Sekularisme Menyandera Jiwa Pemuda

"Apabila pemuda rusak, bukan hal musykil 5 atau 10 tahun ke depan, bangsanya juga akan rusak. Sebab, pemudalah pemegang estafet pembangunan dan agent of change."

Oleh. Afiyah Rasyad
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)

NarasIPost.Com-Darah muda darahnya para remaja
Yang selalu merasa gagah
Tak pernah mau mengalah
Masa muda masa yang berapi-api
Yang maunya menang sendiri
Walau salah tak peduli
Darah muda…

Sepenggal lirik lagu H.Rhoma Irama di atas seakan menegaskan kejiwaan pemuda. Banyak dijumpai kondisi buruk yang melibatkan pemuda. Seakan dunia para pemuda hanyalah potret buram yang kelam.

Pemuda dalam Dekapan Sekularisme

Duhai, liar nian para pemuda zaman now. Hal sepele saja bisa menjadi gonjang-ganjing kehidupan mereka. Betapa mudahnya mereka tersulut emosi tanpa dipikir dengan jernih dan mendalam. Sedikit saja mereka tersenggol perasaannya, jiwanya langsung terguncang dan amarah serta merta menguasainya. Tak terelakkan, aksi kriminalitas langsung menjadi sebaik-baik pilihan. Naudzubillah.

Bukan tak mungkin jika pemuda akan berbuat nekat, melakukan aksi kriminal dengan senjata tajam. Sebagaimana terjadi beberapa waktu lalu, ada dua pemuda ditangkap polisi di Medan, Sumatra Utara. Pasalnya mereka berdua berparang dan mengejar petugas masjid yang diduga mengganti password wifi. (detiknews.com, 26/12/2021)

Diubahnya password wifi masjid diduga menjadi pemicu dua pemuda berang dan kompak mengejar takmir dengan parang. Gambaran generasi yang sangat mengerikan. Demi bisa online, kawula muda melakukan apa saja meski harus dengan kekerasan.

Kriminalitas di kalangan pemuda sangatlah tinggi. Seakan-akan dunia mereka adalah dunia penuh kekerasan, emosi, amarah, dan kriminal. Potret buram gaya hidup pemuda begitu kental dalam kehidupan sehari-hari. Mulai tawuran, narkoba, free sex, dan kejahatan lainnya. Bahkan, hal yang berkaitan dengan perizinan luput dari perhatian pemuda.

Selain itu, dunia pemuda seakan menegaskan krisis akhlak dalam kehidupan mereka. Betapa banyak generasi muda yang sudah kehilangan unggah-ungguh. Betapa banyak pemuda yang sudah tak kenal sopan santun. Gaya hidup bebas tanpa terikat aturan agama dan norma sosial menjadi ciri khas mereka. Mereka jauh dari kehidupan agama lantaran hidup dalam atmosfer sekularisme. Pemuda kini tengah didekap erat oleh sekularisme.

Akar Masalah Karut-marutnya Dunia Pemuda

Bagaimanapun ideologi kapitalisme saat ini menjadi sumber acuan negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia. Tak heran jika akidah sekularisme, yakni memisahkan agama dari kehidupan menjadi bayang-bayang landasan sikap dan perilaku kaum muslim, termasuk para pemuda. Walhasil, pemuda menganut sekularisme secara sukarela.

Berbagai kasus yang menimpa remaja, termasuk mengejar petugas masjid dengan parang merupakan buah dari sekularisme. Bagaimana tidak, para pemuda yang tak menggubris ajaran agamanya kehilangan arah dan tujuan hidup. Bahkan, mereka tak segan berlaku arogan demi kepuasan hawa nafsunya. Eksistensi dan jati diri pemuda muslim jauh dari pemuda masa kini.

Kapitalisme sekularisme mendorong siapa pun, termasuk pemuda, bebas melakukan apa pun karena masuk dalam HAM (hak asasi manusia). Mereka mau menggunakan wifi seenaknya, mau ramai di masjid saat sedang salat, mau mengganggu dan menghajar siapa pun sah-sah saja. Para pemuda yang telah kehilangan jati dirinya akan gampang tergoda arus globalisasi Barat dengan segala gemerlap fun, food, fashion, dan free sex.

Dekadensi moral dan hilangnya suasana keimanan sudah mendarah daging pada para pemuda penganut sekularisme. Jiwa-jiwa muda yang bergelora semakin bebas tanpa batas saat kapitalisme melecut mereka bertingkah laku ke mana suka. Muara dari hancurnya para calon pemimpin bangsa tersebut adalah diterapkannya kapitalisme dalam semua aspek kehidupan.

Rasa malu dibuang entah ke mana saat melakukan kejahatan dan perilaku amoral lainnya. Kosakata berpikir seakan raib bagi pemuda yang terpengaruh berat oleh budaya Barat yang mengadopsi ide kapitalisme. Akal yang menjadi potensi istimewa tak diindahkannya. Karut-marut dunia pemuda sangat nyata dalam tuntunan kapitalisme.

Islam Meri'ayah para Pemuda

Bertolak belakang dengan kapitalisme dalam memandang pemuda, Islam memandang pemuda sebagai calon pemimpin peradaban mulia. Pemuda adalah calon penerus kepemimpinan dan bertumbuhnya bangsa. Apabila pemuda rusak, bukan hal musykil 5 atau 10 tahun ke depan, bangsanya juga akan rusak. Sebab, pemudalah pemegang estafet pembangunan dan agent of change.

Islam mewajibkan negara untuk memberikan pembinaan intensif pada rakyatnya, terutama para pemuda. Pembinaan ini diberikan di sekolah dengan talqiyan fikriyan muatsaron, bukan sebatas transfer ilmu, tapi ilmu itu sampai tertancap di akal, terhujam di jiwa, dan terpancar dalam setiap suluk mereka. Sehingga, syakhsiyyah Islam akan menempel kuat pada diri para pemuda. Negara akan menjaga suasana keimanan dengan menjaga akal, agama, jiwa, darah, dan penjagaan lainnya.

Dengan demikian, pemuda akan selalu wara' (hati-hati) dalam berpikir dan berperilaku. Mereka akan senantiasa izin pada siapa pun yang berhak atas sesuatu untuk memanfaatkannya jika dia butuh. Tidak seperti kisah yang telah disebutkan di atas. Wifi masjid tak membuat mereka risih dan malu menggunakannya tanpa konfirmasi pada petugas masjid. Saat password diganti malah amarah dan arogansi yang berdansa dalam jiwa mereka.

Islam akan menjadikan pemuda yang lembut hatinya, mampu menerima kebenaran Islam, dan meredam amarah yang bergejolak. Urusan wifi saja, mereka akan izin dan memohon keridaan pemiliknya untuk memanfaatkannya. Terlebih, wifi termasuk harta milik individu, bukan milik umum, maka pemuda muslim tidak akan memanfaatkannya tanpa izin. Keimanan akan menggerakkannya sesuai dengan idrak shillah billah yang tertancap dan terpancar dalam dirinya.

Jika ada pemuda yang mengabaikan izin saat memanfaatkan harta orang lain, maka negara akan menasihatinya seraya memberi sanksi tegas bagi yang sudah baligh sesuai berat ringannya jarimah yang dilakukan. Khalifah akan benar-benar meri'ayah para pemuda agar akal, jiwa, dan fisiknya tumbuh dan berkembang dengan nilai-nilai Islam. Khalifah akan memastikan susasana keimanan dengan menghidupkan amar makruf nahi munkar di tengah masyarakat luas sehingga pemuda akan terjaga dari perbuatan menyimpang. Amar makruf ini merupakan kontrol masyarakat yang akan terpelihara dalam negara yang menerapkan syariat Islam, yakni Khilafah.

Dengan demikian, Islam berungguh-sungguh dalam meri'ayah pemuda. Jika berharap negara ini akan ada perubahan yang lebih baik dengan para pemuda yang tumbuh dengan baik, maka saatnya para pemuda, kaum muslim, dan para penguasa muslim khusunya untuk kembali pada tatanan kehidupan yang berasal dari Dzat Yang Mahabaik, yakni Islam yang aturannya bersumber dari Allah Swt.

Wallahu a'lam bishowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Penulis Inti NarasiPost.Com
Afiyah Rasyad Penulis Inti NarasiPost.Com dan penulis buku Solitude
Previous
Tomorrow with Khilafah
Next
Ketika Banjir Melanda
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram