"Islam sejatinya tak pernah mengenal konsep moderasi. Dalam ajarannya, moderasi sama saja mencampuradukkan yang hak dan yang batil. Sedangkan Islam adalah agama yang hak. Tak perlu ada kompromi dengan aturan hidup dari ideologi mana pun, termasuk sekularisme kapitalisme yang diemban oleh Barat."
Oleh. Ummu Zhafira
(Ibu Pembelajar)
NarasiPost.Com-Mereka, kaum kuffar tidak akan rida sampai kita mengikuti jalan mereka. Kebencian yang mereka simpan senantiasa membuat mereka berupaya menyesatkan kita dari jalan taat menuju jalan sesat. Kebatilan dinarasikan sebagai sebuah jalan kebaikan, dan sebaliknya ketaatan dicitrakan sebagai lintasan sebuah keburukan. Kita mesti waspada!
Sebagaimana firman-Nya, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS Al-Baqarah [2]: 120)
Kini waktunya kita mesti jeli, memahami mana hak dan mana batil sehingga tak terjebak pada jalan sesat yang mereka buat. Salah satunya adalah agenda moderasi. Agenda ini sejatinya adalah upaya mereka untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran-Nya. Konsep moderasi Islam segaris dengan ambisi Barat agar umat Islam menerima konsep-konsep sekulernya. Islam tak akan menjadi penghalang bagi kerakusan mereka dalam menguasai kekayaan dunia. Dengan begitu, peradaban Islam akan selamanya terkubur karena umatnya teracuni dengan ide-ide sekularisme ala Barat.
Seperti hari ini, umat dihadapkan dengan momen akhir tahun Masehi yang tak terlepas dari dua perayaan besar bagi kaum Nasrani. Ada perayaan Natal dan tahun baru yang menjadi momen besar bagi mereka. Atas nama toleransi, penganut Islam moderat menyuarakan kebenaran untuk memberikan ucapan selamat atas hari raya mereka, bahkan di antaranya juga ikut larut bersama dalam perayaan di tempat beribadah kaum kuffar.
Belum lagi, perayaan malam tahun baru seolah menjadi momen perayaan internasional yang harus diikuti oleh seluruh jutaan umat manusia, tak terkecuali umat muslim. Dengan ketidakpahaman mereka, akhirnya jutaan umat muslim dunia pun bersuka cita menyambut tahun baru yang identik dengan penyembahan Dewa Janus. Mereka menghabiskan malam dengan taburan kembang api, tiupan terompet, hingga acara-acara hiburan di pusat-pusat kota yang diadakan oleh pemerintah di masing-masing wilayah.
Menyedihkanya lagi, momen ini seolah momen dengan sejuta maksiat. Tak sekadar ikut merayakan, berbagai kemaksiatan lain pun menghiasai malam itu. Di antaranya ada pesta khamr, khalwat dan ikhtilat, bahkan hingga perzinaan ditengarai menghiasai malam penyambutan tahun baru. Tak ada bedanya negeri muslim dan negeri kafir, semuanya sewarna seirama mengikuti paduan sistem sekuler kapitalisme. Nauzubillah min dzalik.
Sungguh, inilah bukti dimana kaum muslim tengah terjebak dalam arus moderasi yang sesat. Keikutsertaan mereka dalam perayaan Nataru merupakan jebakan moderasi berkedok toleransi. Mereka gambarkan, Islam yang baik adalah Islam yang toleran. Toleran berarti yang mau mengikuti semua hal sebagaimana cara pandang mereka. Menjadi umat Islam tak perlu fanatik dengan agamanya, karena ada gelar radikalis fundamentalis bagi mereka kaum bertakwa.
Jebakan moderasi ini sungguh bencana besar bagi kaum muslim di dunia. Bagaimana bisa kita umat beriman dengan ajaran Islam yang penuh kesempurnaan malah sengaja mereguk racun kemaksiatan karena ketidaktahuan. Bukankah Allah sudah mewajibkan kita untuk senantiasa mengkaji agama kita yang sempurna. Bagaimana mungkin kita akan paham mana racun dan mana madu ketika kita tidak mau tahu. Berhenti hidup dalam kehaluan, kita harus kembali pada jalan kebenaran. Jalan Islam.
Islam sejatinya tak pernah mengenal konsep moderasi. Dalam ajarannya, moderasi sama saja mencampuradukkan yang hak dan yang batil. Sedangkan Islam adalah agama yang hak. Tak perlu ada kompromi dengan aturan hidup dari ideologi mana pun, termasuk sekularisme kapitalisme yang diemban oleh Barat. Justru kesempurnaannya niscaya akan membawa keberkahan jika ia diterapkan secara sempurna.
Oleh karena itu, ini semua butuh totalitas keimanan dari para penganutnya. Bukan malah mengambil sebagian, membuang sebagiannya karena tuntutan zaman.
"Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (TQS. Ali-Imran ayat 19)
Islam sudah sempurna, maka kita dituntut untuk menyempurnakan ikhtiar dalam menegakkannya. Kita tak perlu lagi terjebak pada jeratan Barat dengan konsep Islam moderat. Islam kita satu, itulah Islam kaffah. Islam yang hanya akan membawa berkah ketika ia diterapkan dalam bingkai Daulah Khilafah. Untuk itulah, kita wajib belajar dan berdakwah. []
Photo : Canva