Pandemi Tetap Awet dengan Penanganan ala Kapitalisme

"Begitulah wajah penanganan ala kapitalis sekuler. Bebas mengambil kebijakan semaunya, kebijakannya selalu melihat dari sisi untung dan rugi. Jika itu menguntungkan akan diambil dan jika merugikan akan dilepas tanpa memedulikan nasib rakyat, tidak penting kebijakan yang diambil akan merugikan ataupun menzalimi orang lain."

Oleh. Julfaningsih, S.PdI

NarasiPost.Com-Juru Bicara Nasional Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengingatkan agar masyarakat menunda perjalanan ke luar negeri untuk mencegah penularan Covid-19 varian Omicron. "Salah satu peran kunci masyarakat dalam mencegah meluasnya penularan Covid-19 adalah dengan menunda perjalanan ke luar negeri yang tidak mendesak," kata Wiku dalam konferensi pers daring di Jakarta, Kamis, 20 Januari 2022. Kalaupun terpaksa ke luar negeri, wajib menjalani karantina terpusat saat kembali ke Indonesia. (Tempo.co)
 
Pandemi Covid-19 Masih Menghantui Negeri

Tak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 di dunia dan khususnya di Indonesia sampai saat ini belum juga berakhir. Berbagai varian baru terus bermunculan akibat dari keganasan virus ini, dan sekarang yang sedang merebak adalah Covid-19 varian Omicron. Pada saat ini, Omicron sudah menjadi ancaman baru bagi kelangsungan hidup manusia karena lebih cepat menular meskipun dalam gejala yang ringan. Dan jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka bukan tidak mungkin virus ini akan banyak memakan korban jiwa.

Di Indonesia sendiri untuk jumlah kasus Omicron kian hari kian bertambah sejak pertama kali diidentifikasi pada 15 Desember 2021 lalu. Berdasarkan data per 6 Februari 2022 yang baru diunggah melalui situs resmi pada Selasa (8/2), kasus Omicron di Indonesia sudah mencapai 3.779 kasus, meningkat sebanyak 618 kasus dibandingkan laporan data pada Jumat (2/2). Kasus Omicron di Indonesia juga sudah menjadi transmisi lokal dan menyebar di 18 provinsi. (CNN Indonesia)

Akibat dari bertambahnya kasus Omicron di negeri ini, warga yang berada di sekitar Jakarta sekarang sudah mulai merasakan kesulitan mencari rumah sakit untuk melakukan perawatan. Karena tingkat keterisian bed di rumah sakit sudah mencapai 45 persen. Dan bukan tidak mungkin lonjakan kasus Omicron akan terus terjadi mengingat kegiatan masyarakat belum dibatasi secara total dan PTM pun masih berlanjut di berbagai wilayah.

Strategi Penanganan Wabah ala Kapitalis

Sejalan dengan itu, untuk mengatasi dan menghadapi lonjakan kasus Omicron, pemerintah telah melakukan upaya pencegahan dengan strategi kebijakan pengetatan karantina, terus menggencarkan vaksinasi dan mengimbau kepada masyarakat agar tidak bepergian dulu ke luar negeri kecuali dalam keadaan yang mendesak, misalnya perjalanan untuk berobat. Selain itu, pemerintah juga sudah menyiagakan 1.011 rumah sakit dan 82.168 tempat tidur serta jutaan stok obat-obatan untuk pasien Covid-19 dalam waktu tiga bulan ke depan.

Namun, apa pun kebijakan yang diambil oleh pemerintah saat ini sejatinya tidak akan memberikan dampak yang signifikan selama kebijakan tersebut selalu diukur dari nilai untung rugi. Pun dari awal kemunculan Covid-19, kebijakannya selalu mengalami tambal sulam, berputar pada kebijakan itu-itu saja. Tidak mampu membuahkan hasil yang optimal dan tuntas dalam memberantas penyebaran Covid di negeri ini.

Bisa kita lihat dalam mengatasi lonjakan penularan kasus Omicron, pemerintah melakukan karantina bagi warga yang pulang dari negara lain, tetapi apa yang terjadi, proses karantina pun sekarang sudah tidak efektif karena bisa disuap dan dijadikan lahan bisnis. Seperti yang kita lihat faktanya di masyarakat bahwa beberapa bulan yang lalu terdapat kasus penyuapan yang melibatkan Selebgram Rachel Vennya. Di mana ia telah menyuap pihak Satgas untuk membantu meloloskannya dari karantina kesehatan seusai pulang dari luar negeri. Dan untuk kamar karantina pun sekarang telah dilirik untuk dijadikan lahan bisnis. Bagi pelaku karantina mandiri, tarif kamar hotel dibandrol dengan harga yang bervariasi berdasarkan lama masa karantina dan klasifikasi hotel.

Selain dari beberapa kebijakan di atas, pemerintah juga hanya mengimbau agar masyarakat tidak melakukan perjalanan ke luar negeri. Padahal jika benar-benar ingin mengatasi penyebaran virus, harusnya pemerintah juga menutup total jalan masuk bagi warga asing. Karena sangat memungkinkan penularan Omicron juga akan disumbangkan oleh warga dari luar Indonesia. Namun semua itu akan mustahil dilakukan selama sistem kapitalis masih diemban. Begitulah wajah penanganan ala kapitalis sekuler. Bebas mengambil kebijakan semaunya, kebijakannya selalu melihat dari sisi untung dan rugi. Jika itu menguntungkan akan diambil dan jika merugikan akan dilepas tanpa memedulikan nasib rakyat, tidak penting kebijakan yang diambil akan merugikan ataupun menzalimi orang lain.

Penanganan Wabah ala Islam

Berbeda dengan kebijakan dalam sistem Islam, yang mana Islam sangat peduli terhadap nasib rakyat. Bagi seorang pemimpin, rakyat adalah sebagai sarana untuk mengevaluasi diri. Bila ada rakyatnya yang kesusahan, maka yang patut disalahkan adalah dirinya sendiri, pemimpin yang baik tidak akan mencari ‘kambing hitam’, bahkan ia pulalah yang harus bertanggung jawab dalam memecahkan setiap problem umat. Karena tugas dari seorang pemimpin adalah melayani umat agar hidup aman, damai, dan sejahtera.

Sudah kita ketahui bersama bahwa wabah virus juga sudah pernah terjadi di masa daulah Islam. Dan pada masa itu dalam rangka menekan laju penularan wabah Tha’un kebijakan yang diambil adalah menutup jalan ke luar dan masuk ke negeri itu bagi siapa pun. Masyarakat melakukan karantina wilayah total dengan segala kebutuhan hidup ditanggung oleh negara secara gratis. Oleh karena kebijakan tersebut, maka dengan cepat wabah Tha’un bisa teratasi.

Dari kebijakan-kebijakan yang diambil khalifah tidak ada rakyat yang dirugikan ataupun yang terzalimi. Tidak seperti kebijakan yang diambil oleh negara kapitalis sekarang, sangat jauh dari kata keadilan. Banyak rakyat yang selalu dirugikan dalam setiap kebijakan yang diambil, rakyat dibiarkan hidup sendiri meratapi nasib di tengah kerasnya hidup dan ancaman kematian akibat virus yang terus mengganas. Oleh karenanya, sangat penting bagi setiap muslim untuk senantiasa berjuang mengembalikan kejayaan Islam. Karena hanya dengan solusi Islamlah semua masalah bisa terselesaikan secara sempurna.[]


Photo : Unsplash

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Julfaningsih, S.PdI Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Mispersepsi Cinta Hakiki
Next
Yang Perlu Kamu Tahu tentang Lambungmu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram