Boneka Arwah Berselimut Kemusyrikan, Waspadalah!

"Boneka merupakan benda mati, yang tidak bisa mendatangkan kebahagiaan, rezeki maupun kesuksesan kecuali sebatas hiburan (mainan). Sebagai orang yang beriman tidak diperbolehkan memuja atau menyakralkannya."

Oleh. Misnawati
(Pegiat Literasi)

NarasiPost.Com-Kepopuleran, kekayaan, dan segudang prestasi dalam dunia keartisan tidak lantas membuat hidup artis inisial IG bahagia. Di usianya yang cukup matang, untuk menemani dirinya IG mengadopsi boneka arwah.

Benarkah boneka mampu memberikan kebahagiaan atau rezeki bagi pemiliknya atau sebuah fantasi kebablasan?

Di penghujung tahun 2021, masyarakat dibuat tercengang dengan viralnya berita artis inisial IG pada channel Youtube Boy William (BW), (28/12/2021) yang mengadopsi boneka arwah, lalu memperlakukannya bak bayi hidup. Mengajaknya bicara, jalan-jalan sampai mengganti bajunya setiap saat. Sungguh miris! Bahkan sebelum kasus IG viral, telah banyak kalangan masyarakat  mempraktikkannya. 

Konon, Aisyah r.a. pun bermain boneka saat beliau belum baligh. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang berbunyi: "Dahulu aku sering bermain dengan boneka anak perempuan di sisi Nabi saw.  Dahulu aku juga memiliki teman-teman yang biasa bermain denganku. Ketika Rasulullah saw masuk ke rumah, teman-temanku pun berlari sembunyi. Beliau pun meminta mereka untuk keluar agar bermain lagi, maka mereka pun melanjutkan bermain bersamaku."

Jadi, sebenarnya memiliki boneka sah-sah saja selama menganggapnya sebagai alat bermain (hiburan) atau sarana mendidik bagi anak perempuan, tanpa ada unsur kesyirikan, pemujaan maupun ritual khusus. 

Sekularisme Akar Masalah

Dalam sistem sekularisme memungkinkan seseorang bertindak di luar kewajaran. Sebab sistem ini telah memisahkan agama dari kehidupan. Akhirnya seseorang yang lemah iman dan dangkal pemahaman agamanya akan berbuat sesuai hawa nafsu atau sesuai perasaannya tanpa mempunyai standar yang jelas. 

Seperti yang dilakukan artis IG, bukan lagi sekadar bermain boneka, tetapi memperlakukan layaknya bayi sungguhan. Ia berharap boneka itu bisa memuaskan hati dan akalnya atas kondisi yang dihadapinya. Walau itu mustahil, pada kenyataannya di kalangan artis dan masyarakat perilaku ini tumbuh subur bahkan jauh sebelum artis IG viral. Artinya, sistem buatan manusia yang diadopsi di negeri ini  telah memberi ruang untuk siapa saja mengaplikasikan kebebasan  berperilaku tanpa batas meskipun melanggar syariat. 

Berbeda dengan sekularisme. Ajaran Islam justru menjaga akidah dan akhlak umat. Menjauhkan umat dari hal-hal yang dapat merusak keimanan. Bahkan menghilangkan tempat atau sarana yang bisa menimbulkan kesyirikan seperti dihancurkannya berhala-berhala di Makkah kala itu. 

Islam Menjaga Akidah Umat

Islam sangat memperhatikan akidah umat serta kelestarian keturunan. Penjagaan dengan support sistem yang baik dan mumpuni, memastikan setiap warganya hidup dalam keadaan lingkungan yang aman, terpenuhi hak, kewajiban, sejahtera lahir maupun batinnya.

Pada penciptaan-Nya yang sempurna, manusia secara fitrah telah dibekali dengan potensi gharizah (naluri) seperti naluri baqa' (mempertahankan diri), naluri nau' (melestarikan keturunan), dan naluri tadayyun (beragama)

Naluri-naluri ini membutuhkan pemenuhan dengan cara yang benar sesuai koridor syarak, semisal bagi seorang muslim ketika telah siap secara lahir maupun batin untuk berumah tangga, maka bersegeralah menikah. Setelah menikah pasangan itu akan memperoleh keturunan. Alhasil pemuasan naluri nau' akan terpenuhi dengan cara yang baik dan halal. 

Namun, ketika menikah lalu memutuskan untuk tidak memiliki anak dengan anggapan mengganggu kebebasan. Sedangkan di sisi lain merindukan sosok anak, sebagai pemuasannya lalu mengadopsi boneka arwah sebagai gantinya. Maka, perbuatan ini bertentangan dengan ajaran Islam, haram, dan musyrik. Karena termasuk mengingkari fitrahnya sebagai orang tua untuk menyayangi anaknya dan menggantinya dengan boneka. 

Boneka merupakan benda mati, yang tidak bisa mendatangkan kebahagiaan, rezeki maupun kesuksesan kecuali sebatas hiburan (mainan). Sebagai orang yang beriman tidak diperbolehkan memuja atau menyakralkannya. Dalam Al-Qur'an Allah Swt. telah berfirman: "Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun." (TQS. An-Nisa: 36)

Islam mewajibkan kepada pemeluknya agar membekali diri dengan belajar Islam secara kaffah. Bagi orang yang beriman mempelajarinya adalah perkara yang tidak boleh ditawar-tawar agar terhindar dari kebodohan dan kekufuran. Rasulullah saw. bersabda: "Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim." (HR. Bukhari)

Dengan mempelajari Islam secara menyeluruh dan mendalam, maka akan memiliki pemahaman akidah dan akhlak yang lurus, ketakwaan yang tinggi serta berkepribadian islamiah. Sehingga dalam kondisi apa pun tidak mudah tergerus oleh pemahaman yang menyesatkan dari Barat.

Seorang muslim harus memahami tujuan hidupnya di dunia dan tempat yang dituju setelah kehidupan dunia. Untuk beribadah, taat dan tunduk kepada Allah Swt., senantiasa menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi perkara-perkara yang mendatangkan kemurkaan-Nya. Memercayai sepenuhnya Islam sebagai agama yang haq. Meyakini Allah Swt. sebagai satu-satunya Zat yang wajib disembah, mengawasi segala baik buruk perilakunya. Memunculkan rasa takut kepada Allah Swt. bila berbuat dosa. 

Sebagaimana Allah Swt. berfirman: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kusempurnakan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam sebagai agama bagimu." (TQS. al Maidah: 3)

Dengan demikian, umat dan seluruh komponen masyarakat semestinya menyadari, betapa buruknya sistem yang dibangun atas paradigma batil ketika mengatur urusan manusia. Selain lemah, terbatas dan tidak memuaskan akal juga tak mampu menyelesaikan persoalan yang ada, bahkan merusak akidah dan akhlak manusia. 

Oleh karena itu, pentingnya sebuah aturan yang berasal dari Allah Swt, sebagai pengaturan kehidupan. 
Dengan penerapan hukum-hukum syariat secara totalitas, maka akan mampu menjaga, dan melindungi umat dari berbagai penyimpangan perilaku kemusyrikan yang terjadi di tengah masyarakat.  

Wallahu a'lam bish shawab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Bunga Padi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Milenial Ngamuk Gara-Gara WiFi
Next
Semarak Sambut Natal di Arab Saudi, Bukti Salah Kaprah dalam Toleransi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Meutia Eka Wati
Meutia Eka Wati
2 years ago

Kebebasan yang kebablasan
Dampak dari Aqidah yang rusak
Astaghfirullah

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
Reply to  Meutia Eka Wati
1 year ago

Bener banget um. Fitrah manusia itu memiliki dan melahirkn anak. Lah boneka jadi anak. Klo mati apa bisa doain. Puciin dech efek sistem sekuler.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram