"Saling melempar alasan untuk menguatkan pendapat masing-masing pun tak terelakkan. Pihak kontra menyatakan keberatannya karena wanita pasti punya rasa cemburu dan ingin menjadi satu-satunya di hati suami. Apalagi ditambah saat ini banyak laki-laki yang poligami, tapi menyakiti hati istrinya."
Oleh: Choirin Fitri
NarasiPost.Com-Warga kos Putri Salihah gempar. Mereka heboh dengan berita viral yang beredar di IG. Seorang selebgram yang dikenal saleh karena suara merdunya dalam mengalunkan Al-Qur'an melakukan poligami.
Aini, Farah, Nella, dan Emma duduk berkerumun. HP layar datar milik Nella memutar video live pelaksanaan akad nikah untuk kedua kalinya yang disaksikan istri pertama. Berbagai komentar keluar dari lisan-lisan tak bertulang keempat gadis itu.
"Wow, luar biasa Ustaz Faruq ini. Istri keduanya cantik banget padahal nggak pakai make up." Ujar Aini terkagum-kagum saat sesi foto buku surat nikah.
"Heeeemmm, bisa ikhlas gitu ya istri pertamanya?" Satu pertanyaan keluar dari lisan Farah.
"Aduh, aku sih nggak siap ya, kalau harus diduakan seperti itu." Nella berkomentar sambil mengibas-ngibaskan kedua tangannya ke muka. Lebay.
"Wah, seru kali ya, kalau punya rumah tangga poligami!" Ucapan Emma sontak membuat ketiga teman kosnya menatapnya tajam secara bersamaan.
"Emang kenapa dengan rumah tangga poligami? Ada yang salah?" Emma balik memelototi satu per satu temannya mencari jawaban.
"Ngeri aja, Ma, masa iya sih kita harus berbagi suami dengan wanita lain. Nggak asyik banget itu," sahut Nella dengan jemari yang sibuk men-scroll layar gawainya.
"Iya betul. Kalau aku bakal ngasih syarat deh nggak mau dipoligami. Takut banget dia lebih sayang pada istri keduanya ketimbang aku." Farah bermuka masam.
"Dia siapa? Bukannya kita semua masih jomblo? Jangan-jangan…." Emma mendekatkan mukanya pada Farah. Telunjuknya di arahkan ke muka tembam Farah dengan rasa penasaran.
"Eh, maksudku nanti, kalau aku udah dapat jodoh."
"Ooooo," sahut ketiga teman Farah kompak.
"Aku sih ngeri ya dengan poligami ini. Kaum wanita banyak dirugikan. Suaminya juga seenaknya saja memperlakukan istrinya."
"Kebanyakan nonton sinetron sih, Kamu! Jadinya kebawa alur suami-suami yang nggak paham syariat Islam dalam poligami. Malah salah kaprah film-film itu dalam menerapkan poligami," sahut Emma sambil melemparkan bantal ke Farah. Untungnya daya refleks Farah cepat merespons, sehingga bantal berwarna cokelat itu jatuh terpental di lantai.
"Hehehe, iya juga sih," Farah cengengesan sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal.
"Eh, Qil, dari tadi kamu diam saja. Gimana pendapatmu tentang poligami?"
Aqila yang duduk di kursi kayu menoleh. Buku yang sedari tadi menemani waktu luangnya ia tutup setelah meletakkan seutas pembatas buku. Ia menoleh dan tersenyum pada Emma yang bertanya padanya.
"Eh, iya dari tadi kamu adem ayem aja." Aini menambahi. Setelah itu, ia kembali fokus pada cangkang kuaci rasa green tea yang dikudapnya.
"Kalian mau aku di pihak yang mana? Pendukung atau penolak?" Aqila mengedarkan pandangannya.
"Terserah deh," sahut Nella dengan wajah penasaran.
"Setahuku poligami itu mubah. Boleh. Titik. Yang siap silahkan. Yang tak siap tak perlu membully. Adilkan?"
Senyum Aqila mengembang. Ia paling antipati dengan debat kusir. Ia berharap jawabannya akan menutup percakapan malam ini dan ia bisa kembali konsentrasi menikmati buku yang ia baca. Nyatanya, bukannya keempat teman kosnya lekas diam, mereka saling berseloroh menanyakan keberpihakan mereka pada syariat poligami ini. Aini, Farah, Nella berada di pihak yang kontra. Emma menjadi pihak yang pro.
Saling melempar alasan untuk menguatkan pendapat masing-masing pun tak terelakkan. Pihak kontra menyatakan keberatannya karena wanita pasti punya rasa cemburu dan ingin menjadi satu-satunya di hati suami. Apalagi ditambah saat ini banyak laki-laki yang poligami, tapi menyakiti hati istrinya.
Pihak yang pro menyatakan poligami solusi dari perzinaan. Daripada selingkuh, mending menikah lebih dari satu istri. Apalagi Islam membolehkan, artinya tak ada alasan bagi wanita untuk menolak jika suaminya ingin poligami. Asalkan suaminya taat aturan Islam terkait poligami ini, beres.
Aqila berada di wilayah tengah. Ia hanya tersenyum, kadang tertawa menyaksikan perseteruan teman-temannya. Ia memutuskan berdiri dan masuk kamarnya. Jemari lentiknya mengambil buku bersampul putih.
"Sepertinya tak ada gunanya kalian berdebat. Ayo kita cari tahu bahasan itu di terjemahan kitab ini saja!"
"Apa yang menarik?" Emma mendekat diikuti ketiga gadis yang saling bertukar pikiran. Mereka membaca sampul buku yang bertuliskan "Sistem Pergaulan dalam Islam" karya Syekh Taqiyuddin An-Nabhani.
"Kita sama-sama tahu dan sepakat jika poligami hukumnya mubah, ya?"
Keempat teman Aqila mengangguk.
"Nah, di balik kemubahan itu, poligami jadi solusi atas beberapa perkara. Ini lihat!"
Aqila menunjuk lima poin pembahasan.
"Pertama, ditemukan tabiat yang tidak biasa pada sebagian pria, yakni ia tak bisa puas hanya dengan satu istri. Bisa saja hasratnya yang kuat ditumpahkan pada satu istrinya, namun bisa berdampak buruk. Nah, poligami ini solusi bagi jenis laki-laki seperti ini agar ia tak jatuh pada kubangan zina."
"Amit-amit dah, semoga suamiku nanti nggak seperti itu," ucap Farah bergidik yang sontak membuat teman-temannya tertawa.
"Udah-udah, lanjut, Qil!" Emma mendesak Aqila.
"Ada kalanya wanita itu mandul. Padahal, keduanya saling mencintai. Namun, garis keturunan harus terus berlanjut dan kasian kan jika istri yang mandul ini dicerai? Maka, poligami ini jadi solusi."
"Ngeri juga ya kalau sampai kita terkategori mandul. Semoga tidak, Ya Allah," sahut Farah sambil menengadahkan tangan serius berdoa.
"Trus?" Ucap Nella.
"Kadang kala, ada seorang istri yang sakit dan tidak bisa melayani suami serta anak-anaknya. Padahal, si istri memiliki nilai istimewa di hadapan suami. Zalim juga kan kalau suami menceraikan si istri, maka poligami juga bisa jadi solusi."
"Keempat, saat terjadi peperangan banyak laki-laki yang meninggal dan jumlah perempuan jauh lebih banyak ketimbang kaum Adam ini. So, kasian banget dong ya wanita-wanita ini jika tidak kebagian suami, maka poligami jadi solusi."
"Heeeemmm, gitu ya?" Tanya Farah.
"Iya. Satu lagi, ya! Acapkali ditemukan di suatu wilayah tertentu terjadi ketidakseimbangan angka kelahiran. Wanita jauh lebih banyak dibandingkan pria. So, poligami jadi solusi agar para wanita terlindungi dan zina tidak merebak."
"Wah, pas gitu ya dengan kondisi kita saat ini. Kaum wanita lebih banyak dari pria," wajah Emma berbinar.
"Mungkin kita nggak laku gegara ini kali, ya? Kitanya sudah siap nikah, eh laki-laki yang siap nikah cuman dikit." Nella mencoba menyimpulkan.
"Kita? Kamu aja kali!" Ujar Farah sambil tergelak. Ia berada di jajaran orang yang tak mau menikah sambil kuliah, berat.
"Wah, sepertinya kita kudu nyari laki-laki yang mau memoligami kita, deh. Biar kita bisa terus bersama."
Emma merangkul Aqila di lengan kanan dan Farah di lengan kiri sambil tersenyum centil. Sontak keduanya terbelalak lalu tergelak.
Batu, 5 Maret 2022[]
Photo : Pinterest
ceritanya seru.. menjelaskan poligami dengan penyampaian cerita..