"Kondisi umat muslim saat ini bagaikan buih di lautan. Jumlahnya sangat banyak, namun terombang-ambing oleh ombak di lautan. Tanpa arah dan tanpa pijakan. Laksana hidup tanpa ada pelindung yang keberadaannya mudah dihancurkan oleh musuh-musuh Islam. Dengan sekat nasionalisme buah penerapan ideologi kapitalisme telah berhasil memecah-belah umat muslim di berbagai belahan dunia."
Oleh. drh. Lailatus Sa'diyah
NarasiPost.Com-"Ketika menjadi mayoritas, mereka dipaksa bersikap luwes atas nama toleransi. Namun, ketika mereka hanya bagian dari minoritas, kesewenang-wenangan terus menghantui. Ironi kehidupan umat muslim saat ini".
Ramai beredar video seorang mahasiswi, Muskaan Khan, dengan lantang dan berani mengecam perbuatan segerombol pemuda Hindu Nasionalis yang mendiskriminasi penggunaan hijab di kampusnya. Satu lagi kondisi yang mempertontonkan penindasan atas minoritas umat muslim yang ingin menjalankaan ajaran agamanya. Sempat terbesit dalam pikiran, di manakah perlindungan atas nama HAM yang begitu dielu-elukan dan dijunjung tinggi para pengusungnya? Katanya setiap orang bebas beragama, nyatanya? Biarlah ini menjadi bukti bagi orang-orang yang berpikir bahwa sejatinya HAM adalah konsep batil yang telah gagal menjamin kemuliaan manusia, temasuk untuk menjalankan ajaran agamanya.
Sudah menjadi rahasia umum, ketika yang terdiskriminasi adalah nonmuslim, HAM diangkat sebagai penyelamat, namun ketika yang terdiskriminasi adalah umat muslim, mereka seakan tak giat bersikap. Inilah salah satu alasan mengapa umat muslim seringkali cenderung takut menampakan keislamannya ketika menjadi kaum minoritas.
Muslim Minoritas Selalu Tertindas
Banyak beredar berita di sosial media, baik berupa tulisan ataupun video yang memperlihatkan bagaimana kondisi umat muslim minoritas di berbagai belahan dunia. Terdiskriminasi, teraniaya, tertindas, kelaparan bahkan ada yang menjadi korban kejahatan genosida. Kehidupan yang sangat memilukan.
Lebih dari satu juta muslim Uighur di Xinjiang, Cina, dipaksa melepas keislamannya karena dianggap teroris. Pemerintah Myanmar melakukan genosida untuk memusnahkan populasi muslim Rohingya dan ratusan ribu lainnya harus lari menyelamatkan diri ke perbatasan Bangladesh. Belum lagi kondisi umat muslim Paslestina, harus menghadapi kebiadaban penjajah Israel, dirampas hak-haknya serta diusir dari tanahnya sendiri. Kini, giliran pemerintah India mulai menampakkan arogansinya. Seperangkat aturan mereka buat untuk mengebiri aktivitas minoritas umat muslim dalam menjalankan ajaran agama Islam. Inilah beberapa gambaran kondisi muslim minoritas di berbagai belahan dunia, begitu memprihatinkan.
Kondisi ini tidak lantas menutup mata negeri-negeri muslim lainnya. Berbagai kecaman mereka lakukan, bantuan logistik, bantuan secara hukum pun mereka upayakan. Lembaga serta organisasi internasional mereka gandeng untuk membahas penyelesaian dari berbagai masalah umat muslim. Namun faktanya, apa yang telah diupayakan tidak lantas mampu menyelesaikan berbagai masalah yang ada. Hal ini tidak lain karena negeri-negeri muslim terhalang oleh sekat-sekat nasionalisme. Langkah mereka terbatas, mau tidak mau bantuan apa pun yang negeri muslim hendak berikan harus tunduk pada peraturan internasional. Peraturan yang sejatinya sangat melemahkan umat muslim dan sengaja diciptakan oleh Barat agar umat muslim senantiasa terpuruk dan jauh dari kebangkitan.
Kondisi ini sangat jauh berbeda ketika umat muslim hidup di bawah naungan pemerintahan Islam. Perwujudan umat terbaik bukan hanya mimpi. Bahkan tidak hanya hak-hak umat muslim yang dijamin oleh daulah Islam, hak-hak nonmuslim pun yang hidup di bawah daulah Islam akan diperhatikan.
Umat Islam Butuh Perisai
Kondisi umat muslim saat ini bagaikan buih di lautan. Jumlahnya sangat banyak, namun terombang-ambing oleh ombak di lautan. Tanpa arah dan tanpa pijakan. Laksana hidup tanpa ada pelindung yang keberadaannya mudah dihancurkan oleh musuh-musuh Islam. Dengan sekat nasionalisme buah penerapan ideologi kapitalisme telah berhasil memecah-belah umat muslim di berbagai belahan dunia. Padahal, umat muslim di seluruh dunia layaknya satu tubuh. Derita umat muslim pada satu negeri adalah penderitaan bagi umat muslim lainnya. Layaknya jika tangan kiri terluka, maka tangan kananlah yang akan mengobati. Hal ini hanya bisa terjadi jika tangan kanan dan tangan kiri dikendalikan oleh satu pikiran. Namun, sayangnya kondisi ini tidak akan pernah terwujud tanpa adanya khalifah sebagai satu kepemimpinan umat di bawah naungan khilafah islamiah.
Sudah 101 tahun umat muslim hidup tanpa adanya penerapan sistem Islam. Momen Rajab ini selayaknya menjadi pengingat kita semua bahwasanya 101 tahun lalu Khilafah islamiah telah dihancurkan oleh para pengusung kapitalisme melalui tangan laknatullah Mustofa Kamal Attaturk. Inilah duka mendalam umat muslim atas hilangnya perisai umat yang notabene keberadaanya adalah suatu kewajiban. Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah, beliau bersabda : "Sungguh Imam (Khalifah) itu (laksana) perisai; orang akan berperang di belakang dia (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaa)nya." (Hadis riwayat al-Bukhari, Muslim, an-Nasa'i, Abu Daud dan Ahmad)
Sejarah penerapan Islam telah membuktikan perlindungan hak atas setiap individu, begitu juga kepada seorang muslimah. Pada zaman Rasullulah, ada seorang muslimah sedang berbelanja di Pasar Yahudi yang pakaiannya disingkap oleh pemuda Yahudi Bani Qainiqo. Melihat kejadian tersebut, salah satu pedagang muslim datang dan membelanya. Namun, pedagang muslim tersebut dikeroyok dan dibunuh oleh segerombolan Yahudi Bani Qainiqo.
Mendengar berita tersebut, Rasulullah murka. Beliau mengirim pasukan untuk menghukum Yahudi Bani Qainuqo. Umat muslim mengepung benteng Yahudi Bani Qainuqo selama 15 hari 15 malam dan akhirnya mereka diusir dari Madinah. Begitulah ketegasan pemimpin Islam dalam menjaga martabat umat muslim yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Khatimah
Allah Ta'ala berfiman dalam Surat Ali Imran ayat 110 : "Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. "
Sesungguhnya kondisi umat muslim sebagai umat terbaik hanya bisa terwujud di bawah naungan penerapan sistem Islam, bukan di bawah penerapan sistem kapitalisme seperti sekarang ini. Sebagai muslimah, kita harus memiliki keyakinan yang kuat bahwa sistem kapitalisme sudah di ambang kehancuran dan Allah akan menolong orang-orang yang senantiasa berjuang menegakkan kebenaran untuk meraih rida-Nya. Maka dari itu, jangan pernah lelah untuk terus berdakwah menyampaikan ajaran Islam di tengah-tengah umat. Karena sejatinya sebagai seorang muslim apa yang kita lakukan akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah Ta'ala.[]
Photo : unsplash