Peleburan Eijkman dan Masa Depan Vaksin Merah Putih

"Padahal ada banyak sisi krusial yang menjadi risiko bila pemerintah tidak cukup perhatian pada riset. Di antaranya ketergantungan dan intervensi asing (kasus vaksin covid), kerugian politik bahkan bisa mengancam kedaulatan negeri."

Oleh. Ayu Mela Yulianti, SPt.
(Pemerhati Generasi dan Kebijakan Publik)

NarasiPost.Com-Lembaga Eijkman resmi terintegrasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mulai September 2021. Lembaga itu juga kini berganti nama menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman dari yang sebelumnya Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Peleburan tersebut menuai kontroversi lantaran ada 113 tenaga honorer yang tidak diperpanjang kontraknya atau diberhentikan. (Jakarta, kompas.com, Desember 2021).

Peleburan Eijkman ke BRIN, menyisakan banyak masalah dan pertanyaan di kalangan publik. Mengingat Lembaga Eijkman adalah lembaga riset biologi molekuler yang berdiri sejak tahun 1888 dan telah diakui kredibilitasnya secara internasional. Mengingat pioner lembaga ini pun mendapatkan penghargaan nobel internasional. Artinya, lembaga Eijkman adalah lembaga yang sudah teruji kredibilitasnya di lembaga riset internasional, sehingga para peneliti dan hasil penelitiannya pun akan dengan mudah mendapatkan pengakuan dunia. Jadi, sangat disayangkan jika lembaga riset biologi molekuler kelas dunia yang kita miliki harus dilebur masuk ke dalam lembaga yang baru kemarin sore berdiri. Apalagi ketua pengarah lembaga baru ini bukanlah berasal dari kalangan peneliti, namun berasal dari kalangan politisi, yang pasti memiliki banyak pesan politik di dalamnya. Hal yang akan mengurangi bahkan mengeliminasi independensi sebuah lembaga riset dan penelitian.

Pun begitu dengan penelitinya, di lembaga Eijkman pastilah memiliki standar sebagai peneliti berkelas internasional, dengan memiliki kemampuan skill meneliti yang bisa dipertanggungjawabkan.

Menjadi hal yang akhirnya menimbulkan pertanyaan besar manakala lembaga Eijkman dilebur masuk ke dalam BRIN dan berkonsekuensi atas nonaktifnya sebagian peneliti non-ASN, juga berisiko mandegnya riset vaksin Merah Putih yang tengah dilakukan.

Semua hal di atas mengindikasikan dan cukup menjadi bukti atas rendahnya perhatian negara terhadap riset dan peneliti. Sebab begitu mudah membubarkan lembaga riset yang sudah teruji kredibilitasnya secara internasional. Hal yang sebetulnya sulit untuk ditempuh sebab membutuhkan waktu yang panjang untuk meraihnya. Dan menjadi hal yang menunjukan rendahnya perhatian negara terhadap penelitinya, yang pasti memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Berakhir dengan pembuangan sumber daya manusia yang unggul yang sangat sistematis. Padahal sangat sulit untuk menemukan orang-orang yang concern dan mendesikasikan diri sebagai peneliti. Sebuah profesi mulia dan tidak banyak dimininati, sebab memerlukan kecakapan dan intelegensi (IQ) yang tinggi.

Padahal ada banyak sisi krusial yang menjadi risiko bila pemerintah tidak cukup perhatian pada riset. Di antaranya ketergantungan dan intervensi asing (kasus vaksin covid), kerugian politik bahkan bisa mengancam kedaulatan negeri. Namun, inilah yang memang akan terjadi, manakala negara ada dalam dikte sistem sekuler kapitalisme yang mengedepankan tata nilai untung rugi materi yang ingin diraih. Tak peduli walaupun harus menggadaikan kedaulatan negeri. Hak peduli walaupun harus mengorbankan lembaga riset yang sangat dibutuhkan sebagai wasilah menjaga kesehatan dan menemukan berbagai wasilah untuk menghasilkan penawar penyakit dan obat berbagai macam penyakit. Tak peduli walaupun harus mengorbankan anak negeri dan berakhir dengan penyianyiaan sumber daya manusia yang unggul yang kita miliki. Sebab inilah watak asli sekuler kapitalisme. Akan bergerak manakala menguntungkan dan akan ditinggalkan manakala dinilai hanya menimbulkan kerugian materi semata.

Berbeda dengan penghargaan Islam atas riset dan penelitian, mendapatkan tempat yang mulia dalam pandangan Islam. Sebab riset dan penelitian bisa jadi menjadi pintu terbukanya banyak kebaikan dan keberkahan hidup. Misalkan dengan ditemukannya penawar penyakit (vaksin) dan obatnya. Riset dan penelitian akan tetap dlaksanakan walaupun menguras harta dan keringat, selama didalamnya ada maslahat yang dapat mengantarkan kebaikan bagi masyarakat. Sebab lelah dan mahalnya riset dan penelitian akan terbayar tuntas manakala masyarakat memperoleh banyak manfaat di dalamnya, yaitu terjaganya kesehatan masyarakat akibat implementasi hasil riset dan penelitian di dalam masyarakat.

Islam memandang jika riset dan penelitian adalah ranah yang ada dalam pengurusan negara, sehingga seluruh biaya atau modal untuk melakukan kegiatan riset dan penelitian ditanggung sepenuhnya oleh negara, pun begitu dengan kebutuhan hidup para penelitinya ada sepenuhnya dalam jaminan negara. Pembiayaan riset diambil dari kas negara yang berasal dari banyak pemasukan dan pendapatan negara. Dan tidak tergantung pada investasi investor negara lain dan hasil risetnya pun tidak akan dijual kepada masyarakat. Sebab landasan riset dan hasil penelitian adalah dalam rangka memudahkan pengurusan urusan masyarakat utamanya dibidang kesehatan, bukan dalam rangka mencari untung dengan menjual hasil riset dan penelitian kepada masyarakat. Maka, akan terpenuhilah jaminan kesehatan dari negara kepada rakyat atau masyarakatnya melalui aktivitas aplikasi hasil riset dan penelitian para peneliti dalam negeri yang telah terbukti kepakarannya di bidangnya. Sehingga sistem Islam meniscayakan adanya riset dan penelitian dari para peneliti yang berkelanjutan, juga adanya jaminan aplikasi hasil riset yang dilakukan oleh para peneliti yang terbukti kemanjurannya dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan dalam masyarakat, sehingga sumber daya manusia yang unggul dapat terjaga keberlangsungannya sebab pantikan apresiasi nyata yang dilakukan oleh negara dalam sistem Islam.

Sehingga sistem Islam tidak akan begitu mudah untuk melebur atau membubarkan sebuah lembaga yang sudah teruji kredibilitasnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, malah akan disupport agar lebih berkembang lagi dalam rangka memudahkan pengurusan urusan umat atau masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga masa depan hasil riset dan penelitian para peneliti tentang vaksin merah putih yang dirintis oleh lembaga Eijkman misalkan, tetap akan menemukan masa depan yang gemilang sebab perlindungan sistem Islam yang begitu kuat pada hasil riset para penelitinya yang akan diaplikasikan secara gratis dalam kehidupan masyarakat. Wallahu'alam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ayu Mela Yulianti, SPt. Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Doa itu Obat
Next
Kebijakan BBM Premium, Kado Pahit di Masa Sulit
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram