Stigmatisasi Ulama Viral, Benarkah Radikal?

"Nyatanya, ulama-ulama yang masuk ke dalam daftar berbahaya versi pemerintah adalah ulama-ulama yang senantiasa mendobrak cara berpikir umat untuk keluar dari kejumudan. Menyadarkan umat akan bahaya penjajahan lewat ideologi sekularisme yang ditanamkan dalam benak kaum muslimin."

Oleh. Ana Nazahah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sejak Sabtu (5/3/2022) kemarin, viral beredar 180-an ulama dan tokoh yang disarankan tidak diundang sebagai penceramah. Hal ini tentu saja mengundang perhatian warganet. Mayoritas bertanya-tanya, "Bukankah ulama yang dianggap 'radikal' tersebut adalah ulama lurus, yang senantiasa peduli terhadap persoalan bangsa dan terbukti mencintai bangsa ini dengan tulus?"

Sebenarnya umat saat ini sudah mulai jengah terhadap makna radikalisme yang terkesan dipaksakan. Padahal jelas-jelas telah melanggar agama, budaya serta nilai-nilai yang dianut bangsa ini. Sehingga wajar umat bertanya, "Seberapa pentingkah isu ulama radikal disorot?" "Sampai kapan umat harus terbelenggu oleh doktrin sesat yang diciptakan para pembenci Islam?" Sepertinya umat wajib mencari jawabannya, agar tidak selamanya dibodohi yang hanya menyebabkan negeri yang sedang ditimpa berbagai musibah ini, jauh dari rahmat Allah Swt.

Kenapa Ulama Dianggap Radikal?

Setidaknya ada dua alasan kenapa ulama dianggap berbahaya. Pertama, ulama itu penganut paham dakwah kekerasan, menyeru Islam dengan menanamkan api permusuhan di tengah umat beragama, mendorong umat berperilaku anarkis. Kedua, ulama tersebut berdakwah dengan pemikiran. Membongkar makar penjajahanan, misalnya. Menjelaskan pengaruh hegemoni Barat dalam menentukan arah dan kebijakan pemerintahan serta membongkar kedok penjajah di balik politik ekonomi liberalisme, sembari memberi solusi untuk segala problematika umat.

Untuk alasan pertama, tentu saja ini jauh dari ajaran Islam dan dakwah yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Tanpa dicap radikal sekalipun, ulama ini sudah seharusnya dijauhi. Sedang yang kedua, ulama ini berbahaya khususnya bagi pengusung ide penjajahan, khususnya bagi negara kufar yang hidup sebagai inang di sebuah bangsa yang berlimpah hasil kekayaan alamnya. Jika negara berhenti menggunakan asas politik ekonomi liberalisme, penjajah tentunya akan kerepotan melanggengkan cengkeraman mereka dan merampok hasil kekayaan alam, yang setiap harinya mengalir ke kantong-kantong para kapitalis itu.

Nyatanya, ulama-ulama yang masuk ke dalam daftar berbahaya versi pemerintah adalah ulama-ulama yang senantiasa mendobrak cara berpikir umat untuk keluar dari kejumudan. Menyadarkan umat akan bahaya penjajahan lewat ideologi sekularisme yang ditanamkan dalam benak kaum muslimin. Mengarahkan umat untuk bersungguh-sungguh berkontemplasi demi perbaikan negeri, agar umat bisa meraih kebangkitannya yang hakiki, sehingga kedudukan umat Islam kembali dihormati.

Ya, kiprah ulama seperti ini memang ditakuti oleh musuh-musuh Islam. Walau bagaimanapun kehadiran ulama-ulama ini akan mengancam eksistensi ideologi yang mereka propagandakan di negeri-negeri kaum muslimin. Kaum kufar akan melakukan segala cara untuk menjauhkan ulama hanif dengan umat, salah satunya dengan memberi stigma radikal, berbahaya dan mengancam.

Mimpi Buruk Musuh-Musuh Allah

Sebenarnya upaya untuk mencitraburukkan ulama dan pengemban dakwah Islam bukan kali ini saja terjadi. Jauh pada masa awal Islam turun pun ide ini sudah pernah dipraktikkan oleh kaum kafir Quraisy. Saat mereka mengetahui bahwa dakwah Rasulullah mulai diterima di hati umat, kafir Quraisy itu gelisah. Mereka mencoba menghalangi orang-orang yang ingin mendengar seruan dakwah Rasul, dengan menuduh Rasulullah tukang sihir yang berbahaya.

Hal yang sama pun terjadi hari ini. Dunia mulai memperhatikan ideologi alternatif untuk menggantikan ideologi kapitalisme yang terbukti gagal membawa kesejahteraan kepada umat manusia. Sembari menunggu kapitalisme roboh dari singgasana pesakitannya, dunia mulai riuh dengan diskusi-diskusi politik ekonomi berbasis emas dan perak misalnya, yang notabene berasal dari Islam. Maka, masa keemasan Islam di bawah Kekhilafahan islamiah pun tak luput menjadi wacana yang diperbincangkan.

Tak terkecuali di negeri Ibu Pertiwi. Diskursus terkait Khilafah islamiah mulai terdengar akrab dengan umat. Seluruh lapisan masyarakat mulai memahami satu-satunya sistem pemerintahan dalam Islam ini. Khilafah bukan lagi hal yang asing, meskipun sejarahnya berupaya untuk dikaburkan dari ingatan umat. Misalnya, di dunia pendidikan dan di buku-buku sejarah Islam, ada upaya untuk dihilangkan sedemikian rupa. Namun tetap saja, tak ada yang mampu membendung orang-orang berbicara khilafah, ideologi Islam dan sistem ekonomi nonribawi dari ideologi ini.

Semua terjadi atas keberhasilan dakwah pemikiran dan tanpa kekerasan yang dilakukan oleh ulama, tokoh-tokoh umat, pemuda-pemuda yang sadar, akar musabab dari seluruh persoalan yang menimpa negeri. Di mana solusi dari seluruh problem tersebut adalah dengan kembali kepada aturan Ilahi, yakni kembali kepada sistem di mana seluruh sumber hukumnya wajib berasal dari wahyu Allah Swt. Bukan yang lain.

Jika sistem Islam berdiri. Tidak ada harta kekayaan alam dijarah asing. Tidak akan ada lagi utang menumpuk yang dengannya negara kita dikontrol dengan segenap kebijakan yang pro terhadap asing. Tidak akan ada lagi pemerintahan korupsi yang melanggengkan pemerintahan oligarki. Negara Islam akan menghapus segala praktik kebijakan kapitalisme dan segala bentuk nepotisme oleh penguasa.

Dan inilah yang begitu ditakuti asing. Jika pemerintahan boneka tumbang, siapa lagi yang akan membantu mereka menjajah? Jika negara Islam berdiri, bagaimana lagi mereka bisa menikmati harta kekayaan Indonesia yang begitu menggoda bagi para kapitalis ini? Bagi asing, hal ini adalah mimpi buruk. Sedang ulama dan tokoh-tokoh umat yang mereka labeli radikal, malah mencoba mewujudkan mimpi buruk bagi para pengusung kapitalisme itu.

Pertanda Kemenangan Telah Dekat

Saat kebencian kafir Quraisy kepada dakwah Rasulullah dan para sahabat memuncak, mereka bahkan berpikir ingin membunuh Nabi dan para pengikutnya. Mereka takut jika nanti Nabi berkuasa dan Islam tegak di Makkah, tidak akan ada lagi tempat bagi tuhan-tuhan mereka. Tidak ada lagi praktik riba dan pergaulan jahiliah yang biasa mereka lakoni.

Namun sayang, Allah gagalkan makar kafir Quraisy untuk membunuh Nabi, malah Allah kuatkan bangunan akidah Islam dalam bentuk institusi Islam yang berdiri di Madinah. Berbondong-bondong manusia memeluk Islam dan menerima ajaran Rasulullah Saw. Masyarakat Islam akhirnya bisa hidup dalam sistem yang mulia, dalam Daulah Islam yang perkasa.

Demikian pula saat ini, dakwah Islam dianggap gangguan justru karena kaum kufar menyadari posisi ideologinya yang tengah terancam. Mereka harus melakukan sesuatu untuk mempertahankan ideologi rusak mereka agar tetap bertahan. Karenanya, mereka mencoba menyulut api kebencian dan permusuhan umat terhadap Islam dan ulama yang mengemban Islam. Pada akhirnya, upaya kaum kufar ini akan menjadi sia-sia, berkat adanya ulama dan orang-orang yang tak menyerah dalam melanjutkan perjuangan memahamkan umat terkait Islam kaffah. Pada akhirnya, semakin hari umat semakin sadar, bahwa besarnya kebencian orang-orang kafir kepada Islam, kerasnya api permusuhan yang mereka hembuskan. Itu menandakan kemenangan Islam semakin dekat. Kaum muslim percaya, tak sulit bagi Allah untuk memenangkan agama ini. Jika telah tiba waktunya kebenaran menang, maka kebatilan akan lenyap tanpa bekas.

Sebagaimana Firman Allah Swt.

وَقُل جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا

Dan katakanlah, “Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap. (Al-Isra': 81)

Wallahu'alam…[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Belajar tentang Ketaatan dari Sosok Abu Bakar Ash-Siddiq
Next
Sehatkah Daging Mentah atau Setengah Matang untuk Dikonsumsi?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram