Ia Inginkan Hadirmu

Bukan harta yang didamba di akhir hayatnya.
Bukan pangkat yang diminta di penghujung napasnya.
Bukan kemewahan yang dinanti di sisa usianya.
Hanya nama dan hadirmu yang menjadi asanya

Oleh. Wening Cahyani
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Aku tak pernah tahu apa yang bersemayam dalam benakmu
Aku tak pernah tahu apa yang menggelayut dalam pikiranmu
Aku tak pernah tahu apa yang membius jiwamu
Aku tak pernah tahu siapa yang merampok hati nuranimu

Tidakkah kauingat berapa lama kau dalam asuhannya?
Tidakkah kaulihat jerih payahnya?
Tidakkah kaudengar harapan-harapannya?
Tidakkah kau rasakan kasih sayang yang tulus darinya?

Mengapa kesibukanmu merampas waktu bersamanya?
Mengapa pekerjaanmu mengikis kerinduanmu kepadanya?
Mengapa aktivitasmu menyita hadirmu di hadapannya?
Mengapa kegiatanmu seakan memutus tali wicara kepadanya?

Yang selalu ditunggu hadirmu
Yang selalu dirindu jasadmu
Yang selalu ingin didengar ceritamu
Yang selalu diharap sentuhan tanganmu

Yang ia ingini hadirmu
Yang ia ingini bukan uangmu
Yang ia ingini pedulimu
Yang ia ingini ia dekat denganmu

Kini …
Kerinduannya telah berakhir
Kasih sayangnya sudah tak mengalir
Doa dan harapannya pun telah menyingkir
Bibirnya pun takkan pernah basah oleh zikir

Kecewakah saat kau tak melihat jasadnya untuk yang terakhir kali?
Kecewakah kala kau tak menyentuh tangannya untuk silaturahmi kembali?
Kecewakah saat kau tak lagi mendengar nasihatnya karena ia peduli?
Kecewakah kau tak lagi bisa di sisinya untuk memberikan bakti?

Ya …
Dia telah pergi mengahadap Ilahi
Dia telah kembali kepada Rabb Yang Mahasuci
Dia telah menyelesaikan amanah di bumi
Dia telah tenang di sisi Rabbul ‘Izzati

Pejuang nafkah telah tiada
Belum sempurna liang lahadnya
Engkau pun tiada tergerak menyempurnakannya
Belum kering pusaranya, engkau pun beranjak meninggalkannya

Bukan harta yang didamba di akhir hayatnya
Bukan pangkat yang diminta di penghujung napasnya
Bukan kemewahan yang dinanti di sisa usianya
Hanya nama dan hadirmu yang menjadi asanya

Kini …
Kau tak lagi bisa menyentuh kulitnya yang makin keriput menua
Kau tak lagi bisa melihat senyum di bibirnya
Kau tak lagi bisa mendengar wejangan penuh makna
Kau tak lagi bisa mencium tangannya

Hanya doa yang bisa kau panjatkan
Ampunan atas dosa-dosanya bisa kau mohonkan
Pahala dan tenang di sisi-Nya bisa kau mintakan
Melanjutkan perjuangan yang belum tertunaikan

Magelang, 18 Maret 2022[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Wening Cahyani Kontributor Tetap NarasiPost.Com
Previous
Bayi Malang di Sistem Sekuler
Next
Separuh Waktuku Ada Bersamamu, Covid
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram