Sesak Nafas dan Batuk

"Sindroma Cushing adalah manifestasi klinis dari kelebihan abnormal hormon glukokortikoid dalam waktu lama dan segala konsekuensinya. Kelebihan hormon glukokortikoid bisa penyebabnya dari luar (eksogen), yang memang cukup sering dijumpai pada pasien yang mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang. "

Penanya : Aghniarie (RH )

NarasiPost.Com-Saya ada keluhan sesak nafas dan batuk, setiap hari minum obat karena tiap hari kambuh. 

Kurang lebih sudah 7 tahunan berobat dan konsultasi dari spesialis penyakit dalam sampai spesialis paru-paru tapi tidak ada kejelasan penyakitnya apa dan saya harus menjalani pengobatan berapa lama. Sudah 4 atau 5 kali rontgen hasilnya sama pneumonia bronkitis

Terakhir pengobatan di spesialis paru katanya, paru-paru saya tidak ada  penyakitnya tapi paru-paru saya penuh asap, paru-paru saya sudah rusak. Umur saya 30 tahun tapi kondisi paru-parunya seperti umur 65 tahun perokok berat. Jadi nggak bisa diobatin, minum obat atau tidak tetap bakal kambuh.

Saya hanya disuruh balik kalau obatnya habis

Dari berbagai obat yang pernah saya dapat dari berbagai dokter (mulai dokter umum hingga spesialis) ini ada 3 obat yang efeknya agak lama buat kembali nyesek.

Tapi ada kekhawatiran mom. Selain khawatir berpengaruh ke ginjal juga khawatir semakin gemuk. Saya konsumsi obat ini hampir 2 tahun lebih. Berat badan saya yang biasanya 49kg sekarang naik sampai 76kg. Karena kata spesialis herbal "dexamethasone" Ini berpengaruh pada penggemukan badan.

Adakah solusi lain mom, jikalau memang sulit untuk sembuh. Minimal adakah obat lain yang bisa menggantikan dexamethasone ini, agar berat badan saya tidak semakin naik. Jujur mom saya sangat takut. Soalnya saya minum obatnya tiap hari, karena tiap hari kambuh.

Riwayat merokok di keluarga:

Dulu Bapak dan Abang perokok berat, kalau abang sering ada di luar rumah (kerja karena jarak usia 10 tahun) sedang Bapak sedari kecil cukup dekat (saya suka mainin asep rokok yang dibikin melingkar-melingkar oleh Bapak) dulu Ibu pakai obat nyamuk bakar di rumah untuk ngusir nyamuk. Kalau masak sudah pakai kompor tidak kayu bakar.

Bapak sebelum meninggal ada kena paru-paru kronis.

Awal mula sering sesak sejak SMA kelas 2 waktu aktivitas sangat padat selain sekolah, ikut banyak ekskul dan organisasi, makan sering telat. (saat itu paling sebulan atau 2 bulan sekali kambuh). Kalau sekarang kambuh tiap hari. Dulu SMP, SD hingga balita nggak ada keluhan sesak.

Riwayat Alergi/Asma:

Sejak kena penyakit sesak dan batuk. Kalau ada debu yang over (misal sedang bebersih rumah) langsung bersin-bersin dan kambuh (sesek juga batuk), kalau efek dingin ekstrem kadang kambuh kadang nggak. sebelum ada keluhan sesak, tidak ada pengaruh kena debu atau kena dingin, fine aja, nggak masalah.


Jawaban dr. Nisa:

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, Mbak RH yang semoga dirahmati Allah.

Terima kasih sudah mau berbagi ceritanya ke Rubrik “With dokter Nisa”, semoga saya bisa memberikan jawaban yang bisa menjawab kegelisahan Mbak RH selama ini.

Saya izin menyimpulkan terlebih dahulu ya.

Jadi Mbak RH yang berusia 30 tahun, mengeluhkan sesak dan batuk sejak 7 tahun terakhir. Keluhan ini hilang timbul, sudah pernah berobat ke berbagai dokter, namun belum ada perbaikan. Hasil pemeriksaan rontgen dada dikatakan “Pneumonia Bronkitis”. Oleh salah satu dokter spesialis paru dikatakan bahwa “paru-paru sudah rusak, terisi banyak asap seperti paru-paru perokok berat usia 65 tahun”. Keluhana bertambah berat jika mengalami kelelahan, atau terkena paparan debu yang banyak.

Riwayat keluarga, bapak dan kakak adalah perokok. Bapak meninggal karena sakit paru-paru kronis. Riw

Saat ini ada konsumsi 3 obat seperti foto yang terlampir, yaitu Salbutamol 4 mg, CTM 4 mg, dan Dexamethason 0,5 mg. Obat ini rutin dikonsumsi dalam 2 tahun terakhir, dan paling memberikan efek pengendalian keluhan lebih baik. Hanya saja saat ini pasien mengalami peningkatan berat badan 27 kg dalam 2 tahun terakhir setelah konsumsi obat tersebut.

Pertanyaannya: Apakah ada obat pengganti Dexamethason untuk pengendalian keluhan namun yang tidak membuat berat badan semakin naik?

Jawabannya, InSyaa Allah ada, ada pilihan terapi lain yang lebih minimal risiko terjadinya efek samping peningkatan berat badan tadi.

Berdasarkan Guidelines atau Panduan Pengobatan Internasional yang dirangkum dalam “Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, 2017” atau disingkat GOLD 2017, pengobatan dengan obat kortikosteroid (contohnya Dexamethason tadi) secara jangka panjang memang sudah tidak direkomendasikan. Karena akan menimbulkan efek samping berupa Sindroma Cushing (Cushing’s Syndrome) yang iatrogenik. 

Sindroma Cushing adalah manifestasi klinis dari kelebihan abnormal hormon glukokortikoid dalam waktu lama dan segala konsekuensinya. Kelebihan hormon glukokortikoid yang terjadi pada Mbak RH penyebabnya dari luar (eksogen), yang memang cukup sering dijumpai pada pasien yang mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang. Nah, ini yang tidak banyak orang tahu bahwa sebenarnya dalam Jamu Pegal Linu yang diklaim sebagai ‘jamu herbal’ ternyata mengandung obat kortikosteroid dalam dosis yang tinggi. Hal ini juga sering menjadi penyebab timbulnya Sindrom Cushing secara eksogen seperti pada kasus Mbak RH ini. Jadi jati-hati dengan obat herbal atau jamu yang dijual bebas dan murah di pasaran, karena isinya bisa juga mengandung zat kimia dengan dosis yang tidak sesuai takaran.

Kembali ke Sindrom Cushing tadi, salah satu gejala dari Sindroma Cushing ini adalah obesitas sentral atau kegemukan akibat penumpukan lemak di daerah perut, bisa diketahui dengan peningkatan berat badan dan peningkatan lingkar pinggang. Bagus sekali jika Mbak RH memiliki perhatian terhadap efek samping obat ini, saya sangat mengapresiasi. Karena selain obesitas, Sindroma Cushing juga memiliki gejala lain yang cukup berbahaya, seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung, gangguan metabolisme gula darah, penyakit ginjal, dan memiliki risiko terpapar infeksi yang lebih tinggi karena daya tahan tubuh menurun (immunocompromised). Jadi memang harus dilakukan tapering-off atau penurunan dosis Dexamethason secara berkala hingga bisa distop secara menyeluruh (off).

Jika distop, bagaimana dengan keluhan sesak dan batuk yang sudah dirasakan sebelumnya?

Jika saya Analisa keluhan sesak dan batuk yang Mbak RH alami lebih mengarah kepada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Karena diperkuat dari hasil rontgen yang dikatakan ‘penuh asap seperti paru perokok’.

Mengapa bisa, terkena PPOK padahal Mbak RH tidak merokok?

Mbak RH adalah korban dari kebiasaan merokok orang sekitar, atau lebih dikenal sebagai Perokok Pasif. Efek kerusakan paru-paru pada perokok pasif memang bisa lebih berat. Sebagai gambaran, jika kita berada satu ruangan selama 1 jam saja dengan orang yang merokok, maka racun yang kita hirup sama saja seperti kita merokok 35 batang dalam satu waktu! Apalagi Mbak RH sejak kecil sudah terpapar sebagai Perokok Pasif, sehingga tidak aneh jika di usia 30 tahun saja paru-parunya sudah rusak seperti perokok usia 65 tahun.

Apa yang harus saya lakukan?

Saran saya, coba berkonsultasi ulang dengan dokter Spesialis Paru yang lain, untuk Second Opinion atau pendapat kedua dari ahli yang lain, terkait pengobatan rutin yang saat ini dijalankan dan Diagnosis pastinya. 

Karena untuk mengatakan seseorang memiliki PPOK, selain dengan rontgen paru sebenarnya juga perlu dilakukan Spirometri. Yaitu suatu pemeriksaan untuk mengetahui fungsi paru-paru kita, dari situ bisa dilihat apakah karena sumbatan atau hambatan sementara. Setelah itu akan dilakukan uji Bronkodilator, sehingga bisa diketahui apakah sumbatannya reversible (dapat kembali normal)atau irreversible (menetap).

Jika ternyata diketahui tegak penyakit PPOK berdasarkan pemeriksaan-pemeriksaan tadi, maka akan ditentukan pula derajat penyakitnya. Nanti Mbak RH akan dipandu untuk mengisi kuesioner CAT (COPD Assessment Test). Dari penggolongan derajat keparahan inilah akan ditentukan rencana pengobatan selanjutnya, tentu saja dengan juga menilai kekerapan kekambuhan yang terjadi dan mengontrol faktor risiko pada masing-masing pasien.

Bagaimana pilihan terapi lainnya selain obat dexamethasone?

Berdasarkan Panduan GOLD 2017 tadi, lebih disarankan obat hirup (inhaled) dari jenis golongan obat pelebar saluran napas (broncho-dilators drugs), baik yang kerja cepat (short-acting) atau kerja lama (long-acting). Obat hirup atau obat inhaler, yang lebih sering dikenal pada penderita Asma, lebih dianjurkan. Karena inhaler bekerja langsung pada target organ yang terganggu ( dalam hal ini saluran napas yaitu bronkus) dibandingkan dengan obat minum (oral) yang harus melalui jalur sistemik (seluruh tubuh) baru kemudian ke target organ. Selain obat broncho-dilator mungkin juga akan diperlukan obat pengencer dahak dan obat antibiotik jika ternyata didapatkan infeksi bakteri pada paru-paru (pneumonia). Tapi intinya, semua pengobatan ini berdasarkan pertimbangan Dokter Spesialis Paru dengan beracuan pada Guideline terbaru (GOLD 2017).

Jadi kesimpulan jawaban untuk pertanyaan Mbak RH, terdapat banyak pilihan terapi lain sealin Dexamethason untuk mengontrol keluhan penyakit saat ini. Sehingga coba dipertimbangkan untuk berkonsultasi ulang ke Dokter Spesialis Paru di RS yang lain atau bisa juga ke Rumah Sakit Khusus Paru yang ada di daerah Mbak RH.

Selain obat hal utama yang penting untuk dilakukan sekarang adalah jauhi paparan asap rokok dan debu. Jika kakak masih merokok di rumah, nasihati untuk berhenti. Bersihkan dan cuci perabotan rumah, dinding, gorden, taplak meja, dan baju atau selimut. Karena racun dari rokok dapat mengendap dan terserap di permukaan kain bahkan hingga 1,5 tahun lamanya dari paparan terakhir (www.ncbi.nlm.gov). Selain itu tetap jaga pola makan yang bergizi, istirahat yang cukup, kurangi aktivitas jika ternyata menimbulkan kelelahan dan kekambuhan, serta tetap jaga protokol Kesehatan secara ketat karena risiko infeksi yang meningkat tadi.

Walaupun dari penjelasan saya ini penyebab utamanya adalah rokok, saya tidak bermaksud menyalahkan almarhumah Bapak. Mbak RH tolong maafkan Bapak ya, karena kebiasaan merokoknya itu juga merupakan bagian dari ketidaktahuan dan kelemahan beliau sebagai manusia. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, karena seperti yang diketahui setiap Qadha yang Allah gariskan pasti ada kebaikan di dalamnya. Kebaikan dan pahala besar dari kesabaran atas sakit InSyaa Allah diberikan kepada Mbak RH dan keluarga. Jadikan kematian Bapak karena penyakit paru kronis tadi, sebagai sebaik-baiknya nasihat dan pengingat bagi diri kita yang masih hidup.

Mengutip dari perkataan Ulama Salaf “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat.” (Lihat Shifah ash-Shafwah vol. I, hal. 639; al-`Āqibah fī Dzikri’l Maut, hal. 43; dan al-Ihyā’, vol. IV, hal. 450. Adapun hadits Nabi s.a.w. dengan lafal dimaksud, maka tidak valid).

Sesuai juga dengan Hadist dari Rasulullah saw:

Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (yakni kematian).” (Riwayat at-Tirmidzi IV/553/2307, Ibn Mājah II/1422/4258, dan lain-lain).

Pengingat dalam kasus Mba RH adalah bagaimana kita sadar untuk tetap bersabar melakukan ikhtiar kesembuhan, dan pengingat bagi orang sekitar agar menghindari kebiasaan merokok yang jelas-jelas mengundang kebinasaan. Seperti firman Allah:

…dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Baqarah ayat 195).

Jangan berputus asa ya, Mbak… karena kesempatan perbaikan kondisi Mbak hingga tahap keluhannya ‘terkontrol’, InSyaa Allah masih sangat besar asalkan tetap menjalani ikhtiar untuk kesembuhan dan tetap berprasangka baik kepada Allah swt. Semoga Allah menganugerahkan kesembuhan dan keberkahan kepada Mbak RH.

Aamiin aamin ya robbal alamiin…

dr. Nisa Utami, Sp.PD

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aghniarie Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Krisis Batu Bara Mengancam,Mengutamakan Kepentingan Siapa?
Next
Lonjakan Harga Sembako, Buruknya Distribusi menjadi Faktor Utama
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

3 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Gal Jerman
2 years ago

Top ,.. top top ... post! Keep the good work on !

Rosmita
Rosmita
2 years ago

Kasus yg sama dgn yg sy alami, bapak sy perokok berat di rumah juga suka pakai semprotan nyamuk. Sy kena sakit paru-paru umur 8 thn lalu berobat rutin selama 6 bln. Paru-paru sembuh tapi samanya masih sering kambuh. Kalau kelelahan, minum dingin, terpapar asap dan debu kambuh. Hampir tiap minggu sy sakit. Pas menikah dan tinggal pisah dr rumah ortu dan kebetulan suami sy juga tidak merokok, alhamdulilah penyakit sy ga pernah kambuh. Yg penting hindari pemicunya mba, semangat ya semoga lekas sembuh.

Rosmita
Rosmita
Reply to  Rosmita
2 years ago

Asmanya (typo)

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram