"Tentunya, anak yang banyak bukanlah anak yang tidak terurus dengan baik, bukan anak-anak yang terlantar setelah ia dilahirkan, juga bukan anak-anak yang tidak terdidik imannya dan akhlaknya. Melainkan, anak-anak yang tumbuh dan berkembang di tangan-tangan hebat seorang pengasuh yaitu ibu yang mendidiknya dengan fondasi keimanan kepada Allah Swt."
Oleh. Ahsani Annajma
NarasiPost.Com-Di tengah gempuran program keluarga berencana, rasanya menjadi momok yang mengerikan apabila memiliki anak lebih dari dua. Mereka berpandangan sebelah mata ketika melihat ibu-ibu yang menuntun kanan kiri bocah-bocah imut nan menggemaskan itu. Rasanya kok repot banget ya, padahal yang merasakan sebenarnya bukan orang yang menilai, justru yang harusnya merasakan repot dan mengeluh, ya sang ibu yang mengurusnya sendiri.
Saya sering mendengar perkataan orang-orang yang agak julid, "Ih, emang nggak repot anak banyak? Nanti mau dikasih makan apa anaknya? Keurus nggak tuh? Sekolahnya gimana, kan mahal?". Mungkin ini merupakan secuil lontaran perkataan yang terekam dalam memori otak saya, masih banyak lagi perkataan julid yang dituju kepada ibu-ibu yang memiliki anak banyak. Apalagi di tengah pandemi, kesulitan hidup merata di mana-mana, menghambat siapa saja dan menimpa siapa saja, baik orang kaya maupun orang miskin, tanpa pandang bulu. Tawaran program KB rasanya menjadi angin segar untuk mengakhiri "penderitaan" ibu-ibu beranak banyak. Bayangkan, jika seorang ibu tidak memakai KB , setiap tahun tentu selalu hadir makhluk kecil baru. Jika ibunya subur, paling banter jarak 2 tahun sudah melahirkan lagi. Belum selesai menyapih anak pertama, anak kedua pun sudah lahir dan seterusnya begitu, tak jarang harus berebut ASI. Masyaallah.
Tidak sedikit ibu-ibu yang khawatir dan berpikir dua kali untuk punya anak banyak. Apalagi kalau sudah pernah merasakan masa-masa kehamilan yang luar biasa sakitnya, menunggu waktu demi waktu untuk bersalin, dan kenikmatan ketika bersalin apalagi harus bertaruh nyawa. Tak berhenti sampai disitu, setelah melahirkan seorang ibu akan terjaga di malam hari, menyusui dan menenangkan sang anak yang rewel. Pola hidup bergadang akan menjadi pola hidup baru seorang ibu. Apalagi baru-baru ini banyak ditemukan sindrom baby blues, yaitu kondisi ketidaksiapan menjadi ibu baru. Wah rasanya kompleks sekali masalahnya. Baby blues syndrome ialah perubahan suasana batin pasca melahirkan yang dapat membuat ibu merasa over/berlebihan, misalnya terharu, cemas, hingga mudah tersinggung. Sindrom blues atau disebut juga sebagai postpartum blues umumnya dialami oleh sekitar 80 persen atau 4-5 ibu baru.
Apa tanda-tandanya? Biasanya kondisi ini membuat sang ibu mudah marah, tidak sabaran, khawatir dengan masalah menyusui, hingga overthinking dengan kesehatan bayi. Padahal, mungkin saja kondisi bayi sebenarnya baik-baik saja atau tidak mengalami masalah kesehatan apa pun. Bahkan lebih serius lagi, tak jarang si ibu merasa lelah tapi sulit tidur dan terus menangis tanpa ada alasan yang jelas. Rasanya, zaman dahulu tidak ada ya sindrom aneh seperti ini? Baru di zaman milenial saja sindrom ini dikenal luas.
Tidak dapat dimungkiri, sindrom baby blues ini juga menyita pikiran ibu-ibu milenial. Sudahlah ketakutan punya anak banyak, ditambah hadirnya sindrom ini menjadi image yang akan mengancam jiwanya. Lengkap sudah. Para psikolog modern juga banyak yang menjauhkan soal jiwa dalam studi-studi mereka. Bagi mereka, fenomena-fenomena kejiwaan adalah sesuatu yang tidak dapat diobservasi. Mereka juga membatasi studi-studi hanya pada perilaku yang dapat diobservasi dan dibandingkan.
Mereka berdalih bahwasanya psikolog modern itu mempelajari perilaku, bukan mempelajari jiwa. Padahal, jika dilihat dari aspek keagamaan dan spiritual, cinta dan kasih sayang, bukanlah hanya sekadar melulu soal seksualitas, termasuk kejiwaan tentang memiliki anak, menjadi seorang ibu, seyogianya perlu ada pengkajian yang mendalam dari sudut pandang Islami.
Bicara tentang sudut pandang Islam terkait dengan menjadi seorang ibu dan kesiapan seluruhnya, tentunya ibu-ibu sudah sangat familier dengan sabda Rasulullah saw. berikut ini kan?
"Nikahilah wanita yang memiliki banyak kasih sayang dan dapat memiliki anak banyak, karena sesungguhnya aku (Muhammad) akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu di hadapan umat-umat terdahulu" (HR Abu Daud, Nasa'i, Ibn Hibban dan Hakim dari jalan Ma'qil bin Yasar)
Kebanggaan Rasulullah saw. tercinta bukanlah sembarang kebanggaan, Rasulullah saw. di yaumil akhir akan membanggakan umat Islam dengan banyaknya keturunan. Dikarenakan mereka adalah generasi yang saleh dan salihah. Seorang wanita yang hebat, akan mampu mengambil keputusan untuk memiliki banyak anak, hadis ini akan menjadi motivasi rohaniah yang kuat untuk mewujudkan kabar gembira dari Rasulullah ini. Tentunya, anak yang banyak bukanlah anak yang tidak terurus dengan baik, bukan anak-anak yang terlantar setelah ia dilahirkan, juga bukan anak-anak yang tidak terdidik imannya dan akhlaknya. Melainkan, anak-anak yang tumbuh dan berkembang di tangan-tangan hebat seorang pengasuh yaitu ibu yang mendidiknya dengan fondasi keimanan kepada Allah Swt.[]