"Dalam kitab Latha'iful Ma'arif karangan Ibnu Rajab, seorang ulama bernama Abu Bakar Al-Warraq Al-Balkhi berkata: "Bulan Rajab adalah masa menanam. Sedangkan Syakban adalah masa menyiram tanaman. Adapun Ramadan adalah waktu menuai hasil panen."
Oleh. Dian Afianti Ilyas
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Allah Swt. memberikan modal waktu yang sama pada setiap hamba-Nya yaitu 24 jam. Dengan modal waktu tersebut, aktivitas seorang mukmin di dunia haruslah diisi dengan amal-amal saleh guna menggapai cita-cita tertinggi yaitu menjadi penghuni surga.
Namun, tidak sedikit di antara manusia yang justru lalai dalam menggunakan waktunya. Kesibukan mengejar dunia sering kali menjadi alasan utama untuk tidak memaksimalkan diri dalam beribadah. Memang benar, peradaban kapitalisme hari ini meniscayakan munculnya manusia berwatak materialis. Sibuk mengejar dunia yang sejatinya akan ditinggalkan, sehingga ibadah yang sifatnya wajib hanya dilaksanakan sekenanya, ibadah sunah malah diabaikan, upaya mempersembahkan amal terbaik pun luput dilakukan, dan hal tersebut menimpa sebagian besar umat Islam.
Dari sekian amal saleh yang pernah kita kerjakan selama hidup, kita tidak tahu amalan mana yang diterima oleh Allah Swt.. Jangan sampai kita menganggap sudah banyak beramal, padahal hanya menjadi amalan yang tertolak. Sangat disayangkan jika kita tidak cerdas dalam memanfaatkan waktu yang Allah berikan, padahal hidup di dunia ini hanya sebentar, tempat mengumpulkan bekal untuk dibawa ke akhirat. Tidak ada jaminan hidup akan berlangsung lama, sebab ajal bisa kapan saja datang menyapa.
Namun, tahukah Anda bahwa Allah menurunkan rahmat-Nya pada waktu tertentu yang mana keinginan manusia dapat dikabulkan? Waktu di mana Allah Swt. menurunkan rahmat-Nya yang mampu melampaui logika manusia, yang memiliki keutamaan berupa dilipatgandakannya pahala serta dapat menggugurkan dosa-dosa yang pernah dilakukan.
Satu di antara waktu yang bisa menggugurkan dosa bahkan bisa merubah manusia menjadi pribadi yang lebih baik yang dimaksud adalah bulan Rajab, bulan untuk menanam amal. Bulan Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram (suci), bulan yang wajib untuk dimuliakan oleh kaum muslimin.
Saking utamanya bulan Rajab, Allah Swt. sampai menurunkan ayat untuk menyandingkannya dengan keutamaan bulan-bulan haram lainnya, di mana Nabi saw. menyeru untuk meningkatkan ibadah di bulan ini dan langsung dipraktikkan oleh beliau saw.
Allah Swt. berfirman:
ان عدةالشهور عندالله اثناعشر شهرا في كتب الله يوم حلق السموت والارض منهآ اربعةحرم ۗ ذلك الدين القيم ەۙ فلا تظلموا فيهن انفسكم وقاتلوا المشركين كآفة كما يقاتلونكم كآفة ۗ واعلموا ان الله مع المتقين
"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (QS At-Taubah[9]: 36).
Rasulullah saw. kemudian menjelaskan maksud empat bulan suci tersebut, beliau saw. bersabda: "Sesungguhnya waktu itu telah diputar sebagaimana keadaannya ketika Allah Swt. menciptakan langit dan bumi. Tahun itu ada dua belas bulan, di antaranya terdapat empat bulan haram (suci). Tiga berurutan, yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab bulan Mudharr yang terdapat di antara Jumadil dan Syakban." (HR. Muslim).
Dalam ayat di atas, Allah Swt. juga dengan tegas melarang hamba-Nya untuk berbuat zalim terhadap dirinya sendiri di bulan haram. Zalim terhadap diri sendiri adalah tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Allah hingga menyebabkan ia tersesat. Penegasan tersebut menunjukkan bahwa larangan tersebut terkategori dosa besar. Jadi, bukan hanya pahala saja yang akan dilipatgandakan, namun berlaku juga untuk dosa.
Begitu mulianya bulan Rajab hingga ia pun digelari sebagai "pintu pembuka" untuk bulan-bulan setelahnya yang bertabur kebaikan, yaitu Syakban, Ramadan, Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah. Para ulama pun sampai mengatakan bahwa jika umur tidak sampai pada bulan Ramadan, setidaknya masih bisa berjumpa dengan bulan Rajab.
Dalam kitab Latha'iful Ma'arif karangan Ibnu Rajab, seorang ulama bernama Abu Bakar Al-Warraq Al-Balkhi berkata: "Bulan Rajab adalah masa menanam. Sedangkan Syakban adalah masa menyiram tanaman. Adapun Ramadan adalah waktu menuai hasil panen."
Perumpamaan yang begitu indah jika kita mau menyelisiknya. Abu Bakar Al-Warraq Al-Balkhi menganalogikan bulan Rajab sebagai langkah awal dalam aktivitas pertanian. Hal tersebut bermakna bahwa bulan Rajab adalah waktu yang tepat bagi umat muslim untuk mulai membiasakan kebaikan, yaitu dengan memperbanyak amal saleh seperti salat sunah, tilawah Al-Qur'an, bersedekah, puasa sunah, dan lainnya.
Jika kebiasaan tersebut konsisten dilakukan, maka ketika memasuki bulan Syakban sudah tidak kesulitan untuk merawat kebiasaan menjalankan amal saleh, bahkan diri kita akan semakin gencar berburu pahala sebab sudah terlatih di bulan Rajab.
Ketika Ramadan tiba, diri kita akan terasa lebih ringan dalam melakukan berbagai amal saleh. Itulah mengapa bulan Ramadan dianalogikan sebagai waktu untuk memanen, maksudnya adalah memetik hasil dari kebiasaan baik yang telah dibangun sejak bulan Rajab.
Maka dari itu, jika kita menginginkan kesuksesan dalam menjalani Ramadan tahun ini, maka peganglah kunci "pintu pembuka" yaitu bulan Rajab. Mulailah mempersiapkannya, tak perlu menunggu masuk bulan Ramadan baru mengambil ancang-ancang.
Saat ini kita sudah berada di bulan tersebut, maka bergegaslah untuk meraih pahala yang Allah janjikan. Jangan sia-siakan kesempatan emas yang ada. Inilah waktu yang tepat bagi kita untuk menggugurkan dosa-dosa di masa silam. Gunakanlah waktu terbaik ini dengan semaksimal mungkin, jangan sampai terlewatkan begitu saja hanya demi mengejar "recehan dunia." Semoga Allah memberikan umur pada kita semua untuk berjumpa dengan bulan Ramadan.
Wallahu a'lam bis showab[]