Akan Datang Suatu Masa

"Manusia berlomba-lomba menumpuk harta benda. Apa pun dilakukan deminya. Suka rela meninggalkan agama. Manusia bergumul dalam aktivitas dan praktik yang menyelisihi titah-Nya. Saling sikut, saling menghabisi sesama. Tak sadar bahwa azab Allah telah membayang di pelupuk mata. Sewaktu-waktu ia akan menimpa."

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Dalam dunia yang serba materialistis seperti ini, uang menjadi sesuatu yang asasi. Ia harus ada supaya bermacam kebutuhan bisa terpenuhi. Tuntutan akan materi begitu tinggi, hingga segala cara menjadi lazim dilakoni.

Imbasnya tentu mendorong manusia melakukan tindakan yang tak terpuji. Mencuri, menipu, korupsi, menyuap, riba, pungli dan berbagai aksi pelanggaran seolah tak pernah berhenti. Hukum pun dengan mudahnya disiasati. Keadilan tak pelak dipecundangi. Rasa kemanusiaan terus menggigit jari. Semua demi segepok materi.

Harta haram bercampur tak jelas dengan yang halal. Mengambil hak orang lain sama sekali tak jadi soal. Ketamakan kian brutal. Syahwat duniawi membuat manusia makin bebal. Hukum Tuhan dijagal. Siksa akhirat dianggap cerita khayal. Baginya, dunia adalah yang kekal.

Kekuasaan angkuh berdiri penuh manipulasi. Janji keadilan dan kesejahteraan hanyalah mimpi. Yang ada hanyalah impitan kehidupan yang kian tak berperi. Harga-harga yang terus membubung tinggi, pajak yang mengisap darah rakyat sendiri, kesetaraan hukum yang terus dicurangi, dan segala kebijakan yang menyengsarakan seluruh anak negeri.

Kita alami sendiri bagaimana kehidupan dijerat oleh kepentingan materi di segala sisi. Ruh kapitalis pekat memenuhi. Dari atas hingga bawah telah teracuni. Mengubah wajah manusia layaknya hewani. Kejahatan tak lagi malu sembunyi-sembunyi. Kemaksiatan terus unjuk gigi.

Inilah buah penerapan sistem yang tak manusiawi. Aturan dunia menafikan ukhrawi. Di bawah kuasa imperium keji menggelontorkan dana untuk mempertahankan eksistensi. Dengan licik memperdayai hati nurani. Merayu jiwa-jiwa yang kering imani untuk berkolusi. Memerangkap manusia-manusia dalam istana materi gemerlapan ilusi. Menjadikan mereka budak-budak hina tirani oligarki.

Sistem yang menepikan aturan Ilahi memang menyuburkan bermacam kejahatan di muka bumi. Aturan yang memisahkan kehidupan dari agama menjadikan manusia kian hilang kendali. Tabrak sana, tabrak sini. Halal dan haram tak lagi peduli. Hati layu hingga mati. Materi telah menjadi penguasa sejati. Baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyampaikan terkait kondisi ini dalam hadis bahwa: “Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah dari cara yang halal atau dengan cara yang haram.” (HR. Bukhari)

Sang Nabi telah mengabarkannya. Dan itu benar adanya bahwa harta telah bertahta di hati manusia. Seiring putaran waktu, terkikislah akidah hamba. Perlahan tapi pasti, tanggallah iman di dada. Akhlak entah ada di mana.

Kini, kita hidup di masa ini. Manusia diperbudak harta. Lebih takut miskin daripada takut dosa. Kelaparan di dunia lebih mengkhawatirkan ketimbang siksa neraka. Padahal, hidup tak selamanya. Tujuan akhir pasti hanya ada dua, surga atau neraka. Bila sibuk di dunia dengan harta dan lalai pada perintah-Nya, mungkinkah surga baginya? Amat patut menjadi renungan kita semua sebuah hadis Rasulullah berikut: “Tidak akan bergeser dari tapak kaki manusia di hari kiamat nanti, sehingga mereka akan ditanya (salah satunya) dari hartanya dari mana ia memperolehnya dan ke mana ia membelanjakannya.” (HR. Thabrani)

Manusia berlomba-lomba menumpuk harta benda. Apa pun dilakukan deminya. Suka rela meninggalkan agama. Manusia bergumul dalam aktivitas dan praktik yang menyelisihi titah-Nya. Saling sikut, saling menghabisi sesama. Tak sadar bahwa azab Allah telah membayang di pelupuk mata. Sewaktu-waktu ia akan menimpa. Haram yang diraihnya menjadi jalan murka-Nya. Merajalelanya kemaksiatan telah menghalalkan azab bagi seluruh umat manusia, sebagaimana hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa: “Apabila telah marak perzinaan dan praktik ribawi di suatu negeri, maka sungguh mereka telah menghalalkan diri mereka untuk diazab oleh Allah.” (HR. Al-Hakim)

Wallahu a’lam bish-shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
TKW-ku Sayang, TKW-ku Malang
Next
Iparmu, Musuh dalam Selimut
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram