar hurufnya pun kau samarkan?

Dinding syariat kau pahat
Menyisakan debu
Sesak terhirup kalbu
Dalam kepahitan yang sengaja kautuang

Dinding syariat kaukikis
Lapis demi lapis hingga tipis
Tersisa rangka
Tiada makna tiada rasa

Kautabur onak moderasi
Kau semai liberalisasi
Hingga islamofobia menganak sungai
Mengalir deras ke penjuru bumi

Lewat kuasa kau tabuh genderang
Memerangi saudara seiman
Memusuhi ulama-ulama panutan
Mengedarkan ketakutan dan kebencian

Kaubela kaum liberal
Kaubela tuan-tuan pemodal
Bermanis muka pada orang kafir
Bermuka masam pada kaum muslim

Ah, siapa kau ini?

Rakyat kerdil mengulum resah
Mengusap peluh mengadu kesah
Kepada Dia yang mencipta jagat raya
Pemilik keadilan yang sesungguhnya

Rakyat kerdil merajut asa
Bilakah kelaliman ini kan sirna
Mati berkalang dosa
Terkapar di rusuk neraka

Rakyat kerdil melantunkan asa
Bilakah keadilan kan tiba?
Menyemai hidup nan mulia
Tenteram hingga ke pelosok nusantara

Lindungi hamba dari para pendusta
Selamatkan kami dari tipu daya
Palingkanlah hati kami dari bisik durjana
Kuatkanlah kami dengan tali agama-Mu Ya Rabb

Bumi Proklamator, 14 Maret 2022[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ummu Zamzama Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Khilafah Bukan Ide Kemarin Sore
Next
Janabijana
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram