Beredar Ciri Penceramah Radikal, Framing Negatif Kembali Disematkan pada Islam

Isu radikalisme dan moderasi beragama terus dibenturkan sebagai pengalihan isu yang dihadapi para penguasa. Mereka seolah menyajikan solusi tuntas yang hanya mengaburkan umat hingga tidak bisa melihat kerusakan akibat penerapan sistem kapitalisme yang sudah rusak serta banyak mengalami kegagalan.

Oleh. Mariam

NarasiPost.Com-Bermula dari pemberian arahan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri pada hari selasa (1/3/2022) di Cilangkap, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan kepada para istri personel TNI dan Polri untuk tidak mengundang dan mendengarkan penceramah radikal dengan mengatasnamakan demokrasi. Presiden mengingatkan bahwasannya TNI dan Polri harus segera berbenah, salah satunya berkaitan dengan arah kedisiplinan personel di setiap unit instansi tersebut. Presiden mengungkapkan bahwa istri personel TNI – Polri tidak boleh membuat perkumpulan dengan memanggil penceramah semaunya atas nama demokrasi. Atas dasar inilah Badan Nasional Penanggulan terorisme (BNPT) mengeluarkan statement tentang karakteristik ataupun ciri penceramah yang dicap radikal dan mengimbau masyarakat untuk tidak mendengarkan apalagi mengundangnya.

Saat dihubungi media pada Sabtu (5/3/2022), Nurwakhid mengungkapkan bahwa sejak awal kami (BNPT) sudah menegaskan bahwa persoalan radikalisme harus menjadi perhatian sejak dini karena sejatinya radikalisme adalah paham yang menjiwai aksi terorisme. Radikalisme merupakan sebuah proses tahapan menuju terorisme yang selalu memanipulasi dan mempolitisasi agama. Penceramah radikal dapat menginterpretasikan melalui beberapa tahapan yang tergambar pada isi materi yang disampaikan. Pertama, penceramah itu mengajarkan anti-Pancasila dan pro akan ideologi khilafah transnasional.

Kedua, mengajarkan paham takfiri yang mengafirkan pihak lain yang berbeda paham maupun beda agama.

Ketiga, menanamkan sikap antipemimpin atau pemerintah yang sah dengan membenci dan membangun ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah maupun negara melalui propaganda, fitnah, adu domba, hate speech, dan sebaran hoaks.

Keempat, memiliki sikap ekslusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman (pluralitas).

Kelima, memiliki pandangan anti budaya ataupun antikearifan lokal. (Sumber CNN Indonesia)

Sejatinya peringatan yang dikeluarkan oleh BNPT tersebut, pemikirannya sejalan dengan pemahaman Barat. Namun, Barat lebih menggunakan bahasa yang ekstrem dan sensitif. Menurut Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, pernah mengatakan bahwa ideologi Islam adalah ideologi setan (Evil ideology) yang kemudian dicirikan sebagai mereka yang menolak legitimasi Israel, mempunyai pemikiran bahwa syariat adalah dasar hukum Islam, dan mereka menyeru bahwa umat muslim harus bersatu di bawah naungan khilafah serta mereka enggan untuk mengadopsi nilai-nilai liberal.

Jargon radikalisme yang mereka suarakan bukanlah jargon yang bersifat objektif, namun telah dikemas dengan tujuan yang jahat dan licik, yaitu untuk melemahkan dan menghantam kaum muslim untuk dipukul mundur dalam memadamkan bara api perjuanhan, serta meruntuhkan semangat umat Islam yang menginginkan tegaknya Islam dalam aspek kehidupan di bawah naungan Daulah islamiah. Mereka tidak mungkin berencana dalam menjalankan aksinya seorang diri, setan tidak pernah tinggal diam untuk memanipulasi dan membuat tipu daya pada manusia. Antek-antek setan dari pihak Barat kemudian meminjam tangan para penguasa komprador negeri muslim termasuk Indonesia untuk terlibat andil dalam memainkan peran. Para penguasa negeri muslim bahkan mengapresiasi dan mengikuti arahan Barat dalam mengadang kebangkitan Islam melalui proyek radikalisme yang di framing negatif kepada masyarakat melalui berbagai sarana seperti media atau bahkan seseorang yang dianggap tokoh terhormat yang mencoba membuka suara untuk membuat citra Islam semakin buruk dalam pandangan masyarakat dan menjadikan kaum muslim takut dengan syariatnya sendiri. Mereka melakukan aksi sedemikian rupa karena mereka takut kehilangan tahta dan kuasa. Mereka menganggap Islam sebagai ancaman bagi para penguasa sekuler untuk mencari kepentingan dan meraup keuntungan materi.

Moderasi beragama yang diusung sebagai solusi dalam menghadapi isu radikalisme ini pun terus digaungkan, hingga mereka anggap Islam disamakan dan disejajarkan dengan agama lain. Ide yang diusung adalah memersepsikan kepada masyarakat bahwa semua agama itu sama, mereka hanya bisa mengatur ranah spiritual saja, tidak lebih. Padahal hukum Islam itu terperinci dan terkemas apik dari kita bangun tidur hingga bangun negara, semuanya telah diatur dan diakomodir oleh pembuat hukum Sang Mahaadil.

Isu radikalisme dan moderasi beragama terus dibenturkan sebagai pengalihan isu yang dihadapi para penguasa. Mereka seolah menyajikan solusi tuntas yang hanya mengaburkan umat hingga tidak bisa melihat kerusakan akibat penerapan sistem kapitalisme yang sudah rusak serta banyak mengalami kegagalan. Umat pun tidak terpikirkan untuk menerapkan syariat Allah dalam kehidupan.

Kemiskinan yang semakin merajalela dengan data per tahun yang terus melonjak, utang ribawi yang menggiurkan dan banyak menjerat, kriminalitas yang terus mengancam tanpa adanya pengamanan, serta korupsi yang terus bertambah dan menambah pula data nama-nama aparat yang masuk KPK, seolah hanya dijadikan santapan berita sehari-hari yang tiada akhir. Namun sayang, semua itu tidak pernah mendapatkan perhatian lebih, justru isu radikalisme inilah yang terus digoreng ke publik. Tidak bisa dimungkiri, bahwa ternyata Kapitalisme sendirilah yang menciptakan aktor ‘terorisme’ itu. Kapitalisme sendiri yang menjadi biang munculnya terorisme karena menciptakan ketidakadilan bagi masyarakat. Maka, seharusnya sistem inilah yang harus dilawan, bukan malah dibela atau dielu-elukan eksistensinya.

Islam yang ajarannya telah sempurna sepeninggal Rasulullah saw dan telah mampu membuktikan dalam rekaman sejarah selama kurun waktu 13 abad lamanya serta menaungi 2/3 dunia ini mengantarkan manusia dalam peradaban mulia yang tertata dalam sebuah sistem bernama Khilafah. Maka, salah besar jika orang-orang yang mengusung ide khilafah ini dianggap sebagai otak dari munculnya beragam aksi teroris. Karena khilafah sendiri menyajikan solusi atas berbagai aksi teror dengan mekanisme yang mumpuni. Beberapa strategi yang dilakukan khilafah dalam memberantas aksi teror dan kekerasan yang terjadi adalah :
Pertama, khilafah akan membangun keimanan yang kuat pada umat. Karena ketika iman telah melekat, umat akan senantiasa mengikatkan sikap dan perilakunya dengan standar syariat. Tidak bertindak atas dasar hawa nafsu dan logika dengan akalnya yang serba terbatas. Inilah benteng utama untuk memperkukuh jiwa umat dan melindungi agar terhindar dari melakukan berbagai tindakan kejahatan seperti aksi teror dan kekerasan.

Kedua, khilafah akan menerapkan Islam secara kaffah sehingga setiap undang-undang dan peraturan yang dibuat mengacu kepada standar Al-Qur'an dan As-Sunnah. Penerapan hukum Allah akan mengantarkan pada kemuliaan dan keberkahan dalam negeri tersebut. Dengan menerapkan sistem ekonomi Islam akan mengantarkan umat pada keadilan dan kesejahteraan dalam bidang ekonomi, hingga bisa tercukupi semua kebutuhan masyarakat. Sistem peradilan yang dilandasi Islam tentu akan melahirkan kebijakan yang adil, dan tidak pandang dalam jabatan ataupun orang terpandang dalam memberikan hukuman jika memang dia bersalah. Dengan menerapkan sistem politik luar negeri Islam pasti akan mengantarkan pada kemandirian negara dalam mengelola sebuah pemerintahan, jadi tidak ada penjajahan atau terikat utang balas budi hingga terinversi dengan negara asing.

Ketiga, khilafah akan mengedukasi umat hingga bisa memahami bahwa kekerasan dalam bentuk aksi teror bukanlah jalan untuk meraih tujuan yang diharapkan. Kritik dan nasihat bisa dijadikan alternatif utama dengan disampaikan secara amar makruf nahi mungkar kepada para penguasa pemerintah, dan dalam para penguasa khilafah pasti berbeda dengan penguasa liberal yang membungkam suara rakyat mereka justru harus berlapang dada dan menerima nasihat dengan sebaik-baiknya.

Keempat, jika berbagai poin di atas telah dilakukan namun masih tetap adanya aksi kekerasan ataupun teror tersebut, khilafah memberlakukan adanya sanksi tegas untuk memberikan efek jera bagi semua orang. Dalam kitab Dirasat Fil Fikril Islamy menjelaskan bahwa jika tindak kekerasan berupa penganiayaan atas badan, baik tanpa pembunuhan atau disertai pembunuhan, Islam mewajibkan adanya qishas atau bisa dengan tebusan (diyat). Inilah cara efektif sistem sanksi yang diberlakukan dalam Islam untuk memberantas aksi teror hingga ke akarnya.

Inilah sistem Islam yang banyak orang takuti penerapannya, tapi menyajikan solusi yang hakiki karena penerapan hukumnya diperintah Allah secara langsung. Walaupun memang khilafah belum tegak, namun sudah banyak pihak yang menuduh ide khilafah ini malah sebagai biang teroris untuk mencitranegatifkan Islam agar orang-orang takut dalam memperjuangkannya. Padahal sebaliknya, khilafahlah yang bisa membasmi aksi terror tersebut dan memberikan aksi nyata dalam penerapannya.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Mariam Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Baru Terduga, Sudah Didor, Di mana Keadilan?
Next
Anak-Anak Malas Belajar? Telusuri Yuk!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram