Jelas dalam sistem Islam tidak akan lahir manusia-manusia bak serigala lapar yang memangsa sesamanya seperti yang digambarkan Hobbes. Sebaliknya sistem Islam akan memberi rahmat untuk seluruh alam, baik muslim maupun kafir, termasuk juga hewan dan tumbuhan. Maka, kejahatan pembunuhan tidak akan mudah dilakukan rakyat dalam sistem Islam.
Oleh. Dyah Rini
(Aktivis Muslimah Jawa Timur)
NarasiPost.Com-Manusia adalah makhluk yang secara fitrah tidak bisa hidup sendiri di dunia. Manusia senantiasa berhubungan dengan makhluk lain dalam rangka melangsungkan kehidupannya. Manusia hidup menjadi anggota dalam suatu masyarakat, bahkan menjadi rakyat dalam suatu negara. Maka, jelas konsekuensinya harus taat pada aturan yang diberlakukan.
Dalam kehidupan masyarakat yang diatur dengan sistem kapitalisme, rentan terjadi banyak kerusakan, perselisihan, dan penindasan. Karena ideologi ini dibangun dengan landasan sekuler, yakni memisahkan agama dari kehidupan. Agama dianggap hanya untuk mengatur urusan pribadi manusia dengan Tuhannya saja, sementara untuk urusan manusia dengan manusia yang lain bebas diatur oleh hukum buatan manusia sendiri. Wajar jika produk hukumnya penuh cacat dan ambigu.
Meminjam istilah dari seorang filsuf Inggris, Thomas Hobbes, dalam bukunya De Cive, bahwa manusia adalah homo homini lupus yakni "manusia adalah serigala bagi sesamanya". Istilah ini tidak salah memang jika dikaitkan dengan fakta kondisi manusia dalam sistem saat ini, yakni kapitalisme. Ideologi ini melahirkan manusia yang gampang tersulut emosi. Hanya karena persoalan sepele, bisa menjadi masalah besar. Mereka berbuat tanpa menjadikan hukum syarak sebagai acuan. Seolah keberadaan akal yang membedakannya dengan binatang sudah hilang.
Sebagaimana yang dialami oleh remaja 17 tahun, Luthfi Erlangga Hafidz (LEH). Dilansir dari Tribunnews.com (Minggu, 6/2/2022) LEH menjadi korban keroyokan 6 pemuda yang menyebabkan nyawanya melayang. Peristiwa diawali saat pukul 01.00 WIB, LEH keluar rumah dengan mengendarai motor hendak mencari kucingnya yang hilang. Pada saat itu ia berpapasan dengan enam pemuda tersangka. Kemudian terjadi adu mulut, LEH tidak terima dituduh maling. Anehnya enam pemuda tersebut lalu mengeluarkan senjata tajam dan berhasil melukai kepala LEH. Dengan banjir darah LEH berusaha kabur dengan motornya. Nahas! walau sudah berusaha menyelamatkan diri, akhirnya LEH ambruk dengan motornya. Lebih tragis lagi, Enam pemuda tersebut masih beringas memukuli korban hingga akhirnya korban meninggal dunia.
Tak jauh berbeda nasib yang dialami kakek berusia 89 tahun, pada bulan lalu, tepatnya pada Minggu (23 /1/2022), kakek Wiyanto Halim menjadi korban keberingasan massa hingga menemui ajalnya. Berawal dari mobil yang dikendarai korban menyenggol tersangka berinisial R. Merasa sakit hati karena tidak mau berhenti, maka tersangka memprovokasi pengendara lain dengan meneriaki maling untuk turut menghentikan mobil dan mengeroyok sang kakek. Apalah daya seorang yang sudah renta menghadapi amuk 13 massa yang bertubi-tubi memukuli. Miris! Akhirnya nyawa sang kakek tidak tertolong lagi. (Kompas.Com)
Aksi main hakim sendiri rupanya telah menjadi tren. Budaya tabayyun sebelum melakukan tindakan penghakiman telah hilang di masyarakat. Manusia layaknya hidup dalam rimba, dimana yang kuat itulah yang menang. Keamanan menjadi sesuatu yang sangat mahal.
Di negara induknya kapitalis, AS, kondisi masyarakatnya lebih parah lagi. Diwartakan dari Okezone.com, saat ini jasa pembunuh bayaran bisa diakses dengan mudah secara online. Bahkan keterlibatan perempuan dalam kriminal nyata terjadi. Bukan hanya ada dalam cerita film detektif ala Hollywood. Bukti bobroknya masyarakat dalam sistem sekuler- kapitalis. Hak asasi manusia
(HAM) yang merupakan pilar pengokoh ideologi ini, yakni kebebasan beragama, kebebasan pribadi, kebebasan berpendapat, dan kebebasan kepemilikan sesungguhnya telah menjadi bumerang dari kehancuran ideologi ini sendiri.
Terkait kebebasan berperilaku, siapa pun bebas mengekspresikan perbuatannya selama tidak bertabrakan dengan hak asasi orang lain. Dari sini tampak adanya kerancuan. Apalagi ketika dikaitkan dengan kebebasan kepemilikan. Contohnya, hak kepemilikan senjata. Dalam banyak kasus, terjadi penyalahgunaan senjata. Sementara negara tidak mampu mengendalikan kepemilikan senjata karena terbentur kebebasan hak milik yang sangat dijunjung tinggi oleh ideologi ini. Tidak heran jika manusia- manusia serigala lahir dari rahim Ideologi yang tidak manusiawi ini.
Di bidang ekonomi pun lahir manusia yang nenindas manusia lain. Antara majikan dengan pembantunya. Antara pengusaha dengan buruhnya. Antara pengusaha besar terhadap usaha kelontongan, dan sebagainya. Begitu pula di bidang politik, dalam sistem demokrasi misalnya, tidak ada kawan/lawan yang abadi, karena yang ada sesungguhnya adalah kepentingan yang abadi. Wajar untuk bisa meraih kekuasaan, manusia rela melakukan berbagai cara hingga harus menghilangkan nyawa lawan politiknya sekalipun.
Perlindungan Negara Islam terhadap Nyawa Rakyat
Tidak perlu diragukan bahwa hanya sistem Islam yang mampu mengatur seluruh urusan manusia dengan sangat rapi dan manusiawi. Negara dalam hal ini daulah Khilafah adalah institusi yang wajib menerapkan hukum berdasarkan kitabullah dan sunah Rasulullah. Negara melakukan penjagaa akidah, akal, jiwa, harta, dan kehormatan kaum muslim. Negara tidak akan membiarkan individu ada dalam kemerosotan moral layaknya binatang. Peradilan juga akan menjatuhkan sanksi yang tegas kepada siapa saja yang mengusik keamanan harta, jiwa, akal, & kehormatan. Pembunuhan tanpa sebab yang dibenarkan syariat akan dijatuhkan hukum qisas. Ini menunjukkan betapa Islam menghargai nilai sebuah nyawa. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan dengan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak." (HR. Nasa'i)
Begitu pula firman Allah dalam Al Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 178 yang artinya, "Wahai orang yang beriman ! Diwajibkan atas kamu melaksanaknan qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh…"
Surat Al-Maidah ayat 32 yang artinya, "…Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di bumi. Maka, seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya…"
Jelas dalam sistem Islam tidak akan lahir manusia-manusia bak serigala lapar yang memangsa sesamanya seperti yang digambarkan Hobbes. Sebaliknya sistem Islam akan memberi rahmat untuk seluruh alam, baik muslim maupun kafir, termasuk juga hewan dan tumbuhan. Maka, kejahatan pembunuhan tidak akan mudah dilakukan rakyat dalam sistem Islam. Mereka akan berpikir dua kali sebelum melakukannya. Rasa aman, tenang akan dirasakan rakyat dan homo homini lupus hanya akan ada dalam teori filsafat Hobbes saja. Tidakkah umat merindukan dan menginginkan tegak kembali sistem yang manusiawi tersebut hadir di bumi?
Wallahu'alam