Mencintaimu Karena Allah

"Cinta yang sejatinya tumbuh dari lubuk hati yang suci menjadi hitam legam karena pikiran kotor dan pemahaman yang salah tentang konsep kehidupan. Kenikmatan sesaat yang sifatnya materi, baik berupa harta dan dorongan nafsu syahwat menjadikan cinta sebatas gharizatun nau atau naluri syahwat. Padahal, cinta harusnya atas dasar keimanan dan kecemburan kesalehan amal terhadap orang yang dicintainya. Cinta harusnya bisa membangkitkan gharizah ad diin, berupa semangat beribadah dan melakukan ketaatan pada seruan Allah Swt."

Oleh. Maman El Hakiem

NarasiPost.Com-Mencintai seseorang karena Allah, maksudnya mencintanya karena keimanan dan ketaatannya kepada Allah Swt. Adanya sebab ketaatan inilah yang menjadikan rasa cinta itu ada, cinta yang dihadirkan karena perasaan atas dasar keimanan. Mencintai orang beriman yang senantiasa taat kepada syariat-Nya sangat besar pahalanya. Dalam Kitab Min Muqawimat Nafsiyah Islamiyah, dijelaskan berdasarkan hadis dari Abu Hurairah yang dikeluarkan Muslim, Rasulullah saw berkata: “Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian salimg mencintai karena Allah.“ Ini merupakan penunjukan atau dalalah yang menunjukan besarnya pahala saling mencintai karena Allah.

Di hadis lain, Anas bin Malik dalam riwayat Ahmad menceritakan ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah saw. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, ada seseorang yang mencintai orang lain, tapi dia tidak mampu beramal seperti amalnya.” Maka, Rasulullah saw bersabda: المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَب “Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya.”

Para sahabat sangat bahagia jika mampu melakukan amal seperti yang dilakukan kekasihnya, yakni Rasulullah saw. Seandainya tidak mampu, maka membersamainya sudah menjadi anugerah terindah atas ungkapan rasa cintanya.
Cinta itu harus diungkapkan, meskipun tidak selalu melalui kata-kata. Di zaman sekarang, cinta sering ternoda karena didasari bukan atas nilai keimanan, bahkan diungkapkan dengan perbuatan dosa. Cinta yang sejatinya tumbuh dari lubuk hati yang suci menjadi hitam legam karena pikiran kotor dan pemahaman yang salah tentang konsep kehidupan. Kenikmatan sesaat yang sifatnya materi, baik berupa harta dan dorongan nafsu syahwat menjadikan cinta sebatas gharizatun nau atau naluri syahwat. Padahal, cinta harusnya atas dasar keimanan dan kecemburan kesalehan amal terhadap orang yang dicintainya. Cinta harusnya bisa membangkitkan ghariza ad diin, berupa semangat beribadah dan melakukan ketaatan pada seruan Allah Swt.

Valentine's Day Bukan Ungkapan Cinta

Salah satu bentuk perayaan cinta yang salah arah, bahkan mengotori akidah adalah momen Valentine's Day. Dianggap sebagai hari kasih sayang, padahal penuh dengan perbuatan dosa, seperti perzinaan, minuman keras dan kemaksaiatan lainnya. Jika membaca sejarahnya, Valentine's Day adalah budaya paganisme, yaitu perayaan Lupercalia, untuk memuja Lupercus sang dewa kesuburan Romawi, juga sebagai persembahan pada Dewi Juno (Hera) yang dianggap sebagai dewi pernikahan dan kesuburan.

Oleh kalangan gereja, perayaan tersebut diadopsi dengan mengaitkannya pada cerita St. Valentinus yang mati demi cinta. Dengan demikian, Valentine's Day tidak lebih persolan pemenuhan syahwat yang dalam sistem kapitalisme diungkapkan tidak lebih sekadar hubungan badan atau jima'. Makna kasih sayang yang tulus karena adanya nilai ruhaniyah atas keagungan Allah pada makhluk-Nya, tidak menjadi dasar penilaian dalam sistem kapitalisme. Segala persoalan manusia dilihat dari sudut pandang manfaat dan nilai guna benda semata.

Tidak mengherankan di Inggris tiap tanggal 14 Februari diperingati sebagai “The National Impotence Day”. Di Amerika Serikat dengan nama “National Condom Week” karena mereka tahu persis bahwa Valentine's Day sama dengan “Sex Day”. Hubungan pergaulan bebas karena nafsu birahi semata.

Sangat berbeda dengan syariat Islam, jika diterapkan dalam kehidupan. Setiap permasalahan umat, baik menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar hidup (hajatul udhawiyah), maupun naluri yang dipicu dari rangsangan interaksi sosial di masyarakat akan dipahamkan berdasarkan sudut pandang akidah yang memunculkan aturan hidup. Standar perbuatan manusia akan ditimbang berdasarkan halal dan haram, sementara nilai kebahagian yang hakiki, tidak lain karena diperolehnya rida Allah Swt.

Ungkapan Cinta yang Seharusnya

Inilah akar permasalahan cinta yang tidak ditemukan dalam sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Perasaan cinta yang seharusnya suci dan terjaga, malah diekspresikan sebatas menuruti naluri dan nafsu jinsiyah atau hubungan dengan lawan jenis, antara laki-laki dan perempuan. Syariat Islam telah memberikan solusinya, yaitu melalui pintu pernikahan. Namun, dalam sistem sekuler kebebasan dalam berbuat atas dasar suka sama suka telah menjadikan perbuatan zina sebagai ungkapan cinta. Padahal mencintai seseorang telah ada tuntunannya, yaitu menghadirkan rasa cinta itu sejalan dengan aturan hukum Allah Swt.

Ungkapan mencintaimu karena Allah, bisa diwujudkan dengan beberapa cara, selain dengan mengatakannya secara jujur karena cinta bukan untuk dipendam. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi, “Jika seseorang mencintai saudaranya karena Allah, maka kabarkanlah bahwa ia mencintainya.”

Ungkapan cinta bisa dengan saling mendoakan agar tetap dalam ketaatan, terhindar dari kemaksiatan, “Doanya seorang muslim yang tidak bersamanya pasti dikabulkan. Di dekat kepalanya ada malaikat yang menjaganya. Setiap kali ia berdoa meminta kebaikan untuk saudaranya, malikat itu berkata “Amiin”. Dan engkau akan mendapatkan yang serupa.” (HR Ahmad)

Termasuk perkara yang disunahkan pula adalah menziarahi atau berkunjung pada seorang yang dicintainya, menjalin kekerabatan dan saling memberikan hadiah. Seperti dikutip dari kitab Al-Muwatha, dalam sebuah hadis qudsi dari Muadz bin Jabal, Rasulullah saw mengatakan, bahwa Allah Swt berfirman: “Kecintaanku pasti diperoleh oleh orang yang saling mencintai karena-Ku, saling berkumpul karena-Ku, saling mengunjungi karena-Ku dan saling memberi karena-Ku.”

Wallahu’alam bish Shawwab.[]


Photo : Unsplash

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Maman El Hakiem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Empat Hal yang Membahagiakan
Next
Rajab Kelabu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram