Polemik Lembaga Riset Indonesia, Ada Apa?

"Wajar pemerintah sering melakukan impor, karena negara tidak mandiri. Bahkan dalam bidang Riset pun tunduk pada asing. Maka, tak heran jika lembaga penelitian yang selangkah lagi memproduksi vaksin dalam negeri, malah ditunda-tunda, bahkan demi penghematan, lembaga yang menanganinya dilebur menjadi satu. Hal itu justru memudahkan asing mengintervensi."

Oleh. Erdiya Indrarini
(Pemerhati kemasyarakatan)

NarasiPost.Com-Pemerintah telah melakukan peleburan Tim Waspada COVID-19 (WASCOVE) dari Lembaga Eijkman ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kebijakan pemerintah ini mengundang polemik di tengah masyarakat, mengapa ?

Kegiatan deteksi COVID-19 di Pusat Riset Biologi dan Molekuler (PRBM) Eijkman, diambilalih oleh Kedeputian Infrastruktur Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Hal ini diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2021 tentang Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menyatakan bahwa seluruh lembaga penelitian harus diintegrasikan ke dalam BRIN.

Mengenai hal ini, Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman, Wien Kusharyoto, mengatakan ada 113 pegawai honorer yang tidak diperpanjang atau diberhentikan kontraknya. Tujuh puluh satu orang dari mereka adalah staf peneliti. Mereka boleh bergabung dengan BRIN, namun melalui mekanisme, di antaranya, harus menyelesaikan pendidikan S3 lalu mendaftar sebagai ASN. (Tempo.co, 02/01/2022)

Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman adalah lembaga riset Indonesia yang paling lengkap. Dua tahun terakhir, Lembaga Eijkman tengah melakukan riset penting sehubungan dengan pandemi Covid-19, yaitu vaksin merah putih. Dengan dileburkan ke dalam BRIN, berbagai kalangan mengawatirkan akan mangkraknya riset vaksin dalam negeri ini.

Lembaga Riset Dibubarkan

BRIN ditetapkan pemerintah melalui Perpres No. 33 tahun 2021. Sebuah lembaga yang beraktivitas dalam pengembangan, pengkajian, penelitian, penerapan, juga invensi dan inovasi. Sehubungan dengan hal ini, pemerintah acapkali membuat kebijakan yang mengundang kontroversi, seperti pengambilalihan Kebun Raya Bogor oleh swasta. Padahal, fungsi utama Kebun Raya adalah sebagai konservasi dan penelitian.

Dengan dikendalikan swasta, masyarakat tentu tak lagi leluasa menikmatinya. Apalagi dengan dibukanya wisata malam, maka berisiko rusaknya keberlangsungan ekosistem. Juga akan berdampak sosial, yaitu berubahnya pasar malam menjadi ajang maksiat. Selain Eijkman, ada beberapa lembaga penelitian yang dibubarkan atau dilebur dengan BRIN. Seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

Tak dimungkiri, Indonesia mempunyai banyak problematika di bidang pangan, obat, kesehatan, dan sebagainya. Juga di bidang Saintek maupun riset. Problem yang mendasar adalah ketergantungannya terhadap impor dan asing. Akibatnya, riset-riset yang dilakukan cenderung lamban. Bahkan mangkrak tidak selesai. Hal ini karena riset-riset tersebut pun berada dalam kendali swasta/asing.

Apresiasi Tenaga Ahli

Indonesia memiliki banyak peneliti. Mereka merupakan aset negara yang harus diapresiasi. Dengan diberhentikannya para peneliti dari Eijkman, menjadi bukti bahwa negara tidak ada perhatian terhadap riset maupun peneliti. Padahal untuk mencetak mereka, tentu membutuhkan waktu dan dana yang sangat besar. Pembubaran lembaga sekelas Eijkman merupakan bahaya dan kerugian yang besar bagi negara. Juga sebuah malapetaka bagi ilmuan Indonesia dibidang biologi molekuler maupun virologi. Peluang mereka untuk bangkit dan berpikir lebih hebat, pasti terganggu karena tidak diapresiasi dan tersalurkan. Bahkan justru akan dimanfaatkan oleh dunia industri yang dikendalikan oleh para korporat asing, yang orientasinya hanya keuntungan materi pribadi.

Senjata Biologi

Dalam lembaga Eijkman banyak tersimpan virus-virus penting, yang bahkan tidak dimiliki negara lain. Virus merupakan kekayaan yang sangat berharga bagi sebuah negara. Jika dahulu penjajah memakai rudal dan meriam, namun sekarang virus menjadi senjata yang paling diandalkan. Dengan memiliki virus dan riset yang independen, sebuah negara akan berwibawa dan disegani. Karena, dengan virus sebuah negara bisa membuat vaksin, bahkan senjata biologi yang efisien dan sangat mematikan manusia.

Wajar, jika di zaman sekarang, negeri kolonial giat mengembangkan ilmu biologi molekuler. Karena bidang ini mampu membuat senjata biologi. Terlebih saat perang pemikiran pun sudah mereka kuasai dengan kapitalisme sekulernya. Senjata biologi akan mudah diaplikasikan tanpa kita sadari, seperti melalui vaksinasi masal. Sebuah bangsa dilemahkan, bahkan dimatikan manusianya, tanpa merusak kekayaan sumber daya alam yang akan mereka rampas dengan mudah.

Di negara lain, virus diteliti kemudian dikembangkan menjadi vaksin atau dijadikan sebagai senjata biologi. Bahkan, negara Barat dan Cina sudah sangat maju dalam senjata biologi. Dengan banyaknya virolog, harusnya Indonesia mampu membuat vaksin sendiri. Bahkan dengan variasi virus yang dimiliki, Indonesia juga mampu membuat senjata biologi yang lebih kuat. Syaratnya hanya satu, yaitu jangan bekerja sama atau berhubungan dengan asing dalam hal ini.

Ramalan Bill Gate

Dilansir dari antaranews.com tanggal 16 April 2020, pada 2015 lalu Pendiri Microsoft, Bill Gates, di acara TED Talk, pernah memprediksi akan terjadi pandemi yang dahsyat, sehingga dunia membutuhkan vaksin. Kemudian tahun 2020 benar terjadi, yakni pandemi virus Corona (COVID-19). "Jika ada yang membunuh lebih dari 10 juta orang dalam beberapa dekade mendatang, kemungkinan besar itu adalah virus yang sangat menular bukan perang, bukan rudal melainkan mikroba," katanya saat itu.

Ucapan-ucapan Bill Gate, seringkali menjadi kenyataan di kemudian hari. Padahal kalau kita cermati siapa Bill Gate, bukanlah paranormal, juga bukan manusia super yang tahu keadaan di masa depan. Dia pun bukanlah ahli. Kita hanya tahu, Bill Gate adalah orang yang super kaya. Dengan kekayaannya itu, maka timbul pertanyaan, apakah Bill Gate menjadi bagian dari perencanaan pandemi? Apalagi dunia kini tunduk pada ideologi kapitalisme. Dengan ideologi ini, dunia dikendalikan para pemilik kapital.

Dengan berbagai risiko ini, harusnya Indonesia tidak hanya fokus pada pertahanan alutsista saja. Namun, harus memberi perhatian lebih pada lembaga penelitian khususnya bidang biologi molekuler dan virologi. Tidak bisa kita bayangkan, jika vaksin saja masih impor dan tergantung pada asing, maka apa jadinya jika tiba-tiba diserang menggunakan senjata biologi?

Pentingnya Kemandirian Bangsa

Masalah yang pelik bagi Indonesia adalah ketergantungan yang luar biasa pada asing, baik dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sebagainya. Industri yang ada pun berbasis asing, milik asing, dan dikendalikan oleh asing. Sementara, riset sudah dilakukan di negara mereka. Indonesia hanya sebagai pabrik, agar mudah memasarkannya. Dengan kata lain, Indonesia kaya sumber daya alam, namun tak mampu memilikinya. Tersedia banyak tenaga ahli, tapi tidak bermanfaat bagi umat. Indonesia masih dalam kendali penjajah.

Wajar pemerintah sering melakukan impor, karena negara tidak mandiri. Bahkan dalam bidang Riset pun tunduk pada asing. Maka, tak heran jika lembaga penelitian yang selangkah lagi memproduksi vaksin dalam negeri, malah ditunda-tunda, bahkan demi penghematan, lembaga yang menanganinya dilebur menjadi satu. Hal itu justru memudahkan asing mengintervensi.

Lembaga Riset dalam Sistem Islam

Dalam sistem Islam, berbagai riset yang ada diupayakan dalam rangka menjalankan fungsi negara, yaitu melayani urusan masyarakat, bukan melayani korporat maupun melayani kebutuhan pasar. Lembaga riset juga tidak digabung menjadi satu naungan seperti BRIN. Karena tidak mungkin satu lembaga bisa mengendalikan banyak bidang. Maka, harus dipisah sesuai fungsi dan tujuan masing-masing.

Setidaknya, ada lima institusi yang harus menjalankan riset. Pertama, institusi teknik. Yang termasuk dalam institusi ini di antaranya yang berhubungan dengan pertanian, pengolahan hasil pangan, peternakan, dan sebagainya.

Kedua adalah institusi layanan sipil. Institusi ini tidak ada lembaga risetnya. Karena tugasnya adalah membentuk para ahli untuk mengurusi masyarakat dalam aspek seperti perhitungan dan pemungutan zakat, perbaikan sarana nelayan, pembukuan dan akuntansi untuk perusahaan kecil, dan sebagainya. Ketiga, Institusi Pendidikan atau universitas. Institusi ini harus memiliki lembaga riset. Karena tugasnya adalah mencetak tenaga ahli dalam ilmu tertentu.

Keempat adalah lembaga riset itu sendiri. Inilah lembaga pusat yang dijalankan langsung oleh pemerintah. Lembaga ini membawahi dua bidang besar. Di antaranya bidang tsaqofah. Bidang ini harus memiliki lembaga riset. Namun, Indonesia tidak memiliki, padahal mayoritas rakyatnya muslim. Pemerintah malah mengadopsi tsaqofah Barat. Seperti demokrasi, HAM, liberalisme, sekularisme, pluralisme, feminisme, dan selainnya. Menjadi bukti, bahwa negara memosisikan diri menjadi negara kacung. Tidak mandiri, apalagi memimpin peradaban seperti dalam era kekhalifahan.

Selain bidang tsaqofah, ada juga bidang ilmiah. Bidang ini meneliti untuk membangun strategi jangka panjang. Jadi, dalam membangun negara tidak on the spot, dadakan atau lima tahunan. Tapi harus ada design, rencana jangka panjang dengan landasan yang benar dan sempurna yaitu Islam. Itulah satu-satunya landasan yang komprehensif. Riset bidang ilmiah ini seperti pada pengembangan energi nuklir, luar angkasa, Industri, dan sebagainya.

Yang kelima adalah Akademi dan Pusat Penelitian Militer. Riset dalam militer ini dilakukan untuk mengembangkan berbagai strategi militer. Seperti di Indonesia, Akademi Militer (Akmil) harusnya memiliki lembaga riset. Orientasinya adalah menjaga negara, hingga pada ambang menggentarkan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya.

Jadi, semua riset ada pada bidang masing-masing, tidak digabung seperti pada BRIN. Sehingga, peneliti bisa fokus dalam meriset. Tidak berpikir cabang, meneliti sekaligus memproduksi. Dalam Islam, masih kuliah saja disokong dana yang luas biasa dari negara, apalagi sudah menjadi periset. Terlebih lagi, sebuah proyek yang harus segera ditangani seperti pada saat wabah seperti sekarang. Maka, tak akan ada pemberhentian pegawai hanya karena bukan ASN. Tapi justru akan ditunjang walau biayanya besar. Karena, itu bagian dari esensi bernegara.

Lepas dari Problem

Dari semua masalah itu, bisa disimpulkan bahwa problem utama adalah penjajahan. Maka, tak ada solusi lain kecuali harus segera melepaskan diri dari penjajahan. Satu-satunya cara manusia bebas dari penjajahan adalah dengan mencampakkan ide-ide dari Barat. Lalu menerapkan ideologi Islam. Karena, Islam ideologi yang berasal dari Allah Swt. selaku pencipta alam semesta. Islam juga bertujuan membebaskan manusia, dari penghambaan sesama manusia dan apa pun yang ada di dunia, kecuali hanya kepada Allah saja. Maka, generasi muda khususnya periset harus sadar bahwa penelitiannya akan dipertanggungjawabkan pada Allah, bukan pada industri korporasi. Pun harus punya kepekaan politik yang tinggi. Agar apa yang dilakukan, menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi umat. Bukan malah berdampak merusak dan menjauhkan rahmat.

Untuk itu, generasi muda harus memahami Islam dengan baik. Sehingga, akan menjadi generasi yang luar biasa hebat. Karena dalam Islam, selalu ada solusi dalam setiap permasalahan.

Wallahua'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Erdiya Indrarini Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Tragis Nasib Guru Honorer dalam Sistem Sekuler, Hanya Islam yang Memuliakan
Next
Pelajaran dari Dibinasakannya Kaum Nuh
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram