Jalan Paling Aman

"Jalan dakwah memang berat dan melelahkan, namun ia jalan yang tepat untuk mendapatkan rida Allah. Sebab dalam jalan dakwah inilah, manusia dituntut untuk selalu menepati apa yang Dia perintahkan dengan tidak sedikit pun menoleh pada hal-hal yang dilarang-Nya."

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Peluh menetes mengenai kelopak mataku. Teriknya mentari membasahi sekujur tubuh. Debu jalanan asyik membelai wajah sayu. Asap kendaraan menusuk indraku sepanjang kaki melangkah. Letih telah menyapa sedari tadi. Inginku berhenti, namun aku takut bila berhenti sekarang justru tak akan bisa kembali.

Lalu lalang orang sibuk dengan urusannya sendiri. Beraneka rupa wajah manusia dalam geliat bentala. Jalanan kota yang padat kontras dengan kehampaan yang menguasai jiwa. Relung yang kering dari sejuknya kalam ilahi. Kemajuan mungkin dinikmati, namun kebahagiaan tak kunjung sejati.

Menelusuri jalan panjang ini mengingatkanku akan perkataan seorang guru, semoga Allah meridainya, yang telah begitu besar kebaikannya padaku. Beliau mengatakan bahwa jalan dakwah memang panjang dan berliku. Meski begitu, ia merupakan jalan yang paling aman untuk menggapai kebahagiaan sejati, yakni rida Allah Swt.. Butuh proses bagiku untuk meresapi dan mengamininya.

Dengan dakwah, kita seolah dipaksa untuk menjadi baik sembari menyeru pada hal-hal baik. Karena dakwah, kita dituntut untuk meluaskan kesabaran dan tak membatasinya. Dalam dakwah, kita seperti tidak punya pilihan selain harus ikhlas dengan apa pun. Demi dakwah, pengorbanan harus siap diberikan. Untuk dakwah, harus bisa melecut diri dan mengembangkan setiap potensi yang dimiliki.

Jika bukan karena dakwah, kita hanya insan biasa yang tersibukkan dengan urusan dunia. Pada akhirnya, dakwah membuat kita menjadi hamba yang memegang teguh tali ketaatan.

Benar adanya. Jalan dakwah memang berat dan melelahkan, namun ia jalan yang tepat untuk mendapatkan rida Allah. Sebab dalam jalan dakwah inilah, manusia dituntut untuk selalu menepati apa yang Dia perintahkan dengan tidak sedikit pun menoleh pada hal-hal yang dilarang-Nya.

Jalan dakwah inilah jalan para nabi yang mulia. Siapa saja yang menapakinya, maka sungguh akan mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat. Menyeru manusia pada kebaikan sebagaimana para utusan Allah dahulu. Melakukan amalan mengikuti teladan manusia pilihan-Nya. Adakah yang lebih mulia dari aktivitas ini? Adakah yang lebih mulia dari jalan para nabi ini? Mari ingat kembali firman Allah dalam surah Al-Fusilat ayat 33: "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”

Para nabi adalah mereka yang hidupnya dicurahkan untuk Allah semata. Mereka diturunkan Allah ke muka bumi ini untuk membawa manusia kepada jalan yang diridai-Nya. Menunjuki manusia pada jalan keselamatan dan menjauhkan dari jalan kemaksiatan yang dimurkai-Nya. Kita ingat bagaimana kisah nabi Nuh ‘alaihissalam yang berdakwah sekian lamanya dengan berbagai ujian menimpa, namun hanya sedikit yang mau mengikuti beliau. Bahkan anak dan istri beliau sendiri menolak apa yang beliau serukan. Maka, Allah sungguh adil dan berkuasa, Dia berikan balasan yang setimpal pada setiap perbuatan. Sebagaimana yang tertulis dalam surah Yunus ayat 73: “Lalu mereka mendustakan Nuh, maka Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka, perhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu.”

Keselamatan pasti menemui mereka yang menapaki jalan dakwah seperti para nabi. Jalan yang tak pernah sepi dari ujian dan cobaan ini, meniscayakan manusianya mengerahkan segenap upaya hingga ke titik tertinggi. Meski banyak hambatan yang dilalui dalam dakwah, namun dengan mematuhi perintah-Nya jaminan selamat di akhir adalah pasti. Sebab Allah akan menolong hamba-hamba-Nya yang beriman. Ingatlah kita akan kisah nabi Hud ‘alaihissalam dan para pengikutnya yang selamat dari azab Allah karena keimanan mereka. Ini menjadi bukti kebenaran perkataan Allah sebagaimana yang tertuang dalam surah Huud ayat 58: "Dan tatkala datang azab dari Kami, maka Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan mereka di akhirat dari azab yang berat.”

Para nabi Allah menempati surga terindah. Tempat mereka adalah yang terbaik di sisi Allah. Tidak ada yang menandinginya. Mengikuti jalan para Nabi berarti mengukir langkah menuju surga-Nya. Tidakkah kita ingin bertemu dengan mereka di surga-Nya kelak?

Jalan dakwah memang tak mudah. Namun, bukankah Allah telah menyatakan bahwa kesulitan selalu disertai dengan kemudahan? Bukankah Allah telah menjanjikan akan menolong siapa saja yang menolong agama-Nya? Jika Allah memang Yang Mahatinggi, maka janji apa lagi yang kita butuhkan untuk bersiteguh meniti jalan ini? Seperti yang telah Allah nyatakan dalam surah Muhammad ayat 7: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, maka Allah pasti akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

Jalan dakwah memang panjang dan berliku. Allah ingin memberikan kita kesempatan untuk sebanyak mungkin meraup pahala dari setiap titik yang kita lalui. Dari setiapnya akan kita kumpulkan sebagai bekal yang akan kita bawa pulang menghadap-Nya. Bukankah surga menjadi tempat tujuan kita? Bukankah kita ingin kembali dengan membawa bekal terbaik?

Dunia ini menjadi ladang amal setiap hamba. Setiap sisinya menjadi tempat berdakwah. Dari setiap bilur-bilur yang tertempa dalam tapak perjuangan akan membuahkan pahala. Dari setiap tetes air mata dan keringat yang mengiringi perjalanan dakwah ini akan mengkristal bahagia karena rida-Nya. Mengikuti jalan dakwah para nabi dan rasul sungguh akan mewujudkan keamanan dan keselamatan yang dijanjikan Allah dalam surah Yunus ayat 103: "Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman. Seperti demikianlah menjadi kewajiban atas Kami untuk menyelamatkan orang-orang yang beriman."[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Ramadan Kita Ramadan Istimewa
Next
Myanmar Genting di Bawah Junta, Umat Muslim Pontang-panting dan Terlunta-lunta
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram