"Masjid yang notabenenya adalah tempat ibadah dan belajar malah dijadikan tempat berkumpulnya pemuda pemain game. Berbeda dengan zaman keemasan Islam, para pemuda berkumpul di masjid itu untuk bertholabul 'ilmi, menghadiri majelis para ulama, berkumpul membahas terkait Islam dan kegemilangannya."
Oleh. Ira Rahmatia
(Aktivis Dakwah Nisa Morowali)
NarasiPost.Com-Miris, hari demi hari masalah di bumi pertiwi terus meningkat. Namun, akhir-akhir ini persoalan tentang krisis moral benar-benar memilukan.
Dilansir dari news.detik.com, dua orang pemuda mengejar penjaga masjid dengan membawa parang karena diduga mengganti password Wi-Fi. Kejadian ini terjadi di Medan, Sumatera Utara (Sumut).
Kompol Rona Tambunan sebagai Kapolsek Medan Timur membenarkan peristiwa tersebut. Rona mengatakan kedua pelaku yang melakukan penyerangan sudah ditangkap (26/12/2021).
Kasus ini merupakan salah satu kasus yang terpublish di media. Bagai gunung es yang hanya terlihat puncaknya, pada kenyataannya masih banyak kasus-kasus serupa yang belum terjamah media.
Alih-alih menjadi penggerak perubahan, namun justru pemuda saat ini banyak yang bermasalah dan menimbulkan permasalahan bahkan kekacauan di tengah masyarakat.
Pemuda Diperbudak Sistem
Secara tidak langsung, sistem kapitalis sekuler yang dianut masyarakat saat ini membawa begitu banyak dampak, baik dari segi sosial, ekonomi, lingkungan juga moral. Kini moral pemuda tergadai. Bagaimana tidak, kualitas pendidikan yang dikira mumpuni justru jauh dari nilai-nilai ruhiyah, jauh dari pengajaran tentang moral dan akhlak. Sekularisme, yakni paham yang memisahkan antara agama dan kehidupan membuat pemuda tidak menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai standar hukum dalam setiap keputusannya.
Algoritma media sosial yang disetir oleh para kapitalis juga berperan penting dalam membentuk karakter dan kepribadian pemuda saat ini. Secara tidak langsung, seringnya berselancar di media sosial membuat penggunanya selalu terdorong melihat pada hal-hal yang menyenangkan saja. Hal ini juga terkait oleh propaganda 4F (Food, Film, Fashion, & Fun) yang terus digaungkan di media sosial yang sasarannya adalah pemuda. Akibatnya, ketika pemuda diganggu atau dihilangkan kesenangannya, mereka mudah tersulut emosi walaupun hanya karena hal sepele.
Bak fatamorgana, ide liberalisme mendorong manusia terus mendekat pada kesenangan dalam kebebasan, namun setelah dekat, tak ada sama sekali yang didapati. Adanya hanya kegelisahan tanpa henti saat keinginan tak terpenuhi.
Menggunakan Milik Orang lain dalam Islam
Canggihnya teknologi membuat WiFi menjadi WiFi kebutuhan banyak orang. Alat ini digunakan mempercepat jaringan untuk berselancar di media sosial. Ada yang berbayar, juga ada yang gratis untuk umum. Namun, dalam hal ini jika menggunakan WiFi milik oranglain tanpa izin maka haram hukumnya. Statusnya sama dengan mencuri sesuatu milik orang lain.
Jika ditelisik lebih dalam pula, WiFi itu bak pisau bermata dua. Jika ia digunakan untuk kebaikan seperti mendengar kajian online, insyaallah akan meningkatkan taraf berpikir. Tapi sebaliknya, jika yang diakses adalah perkara yang melenakan dan sia-sia seperti game online, maka timbullah candu.
Masjid yang notabenenya adalah tempat ibadah dan belajar malah dijadikan tempat berkumpulnya pemuda pemain game. Berbeda dengan zaman keemasan Islam, para pemuda berkumpul di masjid itu untuk bertholabul 'ilmi, menghadiri majelis para ulama, berkumpul membahas terkait Islam dan kegemilangannya.
Dakwah dan Pengaruhnya pada Pemuda
Jika dipikir kembali, mengapa semua ini terjadi? Yah, karena pola pikir masyarakat saat ini bersifat individualis. Mementingkan diri sendiri. Membiarkan penyimpangan di masyarakat adalah hal yang lumrah terjadi di zaman ini. Hal ini pula dikuatkan adanya hak asasi manusia yang dilindungi oleh negara, namun mirisnya banyak yang tak tahu batasan dan jatuhnya fatal.
Mindset individualis ini juga membuat masyarakat menganggap kewajiban memperbaiki generasi itu hanya dilakukan oleh para kiai, ustaz, dan ustazah. Padahal kewajiban dakwah untuk
kewajiban amar makruf nahi mungkar wajib dilakukan setiap orang.
Di sisi yang lain, negara yang harusnya berperan sebagai penjaga akidah malah mengabaikan tugas-tugasnya. Karena memang dasarnya sistem yang diterapkan bukan bersumber dari Islam. Sistem yang diterapkan berasal dari manusia yang lemah, ciptaan makhluk, dapat diatur seenak hati penguasa. Akibatnya, penyimpangan terus terjadi tanpa henti.
Maka, tak heran jika dulu kaum muslimin mengangkat pedang untuk melawan pasukan kafir, namun pemuda sekarang justru mengangkat parang untuk mengejar penjaga masjid.
Kepribadian Pemuda dalam Islam
Islam mengajarkan berbudi pekerti yang baik, santun pada yang muda terlebih pada yang tua. Ia mengajarkan manusia akan hak dan kewajiban, menjaga kehormatan dan kemuliaan diri sendiri, juga muslim muslim lainnya. Islam pun tegas dalam membedakan mana halal dan mana yang haram sehingga tahu batasan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Saat tegaknya Daulah Khilafah, masyarakat yang ada di sebut dengan masyarakat islami karena penduduknya memiliki pemikiran, perasaan, dan peraturan yang sama. Sehingga dengan sendirinya membentuk kepribadian manusia berkepribadian terbaik. Setiap muslim meyakini wajibnya berdakwah, maka setiap orang melaksanakan kewajiban tersebut guna mencegah segala tindak kejahatan. Pada usia 15 tahun, setiap pemuda wajib mengikuti pelatihan militer dengan dibekali tsaqofah militer dan tsaqofah Islam secara umum. Sehingga di usia produktif, mereka mampu menjadi agent of change di tengah-tengah masyarakat, bukan justru menjadi sumber penimbul konflik. Seperti yang kita ketahui, Sultan Muhammad Al-Fatih di usia 21 tahun bisa menaklukan Konstatinopel beserta pasukannya. Membangun generasi seperti itu harus dimulai dari peran orang tuanya hingga sistem kehidupan yg memang mendukung terlahirnya generasi penakluk.
Maka, bagaimana bisa umat muslim bisa menaklukan Roma seperti yg dikabarkan lewat hadis, jika generasi saat ini justru tersibukkan pada perkara yang melalaikan? Maka, memang benarlah, hanya dengan tegaknya Daulah Khilafah pemuda berkepribadian Islam bisa hadir membawa kesejahteraan dan kegemilangan Islam.
Wallahu a'lam Bissowab[]