"Memilih berani menghadapi ancaman dan tantangan yang ada di jalan Allah dengan segala konsekuensinya akan menjadikan kita lebih kuat dari sebelumnya. Keberanian kita hanyalah karena dan demi Allah semata."
Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Seorang gadis India menjadi viral setelah videonya yang memekikkan “Allahu Akbar” beredar di dunia maya. Dalam video tersebut, gadis pemberani itu tengah berjalan sambil diteriaki oleh segerombolan pria bersyal warna safron. Meski sendirian, gadis berhijab serba hitam itu tampak tak gentar. Ia mengepalkan satu tangannya ke langit dan bertakbir. Gadis itu adalah Muskan Khan yang kini menjadi simbol perlawanan atas pelarangan hijab di India.
Dalam sebuah wawancara, Muskan mengatakan bahwa saat itu ia hendak mengumpulkan tugas kuliah di kampus dan segerombolan pria mencegahnya. Mereka merundung Muskan yang berhijab dengan meneriakkan penghinaan dan slogan ‘Jai Shri Ram’ (Salam Tuhan Rama) kepadanya. Muskan tak surut langkah dan membalas aksi para pemuda itu dengan pekikan takbir berkali-kali. Muskan mengatakan bahwa ketika itu ia takut sehingga bertakbir karena dengannya ia mendapatkan kekuatan.
Luar biasa! Di tengah derasnya arus kebencian terhadap Islam, ternyata seorang gadis muda tetap teguh menunjukkan identitasnya sebagai muslimah. Hijab dan takbir adalah bagian dari syariat Islam. Keduanya diperlihatkan oleh gadis muda itu dengan berani.
Ia tak takut dengan cercaan para pemuda perundung. Ia perjuangkan haknya sebagai muslimah. Ia serukan takbir yang memberinya kekuatan. Ia menolak tunduk pada mereka yang membenci.
Dari peristiwa ini sangat bisa kita ambil pelajarannya. Banyak sekali yang bisa kita jadikan perenungan. Tentang hijab yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam diri seorang muslimah. Ia menjadi kewajiban dan identitas yang harus dijaga seumur hidup kita sebagai muslimah.
Muskan Khan menjadi cerminan kondisi sulit kaum muslimah di bawah rezim yang sekuler dan terjangkit Islamofobia akut. Mereka tak leluasa memakai hijabnya, dihalang-halangi, diancam hingga dihabisi. Mereka dianggap rendah hingga layak diperlakukan dengan kehinaan. Mereka menjadi objek kebencian manusia pemuja kesyirikan.
Di sisi lain, kebebasan yang digaungkan para pengemban sekularisme liberalisme nyatanya tak berlaku untuk Islam. Mereka katakan bahwa setiap orang punya kebebasan, namun mereka pula yang melarang muslimah untuk memakai hijabnya. Mereka yang berapi-api menyerukan bahwa kebebasan individu harus dibela, namun di saat yang sama mereka pula yang merobek kehormatan kaum muslimah yang teguh pada agamanya. Mereka menghormati pandangan dan orientasi pribadi yang menyimpang, namun terhadap muslimah yang ingin menerapkan Islam secara hakiki mereka justru merundung penuh caci tiada henti.
Dari gadis muda itu kita juga belajar bahwa kekuatan sebenarnya adalah dari Allah. Tiada satu pun yang bisa menandingi kekuatan dari-Nya. Hanya kepada-Nya kita meminta segalanya. Tiada kekuatan yang kita miliki melainkan dari Allah ta’ala.
Manusia boleh saja jemawa atas kekuasaan yang dimilikinya, namun Allah adalah pemilik kekuasaan sesungguhnya. Kekuasaan yang ada di tangan manusia bisa dicabut dengan mudah oleh-Nya kapan saja. Ia tak ada artinya tanpa Dia yang menjadikannya ada.
Bila kita lemah, mintalah kekuatan dari-Nya. Bukan lari atau tunduk pada ancaman dunia. Sebab dunia yang kita takutkan bukanlah apa-apa. Ia adalah fana dan sementara. Ia akan musnah bila tiba masanya. Untuk apa kita takutkan sesuatu yang pada akhirnya juga mati, sedangkan ketakutan yang sebenarnya ada di akhirat nanti?
Maka, letakkan ketakutan itu karena kita tak mampu menjalankan perintah-Nya dengan baik. Yang menakutkan sesungguhnya adalah bila kita mati dalam keadaan meninggalkan syariat-Nya. Bersandarlah selalu pada-Nya dalam setiap situasi. Berdoalah agar Dia memberikan kekuatan di atas segala ketakutan yang mendera.
Bila saat ini masih enggan berhijrah karena takut ini dan itu, maka ingatlah bahwa mati tak menunggu kita menjadi baik. Bila kita berkukuh ingin menjilbabi hati dahulu, maka yakinkah kita masih sempat menutup aurat secara sempurna nantinya? Bagaimana bila kita ternyata tak kunjung sampai ke sana? Bagaimana bila kita justru makin jauh dan ajal datang menjemput tiba-tiba?
Kita tahu bahwa mati adalah akhir bagi setiap yang bernyawa. Surga dan neraka adalah dua tujuan akhir yang saling bertolak belakang. Ketaatan yang sepenuh hati mengantarkan pada surga yang abadi. Sedangkan, neraka menjadi tempat kembali manusia yang bergelimang dosa tanpa sempat bertaubat.
Jalan kebaikan akan selalu mendapat tentangan dan tantangan dari mereka yang menikmati keburukan. Surga diraih dengan pengorbanan dan perjuangan. Dibutuhkan keberanian tanpa memberi ruang bagi duniawi untuk membayangi. Letakkan dunia jauh dari genggaman agar ia tak memberatkan.
Ketakutan kehilangan pekerjaan, teman, gelar, popularitas dan apa pun itu yang berhubungan dengan dunia adalah tipu daya. Segala kekhawatiran yang menyerbu atau pun yang datang dalam diam. Bisikan setan yang melemahkan iman hamba agar tersungkur dalam fatamorgana dunia.
Memilih berani menghadapi ancaman dan tantangan yang ada di jalan Allah dengan segala konsekuensinya akan menjadikan kita lebih kuat dari sebelumnya. Keberanian kita hanyalah karena dan demi Allah semata.
Beranilah dan singkirkan segala ketakutan yang sesungguhnya kecil di hadapan-Nya. Jangan biarkan ketakutan itu menghempaskan kesempatan kita untuk meraih rida-Nya.
Pelaut ulung tidak terlahir dari ombak yang tenang. Muslimah hebat lahir dari beratnya medan perjuangan. Dalam lindungan Allah, keselamatan akan selalu menyertai kita. Muslimah, beranilah!
Wallahu a’lam bish-shawwab.[]