Ramadan Kita Ramadan Istimewa

"Mengharapkan Ramadan yang berkualitas, tentunya memerlukan tips yang jitu agar tidak kendor di tengah jalan. Dalam mempersiapkan diri menuju bulan Ramadan, Rasulullah saw. menjadikan bulan Syakban sebagai bulan untuk melatih diri dengan memperbanyak melakukan amalan sunah."

Oleh. Dian Afianti Ilyas
(Tim Redaksi NarasiPost.com)

NarasIPost.Com-Ramadan sebentar lagi. Dua bulan ke depan kaum muslimin akan menyambut bulan yang mulia ini. Bulan yang di dalamnya bertabur pahala yang berlipat ganda, diluaskannya pengampunan, juga penuh dengan keberkahan. Tak salah jika kaum muslimin begitu merindukan datangnya syahrun mubarak ini. Di bulan mulia inilah Allah Swt. memerintahkan hamba-Nya untuk melaksanakan rukun Islam yang ketiga dan keeempat yaitu zakat fitrah dan berpuasa.

Begitu banyak keistimewaan yang dimiliki bulan Ramadan, maka untuk menjalani bulan ini haruslah dengan persiapan yang matang, agar Ramadan yang kita lalui menjadi Ramadan yang istimewa, bukan Ramadan yang biasa saja atau bahkan terasa hambar nan sia-sia belaka.

Mengharapkan Ramadan yang berkualitas, tentunya memerlukan tips yang jitu agar tidak kendor di tengah jalan. Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam pun mencontohkan demikian. Dalam mempersiapkan diri menuju bulan Ramadan, Rasulullah menjadikan bulan Syakban sebagai bulan untuk melatih diri dengan memperbanyak melakukan amalan sunah. Rasulullah membagi waktu pengerjaan amalan sunah menjadi tiga bagian, yaitu:
Pertama, sunah yang berlaku di siang hari. Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan bahwa Rasulullah memperbanyak puasa sunah di bulan Syakban.

"Rasulullah saw. biasa mengerjakan puasa, sehingga kami berpendapat bahwa beliau tidak pernah tidak berpuasa, dan beliau biasa tidak berpuasa, sehingga kami berpendapat bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Akan tetapi aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa daripada puasa di bulan Syakban." (HR. Bukhari no.1833, HR. Muslim no.1956)

Dengan memperbanyak puasa sunah di bulan Syakban, sejatinya akan lebih memudahkan tubuh kita beradaptasi secara biologis. Berpuasa di bulan Ramadan akan terasa lebih siap dan normal untuk dijalani, sebab sebulan sebelumnya tubuh kita telah terbiasa untuk menahan lapar dan dahaga.

Maksud dari memperbanyak puasa tersebut adalah bersifat relatif. Bagi mereka yang jarang berpuasa, mampu melaksanakan puasa sunah tiga hari saja itu sudah dianggap banyak olehnya. Lain halnya dengan mereka yang sudah terbiasa puasa sunah daud, puasa tiga hari akan tergolong sedikit baginya. Maka, tak ada tolak ukur yang pasti. Ukur kemampuan diri sendiri, tidak perlu menyamakan dengan orang lain.

Latihan puasa di bulan Syakban juga sangat penting untuk diterapkan dalam keluarga. Mulailah untuk mengajak setiap anggota keluarga, baik anak yang masih kecil maupun yang sudah balig, untuk bersama-sama memperbanyak puasa di bulan tersebut. Dengan begitu, kesuksesan menjalani puasa di bulan Ramadan menjadi hal yang mudah untuk diraih bersama.

Kedua, sunah yang berlaku di malam hari. Salah satu amalan sunah yang digalakkan Rasulullah saw. di bulan Syakban adalah menghidupkan malam dengan ibadah.

Malam yang tenang diisi dengan salat qiyamul lail. Secara fikih, qiyamul lail adalah salat yang ditunaikan pada malam hari pasca salat isya yang tidak diawali dengan tidur terlebih dahulu. Jika Anda merasa sulit untuk melaksanakan salat tahajud, maka biasakanlah untuk memperbanyak salat qiyamul lail. Allah Swt. berfirman:

ان نا شئة اليل ھي اشد وطئا واقوم قيلا

"Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa), dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan." (TQS. Al-Muzzammil: 6)

Selain salat qiyamul lail, salat tahajud pun bisa menjadi pilihan ibadah lainnya. Salat ini dilakukan setelah tidur terlebih dahulu. Allah Swt. berfirman:

ومن اليل فتھجد به نافلةلك لَّكَۖ عسى ان يبعثك ربك مقامامحمودا

"Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang tertinggi." (TQS. Al-Isra': 79)

Jika sebelumnya tidak terbiasa menghidupkan malam dengan salat sunah, Al-Qur'an mengisyaratkan kepada kita dalam surah Al-Muzammil ayat 20 untuk tidak perlu langsung mengambil banyak, mulailah dari dua rakaat salat dengan bacaan yang mudah. Jika kebiasaan salat malam ini sudah terlatih dengan baik, maka silahkan untuk memperbanyak jumlah rakaat salatnya. Setelah salat tahajud, biasanya Rasulullah saw. menutupnya dengan salat witir.

"Ibnu Umar radiyallahu 'anhuma berkata, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam biasa melakukan shalat malam dua rakaat salam, dua rakaat salam, lalu witir satu rakaat." (HR. Bukhari no.990, HR. Muslim no.749)

Ketika memasuki pertengahan Syakban, para ulama berlomba-lomba menghidupkan malam dengan ibadah. Siang hari mereka gunakan untuk istirahat, malamnya difokuskan untuk beribadah. Selain salat, memperbanyak interaksi dengan Al-Qur'an juga menjadi amalan yang dikerjakan untuk menghidupkan malamnya.

Bukan hanya itu, doa dan istigfar terlebih menjelang fajar adalah ibadah yang Rasulullah saw. perbanyak di bulan Syakban.

الذين يقولون ربنآ اننآ امنا فاغفر لنا ذنوبنا وقنا عذاب النار

"(Yaitu) orang-orang yang berdoa, Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari azab neraka." (TQS. Ali-Imran: 16)

Perbanyaklah memanjatkan doa agar Allah memberikan kita kesempatan untuk bisa menjalani bulan Ramadan yang penuh berkah dengan mempersembahkan amalan terbaik yang bisa kita lakukan.

Ketiga, sunah yang berlaku di pagi dan malam hari. Amalan sunah yang terkategori dalam waktu tersebut adalah sedekah. Setiap kebaikan yang mampu untuk dikerjakan itulah yang disebut sedekah. Sedekah dibagi menjadi 4 bagian, yaitu harta, tenaga, ide/pikiran, dan senyuman.

Apabila ada harta kita yang sudah jatuh nishab dan mencapai haul bertepatan di bulan Syakban, maka tunaikanlah segera zakatnya, sebab zakat memiliki kebaikan yang begitu luas dan bermanfaat bagi banyak orang.

Jika zakat hanya bisa dilakukan oleh orang tertentu, waktu tertentu, dengan kadar harta tertentu, sedekah harta yang tidak dibatasi seperti demikian adalah infak.

Adapun infak yang bersifat wajib, yaitu infak seorang suami ke istri, juga infak seorang ayah ke anak. Di bulan Syakban ini, tingkatkanlah infak kita. Misalnya dengan membelikan istri mukena baru, atau membelikan baju koko baru untuk ananda tercinta. Sebagai salah satu kesiapan dalam menyambut bulan suci Ramadan.

Jika kita sama sekali tidak memiliki harta yang bisa digunakan untuk bersedekah, berikanlah tenaga yang dimiliki untuk Islam. Misalnya dengan membantu setiap kali diadakan pengajian-pengajian, membantu membersihkan masjid, dan lain-lain.

Jikalau kita sama sekali tidak memiliki harta dan tenaga untuk disedekahkan, kita masih bisa berkontribusi dengan menuangkan ide-ide yang sekiranya dibutuhkan. Misalnya dengan menjadi panitia salah satu kegiatan pengajian. Dari sana, kita bisa memberikan saran untuk mengundang seorang ustad yang dianggap mumpuni, serta mengatur teknis-teknis untuk perhelatan acara tersebut.

Terakhir, jika kita sama sekali tidak mampu secara harta, tenaga, maupun ide/pemikiran, maka bahagiakanlah orang lain dengan senyuman yang hangat. Senyuman yang membahagiakan saudaramu itu tetaplah disebut sebagai sedekah.

Kabar baiknya, semua amal ibadah yang dilakukan di bulan Syakban bukan hanya sekadar dicatat, tapi langsung dibawa naik dan disampaikan kepada Allah Swt. oleh malaikat. Jika kita begitu bangga mendengarkan guru anak kita memuji kecerdasan ananda di sekolah, lantas bagaimana mungkin kita tidak bahagia mendengarkan malaikat memuji kita dihadapan Allah Swt.?

Demikian sunah-sunah yang dilakukan di bulan Syakban yang diajarkan Rasulullah saw. dan dipraktikkan langsung oleh beliau.
Hal ini menjadi begitu penting bagi kaum muslimin terapkan, sebab menjadi penentu bagaimana kualitas Ramadan yang akan dilaluinya.

Jika seseorang tidak menciptakan suasana yang diisyaratkan Al-Qur'an dan hadis, maka kecil kemungkinan baginya untuk mendapatkan keistimewaan yang dimuliakan dan diberikan pada saat bulan Ramadan.

Jika Ramadan di tahun sebelumnya terdapat banyak kelalaian, butuh berapa Ramadan lagi agar kita mau berubah? Jika menyadari diri kita penuh dengan lumuran dosa, mengapa tidak bersegera memburu pahala untuk menghilangkannya? Jika dulunya kita banyak menghabiskan waktu pada hal yang sia-sia, mengapa sisa waktu yang ada tak kita arahkan menuju hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat? Kesempatan masih Allah berikan, maka maksimalkanlah selagi hayat masih dikandung badan.

Wallahu a'lam bis showab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Dian Afianti Ilyas Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menghindari Lubang, Nyawa Melayang
Next
Jalan Paling Aman
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram