"Semua yang saya alami selama di NP inilah yang membantu saya untuk menjadi lebih baik dalam menulis. Bila ada yang menganggap tulisan family dan motivasi saya bagus, maka semua karena Allah yang memampukan. Melalui NP, Allah memberikan rezeki belajar dan teman-teman yang berharga."
Oleh. Deena Nor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Pada saat saya ditawari menjadi Kontap NP, saya merasa senang tapi juga bingung. Kira2 apa kelebihan saya sehingga Pemred NP yang baik hati ini mau memberikan kesempatan pada saya sebagai bagian dari tim Kontap? Apa jangan-jangan salah orang atau sedang khilaf? Sebab, siapa sih saya ini? Saya merasa biasa-biasa aja. Namun, karena kesempatan itu datang, maka berarti memang sudah jalan saya begitu. Di samping itu, Bu Andrea mengatakan bahwa menurut Bu Ida, saya dianggap bagus di parenting-motivasi dan PUEBI. Seingat saya seperti itu… hehe.. cmiiw..
Sejak awal saya memang banyak menulis puisi dan motivasi. Bukan tanpa maksud. Saya memilih sedikit meninggalkan opini karena agak jenuh dengannya. Harusnya nggak boleh gitu, ya? Sebab dengan beropini kita bisa lebih menonjok kebijakan rezim yang zalim juga sistemnya yang amburadul. Tapi, yah begitulah… Kini saya sedang berusaha mengakrabi opini kembali. Walau lumayan sulit karena sudah nyaman di zona lain.
Kembali pada alasan kenapa saya banyak menulis puisi dan motivasi. Sebenranya itu sebagai sarana saya melepaskan segala gundah, resah, sekaligus menguatkan diri. Dengan menulis tema itu, saya bisa lebih mengeksplore perasaan dan harapan. Begitu pemikiran saya.
Awal-awal di Kontap, saya merasa minder karena saya merasa tak ada kelebihan yang istimewa. Saya merasa biasa-biasa saja. Namun, karena di tim ini banyak sharing ilmu dan motivasi, saya merasa beruntung bisa belajar dari teman-teman semua. Bagaimana menulis opini yang cetar membahana, membuat karya sastra penuh rasa, menulis motivasi yang mengena, membuat tulisan tentang family yang menyentuh di sukma, menulis mengalir bagai air seolah tak kehabisan ide, menulis di luar zona nyaman, menulis sesuai PUEBI supaya bisa meringankan tugas admin dan editor, hingga menemukan keluarga baru di NP ini.
Pemred yang baik hati serta para adminah yang telaten dan bijaksana menerima segala kekurangan kami, khususnya saya memacu semangat untuk berupaya sebaik mungkin. Ini adalah sebuah episode kehidupan yang saya syukuri. Namun, tak semua yang tampak bagus, di dalamnya juga demikian. Apa yang terjadi di belakang layar penulis bisa sangat mengiris hati… Duuhh, sakit… Maksudnya, di balik sebuah tulisan yang tayang dan bisa dibaca banyak orang, ada proses yang berliku dan menguras emosi.
Yah, sebagaimana ibu lainnya, ujian terbesar adalah anak (menurut saya). Di kala sedang asyik menulis, tiba-tiba anak rewel. Kebetulan anak saya istimewa. Sehingga perlu perlakuan istimewa. Padahal ide sudah di ubun-ubun, tapi si bocil harus didahulukan. Jadilah, sering tertunda hingga menghilang karena lupa.
Meski begitu, kita tak boleh menyerah dengan mudahnya bukan?! Kita siasati hal-hal semacam itu dengan menunaikan semua kewajiban kita, memenuhi semua kebutuhannya dulu, hingga semua aman terkendali. Sayangnya, kondisi begitu sering kali di saat hari sudah gelap, bahkan larut. Sementara tubuh pun sudah lelah. Akhirnya menulis tidak jadi dilakukan. Maka, harapan yang tersisa adalah di kala setelah salat malam hingga pagi sebelum aktivitas rumah tangga dimulai. Ditambah lagi di sela-sela aktivitas tersebut. Begitu ada longgar, tulis sedikit. Catat hal-hal yang tebersit segera, di mana pun saja, sebelum terlewat. Eksekusinya nanti belakangan.
Seiring waktu, saya berusaha memperbaiki tulisan saya. Menambahkan rasa yang menurut saya bisa ‘mengisi’ tulisan tersebut. Membayangkan dengan sungguh-sungguh tentang topik yang saya tulis. Mencurahkan perasaan. Berusaha setulus dan sejujur mungkin dalam menuliskannya. Dan, tetap tulisan tersebut harus selalu dalam koridor syarak.
Saya yakin masih banyak kekurangan pada tulisan-tulisan saya. Namun, hingga detik ini saya masih memiliki keinginan untuk terus belajar. Saya berusaha untuk menimba ilmu dari siapa pun. Di tim ini banyak yang lebih muda dari saya, namun ilmu dan pengalaman mereka lebih banyak dari saya. Tidak apa-apa. Ilmu bisa didapatkan dari mana saja, dari siapa saja. Tak perlu malu dalam belajar untuk kebaikan.
Semua yang saya alami selama di NP inilah yang membantu saya untuk menjadi lebih baik dalam menulis. Bila ada yang menganggap tulisan family dan motivasi saya bagus, maka semua karena Allah yang memampukan. Melalui NP, Allah memberikan rezeki belajar dan teman-teman yang berharga.
Alhamdulillah… semoga ini menjadi amal jariah Bu Andrea yang telah menyediakan wadah bagi para penulis ideologis. Juga para adminahnya yang setia membersamai dan membantu para penulis ini berkarya untuk umat. Tak ketinggalan teman-teman semua yang selalu menginspirasi dengan caranya masing-masing. Semoga apa yang kita lakukan ini mendapat rida-Nya
Semoga Allah senantiasa memampukan kita semua untuk istikamah dalam dakwah, khususnya melalui tulisan.[]
Photo : Google & koleksi pribadi