"Dalam ideologi kapitalisme tidak memberi ruang pada akal untuk berjalan pada fitrahnya. Justru memberi kesempatan untuk memuaskan nafsu dengan menjunjung tinggi kenikmatan jasadiyah. Sebagai contoh, berkaitan dengan pemenuhan naluri melestarikan jenis (gharizah nau'), akan di fasilitasi dengan masif. Sebagaimana momen di bulan Februari. Sudah jamak diketahui perayaan Valentine's day menjadi rutinitas tahunan."
Oleh. Dyah Rini
(Aktivis Muslimah Jawa Timur)
NarasiPost.Com-Allah Swt. menciptakan akal dan nafsu dalam diri manusia. Akal berfungsi untuk berpikir dan memahami sesuatu sehingga perbuatan manusia sesuai dengan risalah yang diajarkan Rasulullah saw. Sedangkan nafsu mengarah pada ajakan setan yang menyelisihi ajaran Nabi. Karena itu, Allah Swt. memberikan kedudukan manusia melebihi malaikat jika bisa mengendalikan hawa nafsunya. Karena malaikat tidak memiliki nafsu. Maka wajar makhluk ciptaan Allah ini senantiasa tunduk dan patuh terhadap semua perintah Allah Swt.
Namun, dalam ideologi kapitalisme tidak memberi ruang pada akal untuk berjalan pada fitrahnya. Justru memberi kesempatan untuk memuaskan nafsu dengan menjunjung tinggi kenikmatan jasadiyah. Sebagai contoh, berkaitan dengan pemenuhan naluri melestarikan jenis (gharizah nau'), akan di fasilitasi dengan masif. Sebagaimana momen di bulan Februari. Sudah jamak diketahui perayaan Valentine's day menjadi rutinitas tahunan. Tak terkecuali bagi kaum muslim, baik laki-laki maupun wanita, anak muda maupun orang tua.
Promosi tentang apa-apa yang terkait dengan perayaan V-Days seperti; cokelat, rangkaian bunga, pernak pernik berbentuk hati dan sebagainya, memang sangat masif digencarkan. Hingga tanpa disadari kaum muslim terseret untuk melakukan perbuatan tasyabuh (menyerupai suatu kaum), perbuatan yang dengan tegas dilarang oleh Rasulullah sw. Sebagaimana sabda beliau, "Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka Ia bagian dari mereka." (HR. Muslim)
Sebagian besar kaum muslim tidak memahami kalau V-Day adalah perayaan yang tidak ada tuntunannya dalam Islam. Mereka kadung termakan dengan jargon hari kasih sayang. Seolah hal itu memang tidak bertentangan dengan Islam, karena dalam Islam berkasih sayang dengan sesama sangat dianjurkan. Namun, ternyata jika ditelisik, perayaan V-Day berasal dari kebudayaan Pagan Romawi yang sangat memuja kenikmatan badaniyah (sex). Dahulu dikenal dengan perayaan memuja Lupercalia (Dewa Kesuburan) dan Dewi Juno (Dewi Pernikahan&kesuburan). Karena inti perayaan adalah perayaan kesuburan, maka aktivitas seksual menjadi menu/hidangannya.
Dalam versi yang lain, sejarah Valentine's Day konon untuk mengenang pendeta Santo (St) Valentine yang dihukum pancung oleh Kaisar Claudius ll karena menikahkan tentara Romawi dengan gadis pujaannya. Padahal ada larangan keras dari Kaisar Claudius ll bagi para tentara Romawi untuk menikah. Karena mereka disiapkan untuk berperang membawa nama harum negara.
Terlepas dari dua versi tersebut, yang jelas perayaan Valentine's Day tidak layak diikuti kaum muslim. Karena faktanya apa yang dikatakan hari kasih sayang, sejatinya adalah perzinaan yang dilegalkan. Pada momen tersebut anak-anak muda biasanya menjadikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan, pemberian hadiah cokelat/bunga, membuat ritual romantis yang berlanjut pada aktivitas seksual. Naudzubillah!
Islam Mengatur Pemenuhan Naluri Seksual
Sebagai sebuah ideologi yang sempurna, Islam telah mengatur bagaimana manusia menyalurkan hasrat seksualnya. Islam tidak mengekangnya, pun tidak mengumbarnya. Dorongan seksual adalah salah satu penampakan dari naluri melestarikan jenis (gharizah nau') yang merupakan fitrah dari penciptaan manusia. Penampakan yang lain adalah rasa kasih sayang terhadap istri, suami, anak, cucu dan sebagainya. Dalam Islam, gharizah nau' secara multak hanya bisa dipenuhi lewat ikatan pernikahan saja. Pemenuhan di luar itu adalah aktivitas zina yang akan dikenakan sanksi had, yakni hukuman yang sudah ditentukan kadarnya oleh syarak. Bagi mereka yang sudah menikah (mukhsan) dikenakan sanksi rajam. Sedangkan bagi mereka yang belum menikah (ghairu mukhsan) dikenakan hukuman jilid/cambuk 100 kali dan diasingkan.
Selain itu, sistem pergaulan antara laki-laki dan perempuan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada celah bagi rakyat untuk bermaksiat. Seperti pemisahan laki-laki dan wanita dalam kehidupan umum (infishal), kewajiban menundukkan pandangan bagi laki-laki maupun wanita, menutup aurat secara sempurna bagi bagi wanita, dan sebagainya. Jelas negara tidak akan memberi kesempatan dan tidak memfasilitasi perzinaan. Berbeda dengan ideologi kapitalisme dengan akidah sekulernya (memisahkan agama dari kehidupan) justru menyuburkan pemuja syahwat. Selain tidak adanya hukuman yang tegas dan membekas (aspek jera), negara turut memfasilitasi lewat para konglomerat yang melirik ladang bisnis yang keuntungannya fantastis, yakni komoditas cokelat, perusahaan jasa perhotelan , kafe, tempat hiburan dan sebagainya. Maka, sudah saatnya mengubur ideologi fasad tersebut dalam- dalam, dan bersiap menyongsong kembalinya ideologi Islam yang akan mengatur semua urusan manusia sesuai dengan fitrahnya, memuaskan akal, dan memberi ketenangan jiwa.
Wallahu 'alam[]